Lipsus, Sertifikasi Pranikah, COVER 1:1

Pentingnya Kelas Persalinan dan Postpartum Sebelum Menikah

Ashtra Dymach
Kedamaian di bumi di mulai dari dalam rahim. Birth & Postpartum Doula Founder @haloibu.id Penulis buku " Halo Ibu, Apa Kabar?"
29 November 2019 14:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Menikah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menikah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Saat menikah dengan Ray, saya hanya perlu ke KUA, mendaftar. Saya tidak punya pengetahuan bagaimana cara menikah, apa yang akan terjadi pada pernikahan, bagaimana pola rumah tangga. Yang saya tahu kalau kita cocok, mari kita menikah. Usia pernikahan kami akan menginjak 7 tahun pada Maret tahun depan, saya menikah cukup muda pada umur 24 tahun. Kami bertumbuh bersama. Di saat yang bersamaan, tahun ini ada 3 teman saya yang bercerai.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2017, angka perceraian di Indonesia meningkat menjadi 415.898 gugatan cerai, dari 398.245 pada tahun 2015.
Saya dan keluarga kecil kami. Kami sangat mengusahakan memberikan pola asuh yang lebih baik ke anak-anak kami. Foto: Dok. Pribadi
Pernikahan adalah sesuatu yang tidak mudah, apalagi ditambah dengan hamil, menyusui, serta masa postpartum. Lalu, bagaimana supaya lebih baik?
Kelas untuk Tumbuh
Our first born with our wedding photos. Two people could create life. Foto: Dok. Pribadi
Saya mengajar kelas persiapan persalinan dan masa sesudah melahirkan atau postpartum. Pada kelas ini, ayah dan ibu bisa mengakses informasi tentang melahirkan dan postpartum. Dari mulai apa yang terjadi pada tubuh perempuan, nutrisi, posisi melahirkan, posisi janin, bagaimana bisa melahirkan dengan nyaman, bagaimana memiliki dukungan saat masa postpartum, serta yang paling utama membicarakan transisi besar perempuan dan laki-laki. Saat bayi dilahirkan, tak hanya bayi yang lahir hari itu, ada seorang ibu yang lahir di hari itu, ada seorang laki-laki yang lahir di hari itu. Ada seorang ibu yang menjadi nenek. Ada seorang laki-laki yang menjadi kakek. Ada anak yang jadi kakak.
ADVERTISEMENT
Transisi besar ini perlu dibicarakan, pengetahuan, dan persiapan. Tak hanya pesta pernikahan yang butuh wedding organizer, masa kehamilan, persalinan, dan postpartum juga butuh.
Sebelum itu, sebelum anak, sebelum pesta, ada 2 anak yang memutuskan memasuki jenjang kedewasaan, jenjang pernikahan yang butuh mengetahui apa yang akan terjadi, apa yang akan mereka hadapi.
Film Mandy Moore dan Kucing Dalam Karung
Saya pernah menonton film 'License to Wed' Yang dibintangi Mandy Moore, John Krasinski, serta Robin Williams. Film ini bercerita tentang pasangan yang jatuh cinta sangat cepat dan akan segera menikah. Mereka mau menikah diberkati atau dinikahkan oleh seorang pendeta yang dibintangi Robin William. Tapi, mereka harus mengikuti kelas persiapan pernikahan bersama sebelum mendapat izin menikah. Kocak, haru, serta romantis. Yang paling saya ingat ada team builduing session, di mana pasangan latihan mempercayai pasangannya dengan latihan fisik bersama. Banyak pasangan yang berhasil dan gagal.
ADVERTISEMENT
Ini mengingatkan saya pada teman saya yang waktu masa kerjanya sudah bercerai dengan pasangannya. Ia terkena kekerasan dalam rumah tangga, hingga bercerai. Saya jadi penasaran apa mantan suaminya kasar saat pacaran? Ia menjawab, “Enggak lah. Menikah tuh seperti kucing dalam karung, enggak bakal tahu kita dapat apa”, tegasnya.
Saya sudah hampir 7 tahun menikah, benar saya seperti beli kucing dalam karung. Saya belajar mengenal Ray, mengenal diri saya, membangun hubungan bersama. Satu hal yang pasti, menikah itu butuh usaha, ada dua makhluk dari budaya yang berbeda, dari dua latar belakang yang berbeda dan memiliki pola asuh yang berbeda.
Tak hanya saya yang belajar jadi ibu, Ray juga belajar menjadi ayah. Foto: Dok. Pribadi
Sebelum menikah, saya tidak mengerti dengan jelas; apa, sih, hak dan kewajiban istri? Apa, sih, hak dan kewajiban suami? Bagaimana cara mendapatkan seks yang menyenangkan untuk kedua belah pihak? Bagaimana, sih, menjadi orang tua?
ADVERTISEMENT
Menurut saya, kelas persiapan pernikahan itu perlu untuk meminimalisir pola pernikahan warisan dari orang tua yang tidak perlu. Mengurangi kekerasan, cuek, gengsi, dan mempenetrasi keterbukaan antarpasangan. Membuka pintu komunikasi untuk wacana-wacana yang sulit dibicarakan antarpasangan. Tentunya dengan kurikulum yang melibatkan mind, body and soul. Malahan sesudah itu, pasangan perlu mengikuti kelas persiapan persalinan dan masa postpartum agar bisa menjadi pasangan yang damai lahir dan batin. Karena, generasi hebat masa depan datang dari keluarga yang damai dan bahagia serta penuh cinta.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten