Mewujudkan Sekolah Sehat dan Unggul

Asep Rudi Nurjaman
Dosen UPI Kampus di Cibiru, Ketua Yayasan Bintang Cendikia Al Muhyidin
Konten dari Pengguna
1 Juli 2021 9:35 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Rudi Nurjaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Manajemen menjadi kunci keberhasilan sekolah dalam melakukan pengelolaan pendidikan, salah satunya ialah manajemen pendidikan karakter. Banyak nilai karakter yang harus diajarkan kepada para peserta didik, tampaknya penanaman nilai-nilai karakter cinta kebersihan dan peduli lingkungan masih belum maksimal dilaksanakan oleh kebanyakan sekolah. Peserta didik yang membuang sampah sembarangan masih menjadi pemandangan yang sering dilihat di lingkungan khususnya Sekolah Dasar. Sampah yang menumpuk di pojok-pojok kelas dan lingkungan sekolah masih sangat mudah ditemui ketika berkunjung ke sekolah. Kondisi tanaman dan pohon yang mati karena tidak terawat menambah suasana sekolah yang gersang dan tidak enak dipandang. Sehingga, dengan kondisi demikian mampu mempengaruhi perkembangan emosi, sosial, moral dan agama para peserta didik di sekolah. Jika masalah ini tidak segera ditangani dan dicarikan solusi maka mewujudkan sekolah sehat dan unggul hanya sebatas harapan semata.
ADVERTISEMENT
Guru memiliki peran sentral dalam mendidik dan mengajarkan nilai-nilai karakter, tentunya karakter tersebut sangat bermanfaat untuk peserta didik bukan saja selama mereka masih belajar di sekolah akan tetapi ketika hidup di masyarakat. Keteladanan guru akan menjadi modal utama dalam mendidik peserta didik untuk memiliki nilai karakter yang baik. Seperti dalam sebuah papatah “Guru kencing berdiri, peserta didik kencing berlari”. Sejatinya, seorang guru harus mampu memberikan bimbingan, pengajaran, dan keteladanan yang baik bagi peserta didiknya.
Sekolah saat ini masih dihadapkan pada masalah kebersihan, baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan. Kelas yang bersih dan rapih membuat para guru dan peserta didik nyaman dalam melakukan kegiatan mengajar belajar. Perhatian terhadap kebersihan di sekolah masih rendah, pendidikan karakter yang ditanamkan hanya sebatas teori namun belum pada implementasi yang dilakukan secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Fasilitas sekolah yang tidak terkelola dengan baik, kotor dan lulusannya yang tidak unggul itu menandakan pelaksanaan manejemen pendidikan karakter belum terlaksana secara maksimal dan tidak berkelanjutan. Banyak sekolah yang lingkungannya terkesan kotor dan kumuh sehingga mempengaruhi ketidak nyamanan ketika belajar dan bermain peserta didik. Budaya membuang sampah pada tempatnya masih belum tertanam pada diri peserta didik sehingga sampah yang dibuang sembarangan menjadi masalah klasik yang terus terjadi sampai saat ini. Hal tersebut terjadi karena kurang tertanamnnya nilai-nilai karakter seperti; tanggungjawab, mandiri, cinta kebersihan dan peduli lingkungan pada diri peserta didik.
Pengelolaan sampah di sekolah belum maksimal. Selama ini, sekolah hanya melakukan pembakaran terhadap sampah-sampah yang ditimbulkan dari bekas jajanan peserta didik dan masyarakat sekolah. Padalah penanganan sampah dengan cara membakar bukan tidak menimbulkan masalah baru justru akan menimbulkan polusi udara dan apabila asap yang ditimbulkan dari hasil pembakaran sampah terhirup oleh peserta didik maka akan menjadi sumber penyakit yang mengakibatkan gangguan pernafasan bagi kesehatan peserta didik. Tentunya, hal tersebut juga mengganggu terhadap kenyamanan belajar peserta didik. Salah satu faktor yang menyebabkan pengelolaan sampah belum maksimal adalah tidak dikembangkannya program-program pendidikan karakter yang fokus dalam membentuk karakter cinta kebersihan dan peduli lingkungan yang dilakukan secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Dampak yang ditimbulkan dari kondisi lingkungan sekolah yang kumuh, kotor dan tidak terawat menyebabkan peserta didik tidak nyaman dalam belajar dan bermain di lingkungan sekolah. Bukan hanya itu, peserta didik mudah terserang penyakit karena mereka tinggal di tempat yang kotor dan tidak terawat. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena jika peserta didik sering sakit dan tidak masuk sekolah maka tujuan pembelajaran di kelas akan terkendala dan tidak tercapai. Peserta didik sering tertinggal mata pelajaran karena alasan sakit. Sakit yang diderita peserta didik itu dikarenakan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang kotor, banyak sampah dan bau sehingga banyak kuman menyebabkan peserta didik mudah terserang penyakit.
Dengan demikian, masyarakat sebagai penerima manfaat dari pendidikan di sekolah akan berkurang minatnya untuk menyekolahkan putra-putrinya kesekolah yang terkesan kotor dan kumuh tersebut. Minat masyarakat yang rendah untuk menyekolahkan di sekolah bersangkutan tentunya mengancam eksistensi dan masa depan sekolah. Jika sekolah tidak lagi ada peminat maka dua kondisi yang akan dihadapi oleh sekolah, yakni: 1) menggabungkan sekolahnya dengan sekolah terdekat dan tentunya dengan sekolah yang memiliki jenjang yang sama. 2) berakhir pada dicabutnya izin operasional sekolah.
