Bangga dengan Budaya Bangsa Indonesia

Asep Rudi Nurjaman
Dosen UPI Kampus di Cibiru, Ketua Yayasan Bintang Cendikia Al Muhyidin
Konten dari Pengguna
18 Agustus 2020 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Rudi Nurjaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pertunjukan seni budaya pelajar Indonesia di China Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pertunjukan seni budaya pelajar Indonesia di China Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Budaya merupakan salah satu kekayaan suatu bangsa. Bangsa memiliki citra di mata dunia karena kaya akan budayanya. Mungkin banyak orang yang tahu tapi hanya sedikit yang faham benar pengertian dari budaya itu sendiri. Budaya adalah identitas unik dan khas bagi suatu daerah dan Indonesia memiliki bermacam-macam budaya sehingga negara indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan kebudayaan. Perbedaan tersebut semestinya menjadi kekayaan yang patut disyukuri bukan malah menjadi diskriminasi antara daerah yang satu dengan yang lain. Warga Negara Indonesia mesti memegang teguh slogan Bhineka Tungga Ika ( berbeda – beda namun tetap bersatu ), namun untuk menanamkan kecintaan terhadap budaya sendiri bukan tidak tanpa rintangan. Generasi milenial harus mampu memfilter pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai norma bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi etika dan estetika juga ajaran agama.
ADVERTISEMENT
Maka, tugas guru harus menanamkan rasa cinta terhadap budaya yang dimiliki sebagai warga Indonesia sejak dini dan dengan cara yang baik pula. Jika generasi milenial lebih mencintai budaya bangsa luar, maka dapat dipastikan rasa nasionalisnya akan semakin terkikis, pudar dan bahkan membenci budaya sendiri.
Ada pepatah mengatakan baik untuk bangsa lain belum tentu baik bagi bangsa kita. Seperti Freedom Cultur ( budaya bebas ), budaya ini sudah mampu membius generasi bangsa sehingga tidak memperhatikan dampak negatif dari kebebasan yang tanpa batas tersebut. Maraknya generasi milenial yang suka mewarnai rambutnya dengan warna – warni yang mencolok, hidung yang pakai tindik, badan bertato, dan telinga yang dilobangin dengan anting yang menggantung menjadi beban seakan sudah dianggap hal biasa dan tidak melanggar norma nilai. Pemandangan tersebut sudah menjadi lumrah dan tidak ada yang berani menegur di masyarakat. Sedangkan, fenomena tersebut menjadi tontonan bagi para generasi milenial dan yang awalnya hanya sekedar tontonan pada akhirnya menjadi tuntunan. Banyak generasi milenial yang mencontoh budaya hidup tersebut karena menganggap sudah menjadi gaya hidup ( Life Style) yang berkembang di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan oleh para guru dalam memfilter budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita antara lain mengedukasi tentang pengertian budaya, pentingnya budaya, fungsi budaya dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari budaya bangsa kita. Guru harus menjadi model dalam memberikan teladan dalam menunjukan rasa cinta terhadap budaya sendiri. Selanjutnya, dalam menanamkan rasa cinta terhadap budaya seorang guru bisa memasukan nilai-nilai budaya bukan hanya pada tataran teori saja melainkan mampu mempraktekan dalam kegiatan pembelajaran siswa di kelas.
Jika generasi milenial mencintai budaya bangsa sendiri maka generasi bangsa akan mampu membentengi dari budaya luar yang tidak sesuai dengan adat dan nilai-nilai norma bangsa Indonesia. Mengingat, kebudayaan adalah aset bangsa yang berharga dan tidak kalah dengan aset bangsa yang lainnya seperti suku, adat istiadat, bahasa dan agama. Indonesia di kenal karena kaya akan kebudayaannya maka wajib bagi para guru untuk menanamkan kembali kecintaan terhadap kebudayaan bangsa kepada para peserta didiknya sehingga mereka dapat tumbuh menjadi generasi milenial yang memiliki rasa cinta terhadap budaya bangsanya sendiri. Semoga***
ADVERTISEMENT
Asep Rudi Nurjaman_Dosen UPI Kampus Cibiru