Ilustrasi Ibu dan Bayi

Air ASI, Air Kebahagiaan

Ashtra Dymach
Kedamaian di bumi di mulai dari dalam rahim. Birth & Postpartum Doula Founder @haloibu.id Penulis buku " Halo Ibu, Apa Kabar?"
3 Agustus 2019 9:56 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Ibu dan Bayi Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ibu dan Bayi Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Ubud, tiga belas bulan lalu. Suara ayam dan bebek terdengar sayup-sayup. Ah, matahari masih malu menampakkan dirinya. “Ngik....ngik....”, setiap saya menggeser tubuh. Bukan-bukan, sumbernya bukan tubuh saya yang pegal. Tapi suara kasur kayu menyapa kala saya membalikkan badan. Bau embun menyentuh rerumputan, tercampur bau dupa menyapa hidung saya. Rasanya ada yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Bukan suasana Bali yang syahdu. Saat mengintip, Mahija, anakku, terbaring di sebelah saya. Saat mengintip, ada sang suami di sebelah saya. Saat mengintip, ada bayi merah di sebelah saya. Saat membuka mata, meraba tubuh saya.....payudara saya tak lagi sama. Besar, penuh, dan sakit.
Hari itu, 3 hari setelah Kuningan, perayaan umat Hindu Bali. Pada Hari Kuningan dewa-dewi kembali ke langit. Tiga hari pula umur anak keduaku, Dewa Ayu Samudra Selaras Pakpahan. Pada masa perayaan ini, payudaraku juga merayakan dirinya. Air susu berlimpah ruah untuk si jabang bayi. Eureka!

Mustinya, Saya Bahagia Ya?

Ilustrasi ibu stres karena ASI tidak keluar. Foto: Getty Images
Tapi susu yang banyak ini membuat payudara saya bengkak, sampai-sampai milk duct atau tersumbat, sampai mastitis. Padahal Newborn atau bayi baru lahir, menyusui 8-12 kali dalam sehari. Saya masih ingat, saat ingin menyusui, Samudra menangis, saya juga menangis.
ADVERTISEMENT
Lalu, jahitan pada vagina saya belum juga sembuh, payudara bengkak, ketika menyusui, perut saya kontraksi, saya kurang tidur. Rasanya jika mengingat, hari-hari itu tidak enak sekali.
Pada hari keempat melahirkan Sam, mastitis sialan itu tak hanya membuat saya enggan menyusui, tapi juga membuat saya mengumpat peran baru saya: Suplier nutrisi, si sapi perah.
Dalam keadaan ini rasanya apa yang saya pelajari sebagai Doula, pendamping persalinan dan masa postpartum, apa yang saya ajarkan ke klien-klien ibu saya ketika baru pertama kali menyusui, buyar.
Pada hakikatnya, air susu keluar pada hari ke empat sampai ke lima. Hari-hari pertama bayi tidak butuh ASI. Saat baru melahirkan jangan pisahkan ibu dengan bayi. Bau areola pada puting sama dengan bau air ketuban, saat bayi baru saja lahir, letakan bayi pada dada ibu. Bayi akan mencari puting.
ADVERTISEMENT

Kenapa ASI?

