Membangun Karismatik Guru

Asep Rudi Nurjaman
Dosen UPI Kampus di Cibiru, Ketua Yayasan Bintang Cendikia Al Muhyidin
Konten dari Pengguna
22 Agustus 2020 20:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Rudi Nurjaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru di sekolah inklusi Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru di sekolah inklusi Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
DUNIA pendidikan tercoreng kembali dengan tersebarnya video beberapa bulan kebelakang sebelum isu wabah virus corona melanda, yakni tayangan yang mempertontonkan perilaku tak bermoral salah satu siswa yang menghina, mencaci, bahkan melakukan kekerasan terhadap gurunya. Parahnya lagi kejadian tersebut berlangsung di dalam kelas ketika seorang guru sedang melaksanakan tugasnya mengajar, tentunya kejadian tersebut menjadi tontonan siswa-siswi yang ada di kelas. Kejadian ini sangat menusuk hati para guru yang semestinya di gugu dan ditiru, dihormati dan dihargai. Video tersebut viral karena telah mencoreng kondisi pendidikan di Indonesia meskipun itu hanya terjadi di salah satu sekolah yang berada di bagian wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Keinginan besar para pemangku kebijakan dan para pakar pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan masih dirasa berat. Selama pendidikan di Indonesia masih mengiblat kepada pendidikan barat bukan kepada pendidikan yang berbasis nilai-nilai, norma dan agama. Dalam agama islam yang terpenting dalam pendidikan adalah bagaimana para pendidik baik orang tua maupun guru mampu menanamkan pondasi dasar dari pendidikan itu sendiri. Pertama, pendidikan ketuhanan/akida. Kedua, Pendidikan ketaatan/ubudiyah. Ketiga, pendidikan moral atau akhlak.
Untuk mendidik siswa yang memiliki nilai ketuhanan, kesolehan dalam menjalanakan ajaran agama, dan berakhlak semua itu tidak akan tercapai kecuali harus diawali dari gurunya itu sendiri. Kalau gurunya sudah memiliki keimanan yang kokoh, pengamalan agama yang kuat serta memiliki sauritauladan yang baik dapat dipastikan seorang guru akan mampu membangun karismatik di depan para siswanya.
ADVERTISEMENT
Sifat karismatik ini sudah mulai luntur seiring budaya-budaya barat yang tidak sesuai dengan nilai, norma dan budaya bangsa Indonesia. Adapun sifat karismatik itu sendiri dalam kamus bahasa Indonesia adalah bersifat karisma atau dengan kata lain salah satu penampilan seseorang yang dianggap memukau. Sehingga disenangi oleh para siswa dan apa pun yang diucapkan, diperintahkan kepada muridnya maka para siswa akan mengikutinya.
Fasilitas yang lengkap dan metode pembelajaran yang baik tidak menjadi syarat utama dalam keberhasilan pendidikan. Kita bisa berkaca pada guru-guru terdahulu dengan keterbatasan biaya, sarana dan prasarana bahkan metode mengajarpun hanya dengan satu metode ceramah. Namun, karena mereka berhasil dalam menanamkan pondasi dasar dalam pendidikan maka para siswanya banyak yang berhasil dan sukses. Guru-guru zaman dulu sifat karismatiknya sangat terasa sehingga penghormatan kepada guru menjadi akhlak tertinggi yang harus dimiliki seorang siswa.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana kita sebagai guru agar kejadian serupa tidak terulang lagi? Kehormatan guru diinjak-injak oleh seorang murid yang tidak bermoral. Tidak perlu mencari siapa yang salah introspeksi diri dan muhasabah akan menjadi salah satu solusi dalam memperbaiki cara memberi pengajaran dan pendidikan yang terbaik. Sebesar apa pun kesalahan siswa mereka tetap adalah siswa yang perlu didik dan terus diberi kesempatan untuk lebih baik. Karena hakikatnya apa yang terjadi itu merupakan ujian bagi seorang guru untuk tetap bersabar dalam mengemban tugasnya sebagai pengajar. Mari kita kembalikan cara mendidik siswa-siswi kita dengan memiliki niat yang lurus. Pertama, mendidiklah dengan hati dan hanya mengharap ridho-Nya. Kedua, mendidiklah dengan menanamkan nilai-nilai agama. Ketiga, mendidiklah dengan penuh cinta dan kasih sayang. Keempat, mendidiklah dengan sebuah keyakinan bahwa perbuatan kita akan menjadi amal kebaikan yang tidak akan pernah terputus meskipun suatu hari kita sudah tidak mampu mengajar lagi atau bahkan meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Seorang guru harus memiliki mental baja karena mereka pada hakikatnya sedang berperang di medan perang. Memberantas kebodohan yang akan menyengsarakan generasi bangsa. Kehormatan guru adalah kehormatan yang tertinggi di antara kehormatan para pejuang Bangsa. Guru adalah pahlawan pendidikan sehingga ia akan terus diuji dengan berbagai halangan, bintang, bahkan guru juga harus siap berkorban jiwa dan raganya. Namun, para guru harus yakin jasamu akan dikenang sepanjang masa. Semoga***
Asep Rudi Nurjaman_Dosen UPI Kampus Cibiru