Hubungan Ketidaksetaraan Gender dengan Tingkat Kekerasan Seksual di Jepang

Asma Anjari Azizah
Mahasiswa S1 Studi Kejepangan Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
31 Maret 2024 10:16 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asma Anjari Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Latar Belakang

sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkembangan peradaban manusia tumbuh dengan ideologi patriarki yang sampai saat ini masih kental dan mewarnai berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, budaya patriarki menimbulkan diskriminasi gender. Sebagian besar masyarakat memandang bahwa budaya patriarki sebagai hal yang tidak perlu untuk dipermasalahkan karena sudah menjadi ‘budaya’ yang ada sejak dahulu serta kepercayaan bahwa tugas manusia sudah diatur berdasarkan jenis kelamin oleh Tuhan.
ADVERTISEMENT
Budaya patriarki semakin lama semakin banyak memberikan dampak negatif terutama pada perempuan, banyak sekali perilaku ketidaksetaraan gender yang terjadi dan sudah dinormalisasi. Selain patriarki banyak sekali faktor-faktor yang membuat fenomena ketidaksetaraan gender ini semakin kental dan menjamur di masyarakat. Tantangan menuju kesetaraan gender yang tidak mudah untuk dicapai karena ketidakadilan hukum, ekonomi, kesenjangan partisipasi politik dan sering menjadi korban kekerasan seksual dimanapun perempuan itu berada karena perempuan dianggap makhluk inferior serta penurut yang harus tunduk pada laki-laki.

Ketidaksetaran Gender

Sumber foto: Photo by Magda Ehlers: https://www.pexels.com/photo/boy-and-girl-cutout-decals-1386336/
Ketidaksetaraan gender merujuk pada perbedaan perlakuan yang didapatkan oleh individu berdasarkan jenis kelamin mereka baik dalam aspek ekonomi, sosial, politik, pendidikan, pekerjaan dan lainnya. Penyebab dari ketidaksetaraan gender adalah perasaan superior laki-laki terhadap perempuan sebagai makhluk inferior, prasangka buruk terhadap suatu gender, sistem budaya yang sudah lama melekat (patriarki), kesenjangan mengakses pendidikan tinggi, kekerasan seksual yang sering dilakukan dan ditujukan kepada perempuan dengan berbagai macam cara. Perempuan mendominasi sebagai korban kekerasan seksual, meskipun begitu tidak menutup kemungkinan bahwa laki-laki juga mengalami kekerasan seksual.
ADVERTISEMENT

Bentuk Ketidaksetaraan Gender di Masyarakat

Tingkat pemahaman masyarakat terhadap kesetaraan gender sangat mempengaruhi aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, agama dan politik. Ketidaksetaraan gender dapat menimbulkan banyak permasalahan di masyarakat, misalnya dalam aspek ekonomi misalnya banyak fenomena tentang ‘kemiskinan perempuan’ yang muncul karena perbedaan kesempatan bekerja yang diberikan untuk perempuan untuk berperan di ranah publik padahal banyak sekali perempuan yang mengemban tugas sebagai tulang punggung keluarga
Kasus kekerasan seksual yang merupakan kasus yang selalu ada di seluruh dunia. Kekerasan seksual dapat ditemukan di sekolah, tempat kerja, fasilitas umum bahkan rumah ibadah. Perempuam mendominasi sebagai korban dari kekerasan seksual namun tidak menutupi kemungkinan jika laki-laki pernah mengalaminya. Kekerasan seksual yang dilakukan secara fisik maupun non-fisik dengan sasaran organ seksual. Korban yang mengalami pelecehan seksual akan mengalami perasaan takut, sedih, trauma bahkan tidak jarang merasa jijik pada dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya keterlibatan perempuan di dalam ranah politik sangatlah ditentang karena perempuan dianggap sebagai makhluk inferior jika dibandingkan laki-laki. Perempuan dinilai tidak pantas berada di ranah politik karena dianggap lemah dan mudah untuk didominasi. Namun, akhir-akhir ini banyak sekali perempuan di ranah politik dan menerima tugas untuk memerintah sebuah kota atau daerah. Sayangnya masih banyak perempuan diluar sana yang masih tidak memiliki kesadaran politik maka dari itu perlu mengadakan p endidikan politik bagi perempuan agar mereka dapat memanfaatkan kemampuan dan memanfaatkan kesempatan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga terjadi harmonisasi politik antara perempuan dan laki-laki.