ADVERTISEMENT
Tanggungjawab terhadap kebersihan di lingkungan sekolah harus menjadi tanggungjawab bersama antara kepala sekolah, guru, murid, wali murid, dan masyarakat sekitar sekolah tentunya dengan dukungan dari pemerintah khususnya dinas pendidikan setempat dalam memberikan pembinaan, pengarahan, dan pengawasan. Di sisi lain, kebersihan sudah menjadi program pemerintah pusat, provinsi, dan daerah yang harus didukung oleh seluruh warga masyarakat terutama masyarakat sekolah.
Dampak lain yang ditimbulkan dari kondisi sekolah yang kotor dan kumuh tentunya mempengaruhi prestasi sekolah yang rendah. Sekolah yang kotor mencerminkan nilai-nilai karakter yang belum membudaya pada diri peserta didik dan masyarakat sekolah. Peserta didik dan guru tidak maksimal dalam melakukan proses pembelajaran karena motivasi belajar yang rendah, tidak nyaman dalam situasi belajar dan lingkungan yang kotor. Sehingga, kondisi itu menyebabkan sekolah tidak berprestasi baik dari aspek akademik maupun non-akademik melalui kegiatan ekstrakulikuler.
ADVERTISEMENT
Sekolah sehat dan unggul harus menjadi perhatian para kepala sekolah, guru, tendik, murid, wali murid dan para pemangku kebijakan pendidikan. Oleh karena itu, perlu manajemen yang baik untuk mewujudkan sekolah sehat dan unggul yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Sekolah seharusnya menjadi contoh dan pelopor dalam mewujudkan lingkungan yang sehat demi kenyamanan seluruh warga sekolah. Mengingat saat ini, kebersihan dan kesehatan menjadi masalah baik dilingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Sekolah sehat menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pendidikan. Bahkan dalam pandangan Islam aspek kesehatan dipandang sebagai sesuatu yang disejajarkan dengan keimana. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 23 tentang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Terkait tentang hal tersebut, al-qur’an juga mempunyai istilah-istilah tersendiri dalam mengungkapkan istilah kata kesehatan. Begitu pentingnya kebersihan menurut islam, sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya dalam surah Al-Baqarah ayat 222 yang berbunyi :
ADVERTISEMENT
....ﺍِنَّﷲَيُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَﻬِّرِيْنَ۝
Artinya :
“........Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan / membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)
Sekolah sehat akan mampu menciptakan suasana belajar yang bersih, nyaman, dan kondusif. Lingkungan yang bersih dan asri akan mampu medukung suasana belajar yang menyenangkan. Seluruh masyarakat sekolah mulai dari peserta didik, guru, dan tendik serta masyarakat sekolah lainnya akan merasakan kenyamanan melaksanakan semua aktivitas di sekolah. Pekarangan sekolah yang ditanami berbagai jenis tumbuhan, bunga-bunga dan jenis tanaman lainnya akan memberikan dampak yang positif terhadap suasana lingkungan yang sejuk, segar dan terbebas dari polusi udara. Udara sehat yang mengandung kadar oksigen yang mencukupi akan mampu membuat para peserta didik sehat dan berpikir dengan maksimal dan membantu proses belajar.
ADVERTISEMENT
Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat saat ini sedang menjadi perhatian pemerintah khususnya di Jawa Barat. Pemerintah sangat berharap sekolah-sekolah ke depan mampu menjadi pelopor dalam mewujudkan kehidupan yang sehat baik sehat secara fisik maupun sehat secara ruhani. Sehingga, dengan program sekolah sehat ini diharapkan mampu mewujudkan masyarakat Jawa Barat juara lahir batin. Tentunya, untuk mewujudkan sekolah sehat diperlukan terobosan-terobosan baru dalam membuat program-program pendidikan karakter yang mendukung terwujudnya sekolah sehat dan unggul. Penanaman sikap cinta kebersihan dan peduli lingkungan harus mampu dikemas dalam sebuah pembelajaran yang disenangi oleh peserta didik di sekolah.
Keberadaan sampah di sekolah jangan lagi dianggap sebagai sumber masalah dan musibah. Namun sebaliknya, pihak sekolah harus mampu menjadikan sampah sebagai berkah dengan melakukan inovasi dalam pengelolaan sampah menjadi barang yang memiliki manfaat dan nilai ekonomis. Jika sebelumnya sampah dianggap sebagai salah satu penyebab musibah seperti penyebab banjir dan lingkungan yang kotor maka sekarang hingga kedepan sampah akan mendatangkan berkah dan nilai ekonomis.
ADVERTISEMENT
Barang-barang bekas jajanan peserta didik jika dibiarkan begitu saja maka tidak menuntut kemungkinan akan menjadi masalah bagi lingkungan sekolah di masa mendatang. Apalagi barang-barang dan sampah yang dibuang berjenis benda yang sulit untuk diuraikan, seperti plastik wadah jajanan, botol minuman, dan barang-barang berbahan plastik lainnya. Jika sampah-sampah tersebut hanya dibakar maka hanya menimbulkan polusi udara dan tidak memiliki nilai ekonomis. Sehingga, sekolah harus mampu membuat ide gagasan dalam memecahkan masalah sampah di sekolah yang tiap harinya terus dihasilkan oleh kantin-kantin yang ada di lingkungan sekolah.
Asep Rudi Nurjaman/Dosen UPI Kampus di Cibiru