Jatuh Cinta (Tak) Seperti di Film-Film

Alexander Timothy
Lifelong Learner - S1 Psikologi Universitas Brawijaya - Instagram: @ax.thy
Konten dari Pengguna
20 Desember 2023 5:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alexander Timothy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Menonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa hari lalu, saya iseng untuk melakukan kembali hobi lama saya semasa masih menyandang mahasiswa baru; menonton bioskop sendiri. Berdasarkan review yang bertebaran di media sosial dan rekomendasi beberapa teman, saya putuskan untuk memilih Jatuh Cinta Seperti di Film-Film untuk ditonton di hari itu, sebuah film karya Yandy Laurens yang diproduksi oleh studio IMAJINARI.
ADVERTISEMENT
Poster Jatuh Cinta Seperti di Film-Film | Sumber: IMDB
Film ini cukup unik, dengan visual hitam putihnya dan konsep film tentang membuat sebuah film. Alur dan isi film pun saya rasa cukup ringan sehingga saya bisa sepenuhnya menikmati setiap adegan dan kerap kali tertawa karena selingan komedi di dalamnya. Namun, yang paling menarik bagi saya adalah kisah tentang dua tokoh utama yang punya makna "cinta"-nya masing-masing. Perbedaan ini yang kemudian mengembangkan konflik dalam film ini dan merujuk pada adegan klimaks yang cukup mengejutkan.
Hal ini mengingatkan saya pada suatu momen ketika saya menghadiri sebuah webinar dari Mindful Education Community (Instagram: @mindfuled.id) yang secara spesifik membahas tentang "cinta". Webinar ini dimulai dengan penjelasan dari sekian banyaknya akar kata "cinta" serta setiap maknanya. Cukup mengejutkan bahwa memang dari semua akar kata ini, cinta adalah sumber pedih dan derita seseorang. Tak heran, dua tokoh utama dalam film bertengkar hebat hanya karena berbeda dalam mendefinisikan "cinta".
ADVERTISEMENT

Cinta bagi Bagus dan Hana

Tokoh Bagas dan Hana | Sumber : IMDB
Cinta dalam realitas pada dasarnya memang menambah penderitaan. Bayangkan saja, ketika jatuh cinta pada seseorang. Ketika pertama cinta itu muncul, semula isi pikiran yang hanya tentang diri sendiri menjadi tentang orang lain. Nampak pada tokoh Bagus yang jatuh cinta pada Hana, pertemuan pertama mereka mengarah Bagus yang terus memikirkan segala usaha untuk mendekati Hana.
Konflik Bagus dan Hana | Sumber : IMDB
Tak ubahnya ketika relasi sudah terjalin, cinta kembali menjadi biang masalah. Bagus dan Hana yang akhirnya sering bertemu dan berinteraksi, menjadi berkonflik hanya karena perbedaan cara mereka mendefinisikan cinta. Realitas dari cinta dalam relasi yang kemudian membuat orang lain menjadi seakan "milik-ku", berujung pada berbagai pembatasan. Rasa cemburu dan takut kehilangan yang muncul membuat dua orang yang mencintai saling menggenggam erat. Ketakutan Bagus tergambar dari naskah film yang ia buat, seolah mengusahakan segala cara agar cintanya diterima oleh Hana.
ADVERTISEMENT
Trauma Hana | Sumber : IMDB
Nahas, setiap pertemuan selalu dan pasti akan diakhiri dengan perpisahan. Perpisahan dengan orang yang dicintai pasti menimbulkan kepedihan, bahkan penderitaan. Tergambar dari penderitaan Hana dan traumanya setelah berpisah dengan orang yang dicintainya; suaminya yang meninggal.

Penutup

Terakhir, Jatuh Cinta Seperti di Film-Film bagi saya sangatlah apik dalam menggambarkan dinamika cinta dan realitas. Film ini memang berjudul Jatuh Cinta Seperti di Film-Film, namun isinya sangat berbanding terbalik. Film ini menggambarkan dengan baik realitas dari jatuh cinta yang sejatinya tak seperti di film-film.
"Sejatinya, cinta adalah menambah penderitaan"
- Cleoputri Al Yusainy