Mengompol: Pengertian, Penyebab, hingga Cara Mengatasinya

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
Konten dari Pengguna
19 Mei 2022 20:55 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi orang dewasa yang tidak mampu menahan kencing. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang dewasa yang tidak mampu menahan kencing. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam dunia medis, ngompol dikenal dengan istilah enuresis. Kondisi ini bisa terjadi ketika seseorang tidur atau bahkan ketika mereka terjaga. Tak hanya pada anak-anak, enuresis juga bisa dialami oleh orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Pada anak di bawah usia 5 tahun, kebiasaan mengompol adalah hal yang normal terjadi. Hal ini lantaran anak-anak di usia tersebut belum terlatih untuk menahan pipis. Jadi, wajar jika mereka mudah mengompol atau mengalami enuresis.
Apabila kebiasaan mengompol tetap berlanjut hingga anak berusia di atas 5 tahun, kondisi ini disebut enuresis primer. Namun, pada kasus tertentu, mengompol bisa terjadi pada orang dewasa yang sebenarnya mampu menahan dan mengontrol buang air kecilnya dengan baik. Kondisi enuresis ini dinamakan dengan enuresis sekunder.
Agar lebih memahami fenomena satu ini, simak apa itu mengompol, penyebab, hingga cara mengatasinya di dalam pembahasan berikut ini.
Ilustrasi orang dewasa yang mengalami kelainan saluran kencing. Foto: Pexels

Apa yang Dimaksud dengan Mengompol?

Mengutip buku milik Willy F. Maramis dalam buku Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2, mengompol atau enuresis adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat menahan keluarnya air kencing.
ADVERTISEMENT
Kejadian mengompol umumnya menurun dalam satu keluarga. Bila orang tua memiliki riwayat mengompol, anaknya pun memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan yang sama.
Pada anak-anak, mengompol merupakan salah satu tahap perkembangan standar. Namun, jika terjadi pada orang dewasa, hal ini bisa menjadi gejala sebuah penyakit. Mengompol bisa juga disebabkan karena ada penyakit yang melatarbelakanginya.
Untuk menentukan diagnosis mengompol, dokter akan melakukan wawancara medis. Hal tersebut diperlukan untuk mengetahui:
ADVERTISEMENT
Selain wawancara medis, diperlukan juga pemeriksaan penunjang berupa:
Ilustrasi mengompol saat tidur. Foto: Pixabay

Bagaimana Cara agar Tidak Mengompol Lagi?

Cara agar tidak mengompol lagi bisa dilakukan secara alami maupun tindakan medis. Dirangkum dari buku Keperawatan Dasar 2 untuk Pendidikan Vokasi karya Musrifatul Uliyah dan Aziz Alimul Hidayat, cara alaminya sebagai berikut.

1. Bangunkan Diri di Malam Hari

Menyetel alarm di tengah malam dapat membantu mencegah fenomena mengompol. Bangunlah sekali atau dua kali setiap malam untuk mengosongkan kandung kemih dan pastikan tidak ada yang tersisa.

2. Lakukan Buang Air Kecil secara Teratur

Jadikan buang air kecil secara teratur sebagai bagian dari rutinitas. Pada siang hari, tetapkan jadwal kapan akan buang air kecil dan patuhi jadwal tersebut. Pastikan juga untuk buang air kecil sebelum tidur di malam hari.
ADVERTISEMENT

3. Perhatikan Asupan Makanan

Ternyata ada beberapa makanan yang direkomendasikan untuk mencegah fenomena ngompol. Lantas, makanan apa yang bisa mencegah ngompol? Berikut makanan yang bisa dijadikan sebagai obat tradisonal ngompol:
ADVERTISEMENT

4. Kurangi Penyebab Iritasi Kandung Kemih

Kafein, alkohol, pemanis buatan, dan minuman manis dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan lebih sering buang air kecil. Sebagai upaya mengatasi kondisi mengompol, kurangilah konsumsi pemicu iritasi kemih ini.
Kondisi enuresis yang tak kunjung membaik atau sudah menetap sejak masa kanak-kanak adalah kondisi yang memerlukan pemeriksaan lanjut oleh dokter. Setelah dokter menentukan diagnosisnya, dokter akan mengatasi secara cepat fenomena mengompol ini. Adapun caranya sebagai berikut:

5. Pemberian Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan untuk mengatasi enuresis umumnya disesuaikan dengan faktor penyebabnya. Misalnya, jika enuresis disebabkan oleh infeksi, kondisi ini perlu diobati dengan antibiotik.
Sementara itu, jika enuresis disebabkan oleh gangguan prostat, dokter perlu meresepkan obat-obatan untuk mengatasi gangguan prostat tersebut.
Selain itu, dokter juga akan memberikan obat-obatan seperti desmopressin dan imipramine. Namun, obat-obatan tersebut biasanya tidak dianjurkan untuk digunakan pada anak-anak di bawah usia 6 tahun.
ADVERTISEMENT

6. Terapi Listrik

Pada kasus tertentu, enuresis juga dapat ditangani dengan terapi listrik. Terapi ini berfungsi untuk memperkuat otot-otot kandung kemih dan memperbaiki gangguan saraf yang membuat seseorang sering mengompol. Terapi ini umumnya dapat dilakukan sebagai bagian dari fisioterapi.

7. Operasi

Tindakan operasi umumnya dilakukan pada kasus enuresis yang sudah menetap lama atau tidak membaik dengan penanganan lainnya. Selain itu, operasi juga bisa dilakukan untuk menangani enuresis akibat kondisi tertentu, seperti kandung kemih turun, kanker prostat, atau kanker kandung kemih.
Ilustrasi penyakit saluran kencing yang membuat seseorang mengalami fenomena ngompol. Foto: Pixabay

Kenapa Sudah Besar Tapi Masih Ngompol?

Tak cuma pada anak-anak, enuresis juga dapat terjadi pada orang dewasa. Hal ini bisa terjadi karena enuresis primer memang sudah dialami sejak mereka masih di usia kanak-kanak.
Namun, selain karena enuresis primer, enuresis pada orang dewasa terkadang juga bisa disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti:
ADVERTISEMENT
Lantas, pada orang dewasa yang masih mengompol, pertanda apa? Menurut situs Emedicine Medscape, mengompol di usia dewasa juga menandakan adanya kondisi medis tertentu, seperti:
Selain itu, enuresis juga bisa terjadi akibat efek samping obat-obatan tertentu seperti obat golongan diuretik, obat penenang, dan antihistamin.
ADVERTISEMENT
(VIO)