Ketidaksetaraan Gender di Jepang

Ketidaksetaraan gender di Jepang sangatlah buruk karena perempuan di Jepang sudah lama memperjuangkan hak pilih mereka mereka selama lebih dari 30 tahun dan baru terwujud pada tahun 1946, sebelumnya perempuan di Jepang hanya diperbolehkan untuk menghadiri pertemuan politik saja tanpa ada hak pilih.
Sumber foto: Photo by Element5 Digital: https://www.pexels.com/photo/person-dropping-paper-on-box-1550337/
ADVERTISEMENT
Dalam aspek ekonomi terdapat kesenjangan upah kerja antara perempuan dengan laki-laki karena dipengaruhi oleh faktor sistem kepegawaian reguler dan non-reguler, tanpa terlalu memperhatikan ketrampilan yang dimiliki perempuan banyak ditempatkan menjadi pekerja non-reguler yang dibayar dengan gaji murah Kesenjangan upah juga dibarengi oleh sistem human resource management bursa tenaga kerja yang memiliki perbedaan gender kemudian sistem ini juga berpengaruh dalam sulitnya perempuan untuk mencapai puncak karir.
Sumber foto: Photo by Ruslan Burlaka: https://www.pexels.com/photo/black-and-gray-photo-of-person-in-front-of-computer-monitor-140945/
Kasus kecurangan yang sering dilakukan oleh universitas mempersulit perempuan untuk mengenyam Pendidikan perguruan tinggi dengan melakukan penekanan angka diterimanya perempuan sebagai peserta didik baru. Selain itu juga perempuan tidak boleh untuk merantau ke luar kota untuk menempuh Pendidikan karena diharuskan untuk mencari pendamping atau menikah.
Sumber foto: Photo by Emily Ranquist: https://www.pexels.com/photo/photography-of-people-graduating-1205651/
ADVERTISEMENT
Perempuan seringkali mendapatkan kekerasan dari laki-laki berupa pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, gangguan seksual di tempat bekerja, kekerasan seksual non-fisik dan fisik. Hal ini bisa terjadi karena di Jepang perempuan diatur dan dikontrol masyarakat melalui norma sosio-kultural, norma tersebut lahir dari budaya patriarki dengan dipengaruhi pemikiran konfusianisme (hierarkis) yang mengubah peran gender dalam masyarakat lalu dipengaruhi sistem keluarga atau ie.

Kasus Kekerasan Seksual di Jepang

Sumber foto: Photo by Keira Burton: https://www.pexels.com/photo/multiethnic-friends-bullying-woman-on-street-6147396/
Ketidaksetaraan gender merupakan salah satu faktor terjadinya kekerasan seksual. Minimnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender dan harus m karena jika tidak diubah maka tidak akan pernah bisa keluar dari ‘lingkaran setan’ tersebut. Menurut Kepolisian Tokyo di tahun 2017 ditemukan kasus pelecehan seksual sebanyak 1750 kasus, 50% terjadi di kereta api dan 20% di stasiun. Jumlah orang yang berkonsultasi akibat mengalami kekerasan seksual juga semakin meningkat, bahkan di tahun 2018 terdapat 282 guru mengalami kekerasan seksual dan angka tersebut naik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT

Hubungan Ketidaksetaraan Gender dengan Kasus Kekerasan Seksual

Ketidaksetaraan gender terjadi karena norma budaya patriarki yang hanya condong pada satu gender, stereotipe gender, kesempatan pendidikan dan berkarir dibatasi bahka tidak jarang media massa juga seringkali membentuk persepsi masyarakat tentang gender. Jika dilihat dari data dari jumlah kasus kekerasan seksual tersebut menunjukkan bahwa kesadaran serta pemahaman masyarakat Jepang mengenai kesetaraan gender masih sangat kurang.
Ketidaksetaraan gender dan kekerasan seksual memiliki hubungan sebab-akibat yang sangat erat, kekerasan seksual merupakan akibat dari ketidaksetaraan gender. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait betapa pentingnya kesetaraan gender di dalam kehidupan supaya kasus kekerasan seksual menurun sehingga tercipta harmonisasi antara laki-laki dan perempuan.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Sumber foto: Photo by Ann H: https://www.pexels.com/photo/text-on-green-background-7186207/
Ketidaksetaraan gender terjadi karena norma budaya patriarki yang hanya condong pada satu gender, stereotipe gender, kesempatan pendidikan dan berkarir dibatasi bahka tidak jarang media massa juga seringkali membentuk persepsi masyarakat tentang gender. Jika dilihat dari data dari jumlah kasus kekerasan seksual tersebut menunjukkan bahwa kesadaran serta pemahaman masyarakat Jepang mengenai kesetaraan gender masih sangat kurang.
Ketidaksetaraan gender dan kekerasan seksual memiliki hubungan sebab-akibat yang sangat erat, kekerasan seksual merupakan akibat dari ketidaksetaraan gender. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait betapa pentingnya kesetaraan gender di dalam kehidupan supaya kasus kekerasan seksual menurun sehingga tercipta harmonisasi antara laki-laki dan perempuan.
ADVERTISEMENT
Sumber Referensi:
Puspitawati, H. (2013). Konsep, teori dan analisis gender. Bogor: Departe-men Ilmu Keluarga dan Kon-sumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian.
Halizah, L. R., & Faralita, E. (2023). Budaya patriarki dan kesetaraan gender. Wasaka Hukum, 11(1), 19-32.
Efriana, E. PENTINGNYA KESETARAAN GENDER DALAM ASPEK BERMASYARAKAT.
Jannah, P. M. (2021). Pelecehan seksual, seksisme dan bystander. Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 2(1), 61-70.
Gusmansyah, W. (2019). Dinamika kesetaraan gender dalam kehidupan politik di Indonesia. Jurnal Hawa: Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak, 1(1).
Rokhimah, S. (2014). Patriarkhisme dan ketidakadilan gender. Muwazah, 6(1).
Pahlevi, R., & Rahim, R. A. A. (2023). Faktor Pendukung dan Tantangan Menuju Kesetaraan Gender. Jurnal Iman dan Spiritualitas, 3(2), 259-268.
ADVERTISEMENT