Ilustrasi ibu menyusui. Foto: Shutter Stock
ASI adalah cairan paling tepat untuk dikonsumsi perut bayi yang kecil dan belum bisa mencerna dengan baik. Jika newborn diberi susu formula, perutnya akan sakit, karena susu yang ia minum tidak sesuai dengan asupan yang ia butuhkan.
Jika bayi diberi susu formula sebelum diberikan ASI, bayi akan menolak disusui ibunya. Anak-anak yang diberikan ASI juga diberikan sistem imun baik dari ibunya, menjadikan anak-anak ASI memiliki kekebalan tubuh yang baik.
Suami saya, Ray, memiliki pengalaman diberikan ASI oleh ibunya hingga 3 bulan pertama hidupnya. Menurut World Health Organization (WHO), baiknya anak diberikan ASI minimal 2 tahun pertama. Ray pernah membaca buku ASI Eksklusif Dong! Karya bidan Robin Lim dari Klinik Yayasan Bumi Sehat pada saat kehamilan pertama anak kami, Mahija.
ADVERTISEMENT
Saat ia tahu payudara saya bengkak, saat si jabang bayi tidur, Ray memeras jahe yang dikupas, diserut, lalu dimasukkan ke wadah dan dicampur air panas. Ray lalu mengambil handuk, merendam handuk ke dalam air hangat, memerasnya. Saya tiduran di atas kasur, lalu Ray menaruh si handuk yang berlumur jahe ke payudara saya.
Ini Ray lakukan 3 kali sehari selama kurang lebih 10-15 menit pada 3 minggu pertama Samudra dilahirkan.
Semua keluarga kami ada di Jakarta, kami tak punya pembantu di Ubud, saya belum pulih. Ray memesan makan 3 kali sehari untuk kami. Ray selalu bertanya saya ingin makan apa? Memastikan Mahija makan, saya makan, dan bayi di gendong agar bayi bisa bersendawa setelah menyusui. Tak lupa memberikan obat untuk vagina saya yang dijahit, dua kali sehari. Konstan, tak mengeluh.
ADVERTISEMENT
Kembali ke Jakarta, hari ini, saya tanya Ray, “Emang gimana sih cara mendukung Aku menyusui?"
“Bilang aja cantik dan jangan lupa kasih makan enak,” ujar Ray percaya diri, seakan dia sudah punya hasil terbaik.
Kalau dipikir, memang sudah. Saya sukses menyusui Mahija selama 2 tahun 4 bulan. Saat ini, Samudra 13 bulan, masih menyusui.

Percaya Dirimu, Ibu

Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Shutterstock
Saya percaya saya mampu memberikan ASI.
Kalimat ini kuat. Afirmasi indah.
Tapi saya rasa, saya tidak akan mampu memiliki kepercayaan ini jika saya tidak punya bekal. Banyak membaca buku, mengikuti kelas child birth education, kelas menyusui, kelas postpartum. Memiliki dukungan offline dari ibu saya yang sukses menyusui kami anak-anaknya, dari teman-teman doula, sahabat-sahabat saya yang yakin saya bisa.
ADVERTISEMENT
Serta dukungan online.
Haloibu.id memiliki satu konten bernama pengakuan ibu, di mana ibu bisa bercerita apa yang mereka rasakan, tapi anonim. Banyak ibu yang mengakui ASI-nya serat. ASI tidak keluar. Tapi mereka juga cerita mereka memiliki lingkungan yang tak mendukung mereka memberikan ASI.
Alih-alih dipuji dan diberikan kalimat penyemangat. Mereka sering mendengar, seorang figur perempuan yang lebih tua dan bijak dalam hidupnya mengatakan, kenapa tidak diberikan susu formula jika susumu tidak banyak?
Imaji pada sosial media juga memberikan ruang untuk ibu meragukan dirinya. Tak jarang saya melihat teman-teman blogger yang bekerja sama, mendukung, mengiklankan, posting produk susu formula. Padahal saya tahu beberapa dari mereka menyusui anak-anak mereka. Rasanya ironis.
ADVERTISEMENT

ASI adalah Air Kebahagiaan

Ilustrasi Ibu menyusui. Foto: Getty Images
Ibu, menyusui tidak mudah.
Sakit, pegal badan. Sakit pinggang. Bisa mastitis. Tongue tie. Lip tie. Demam, abses. Seperti semua hal baru, kita butuh waktu untuk bisa. Untuk terbiasa dan bisa. Ibu, kamu bisa. Kamu mampu.
Ayah, air susu itu air kebahagiaan. Berikanlah ibu dukungan. Bawakan jus buah sehat saat ibu menyusui. Masak atau belikan makanan kesukaannya. Tatap mata ibu, pegang tangannya bisikan dengan lembut,
“Sayang, menyusui enggak mudah yah, banyak tantangannya, tapi saya yakin kamu bisa. Kenapa yah kamu cantik banget saya menyusui?” Seperti suasana Ubud pada pagi hari, manis, hangat, dan syahdu.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten