Gaslighting, Trik Manipulasi yang Sering Jadi Modus Predator Seksual Online

Aurelia Rizky Ediana
Literature Student, University of Brawijaya.
Konten dari Pengguna
15 Mei 2023 7:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aurelia Rizky Ediana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan jadi korban kekerasan seksual siber berbasis gender. Foto: Pheelings media/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan jadi korban kekerasan seksual siber berbasis gender. Foto: Pheelings media/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gaslighting menjadi salah satu kata yang paling sering dicari pada 2022 versi kamus Merriam-Webster di mana terminologi dari kata ini digunakan secara umum dalam konteks psikologi.
ADVERTISEMENT
Menurut Domina Petric (2018), gaslighting adalah bentuk dari manipulasi psikologis yang dilakukan oleh individu terhadap individu/kelompok lainnya dengan membuat mereka seakan-akan mempertanyakan memori, persepsi, dan kewarasan mereka sendiri.
Petric menyatakan bahwa pelaku gaslighting umumnya menggunakan kontradiksi saat berkomunikasi, menyesatkan, berbohong, serta sering menyangkal. Semua itu dilakukan agar korban merasa tidak stabil secara emosional dan mulai mempertanyakan keyakinannya.
Di tengah era perkembangan teknologi yang pesat, gaslighting kini berevolusi menjadi sarana bagi para predator seksual untuk menjebak korban secara online.
Pada mulanya, mereka akan mencari calon korban melalui berbagai platform media sosial. Proses perkenalan dapat berjalan dengan waktu cukup singkat, di mana pelaku dapat dengan mudah mengetahui beberapa informasi krusial terkait identitas korban.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, ketika dirasa bahwa korban telah ‘nyaman’ dengan kehadiran pelaku, mulailah trik gaslighting digunakan. Sasaran aktivitas atau konten berbau seksual yang diinginkan oleh pelaku pun dapat beragam bentuknya, mulai dari foto, video, hingga kontak secara langsung melalui video call maupun telepon.

Ciri Penggunaan Gaslighting pada Kasus Kekerasan Seksual Online

Ilustrasi perempuan jadi korban kekerasan seksual siber berbasis gender. Foto: TheVisualsYouNeed/Shutterstock
Petric memaparkan bahwa dalam kasus-kasus psychological abuse, pelaku memiliki kecenderungan untuk memperoleh kontrol sepenuhnya terhadap perasaan, pikiran, dan aksi yang dilakukan oleh korbannya.
Faktanya, Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) adalah hal yang saat ini populer di berbagai platform media sosial. Sebagian besar dari media sosial yang sering digunakan oleh pelaku ialah jejaring media sosial ternama seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, SnapChat, hingga TikTok.
ADVERTISEMENT
Mirisnya, menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan, kasus pelecehan terhadap perempuan pada 2019 tercatat mengalami kenaikan laporan hingga 300%.
Para korban pun seringkali merasa termakan manipulasi pelaku saat hendak melakukan aksinya dengan menggunakan trik gaslighting. Ciri paling khas dari penggunaan gaslighting dapat bervariasi tergantung pada tahap kekerasan yang dilontarkan pelaku.
Ilustrasi pacaran. Foto: Shutter stock
Pada tahap awal, pelaku biasanya melontarkan pujian-pujian pada calon korban. Pelaku akan memiliki kecenderungan untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah sosok yang baik, seorang narsistik.
Tahap berikutnya adalah ketika pelaku mulai memanipulasi psikologis korban dengan melontarkan kalimat-kalimat yang berisi kebohongan.
Hal ini akan berlanjut pada fase di mana korban mulai merasa nyaman dan percaya pada pelaku. Guilt trap biasanya digunakan oleh pelaku ketika dirasa korban yang telah percaya untuk melakukan hal-hal yang pelaku inginkan. Korban yang terjebak dalam hipnotis gaslighting umumnya akan merasa bersalah jika tidak menuruti keinginan sang pelaku.
ADVERTISEMENT

Cara Menghindari dan Keluar dari Jebakan Gaslighting Para Predator Seksual Online

Ilustrasi perempuan jadi korban kekerasan seksual siber berbasis gender. Foto: TheVisualsYouNeed/Shutterstock
Predator seksual yang mencari korban secara online biasanya akan memanfaatkan gaslighting untuk memanipulasi korban dengan menjebaknya pada perasaan bersalah, ragu, dan bimbang.
Oleh karena itu, kesadaran terhadap bahaya gaslighting harus ditingkatkan. Guna menghindari gaslighting pada modus yang digunakan para predator seksual online, korban harus jeli untuk memilih teman dalam bersosial media.
Lantaran paparan gaslighting yang dilangsungkan oleh pelaku dapat mempengaruhi psikologis, maka dalam hal ini korban haruslah dapat memerangi trik manipulasi tersebut dengan memperdalam pengetahuan tentang gaslighting dan dampaknya, serta tidak mudah percaya dengan orang yang baru dikenal.
Bagi korban predator seksual online yang telah telanjur mengirimkan hal-hal yang diinginkan oleh pelaku, maka ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk keluar dari jebakan gaslighting:
ADVERTISEMENT