Membunuh Dengan Kata

Ariska Putri
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Konten dari Pengguna
12 September 2021 14:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ariska Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Dee @ Copper and Wild on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Dee @ Copper and Wild on Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komentar yang ditinggalkan oleh masyarakat di media sosial sering kali menggandung unsur perundungan terhadap orang lain sampai dapat membunuh orang tersebut. Media sosial memang di buat untuk membantu komunikasi antar manusia namun, saat ini media sosial dijadikan ajang pamer, pertikaian, mengeluarkan keluh kesah, membagi keseharian, hingga menyampaikan opini politik. Di masa sekarang, tidak memiliki media sosial akan ditandai sebagai orang yang tidak melek terhadap perubahan global.
ADVERTISEMENT
Banyaknya pengguna media sosial yang tidak memandang status sosial dan preferensi membuat beragamnya isi di dalam sosial media tersebut. Keragaman isi dapat menimbulkan konflik karena banyak pengguna media sosial yang masih belum dapat menerima keberagaman preferensi yang dimiliki seseorang. Ketidakmampuan untuk menerima perbedaan preferensi menyebabkan banyaknya perundungan media sosial terhadap seseorang. Kalimat yang digunakan sering kali kalimat tidak pantas untuk dibaca seperti kata kasar yang bersifat rasis, penghinaan, dan kalimat lainnya.
Perundungan yang terjadi di media sosial dapat menyebabkan masalah mental hingga kematian terhadap seseorang. Secara mental orang yang mendapatkan perundungan akan merasa malu karena perundungan di media sosial dapat dilihat oleh semua orang. Secara emosional korban perundungan di media sosial akan merasa sedih berkepanjangan dan emosi yang tidak stabil sebab dari perasaannya dipenuhi oleh amarah terhadap orang tersebut. Rasa percaya diri dari korban juga akan menurun seiring waktu apalagi jika perundungan yang didapatkan berkepanjangan. Dampak fisik dari perundung media sosial juga dapat terjadi, korban yang sedih berkepanjangan dengan emosi tidak stabil memiliki kecenderungan sulit tidur, sakit kepala, dan lainnya. Sulit tidur dan rasa sakit lainnya jika dirasakan secara berkepanjangan dapat memperburuk kondisi kehidupan korban. Tidak sedikit korban perundungan yang sudah lelah dengan kondisi depresi yang dialami berakhir dengan bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Kematian akibat dari perundungan media sosial sudah berulang kali terjadi. Kasus kematian dari idola Korea yaitu Sulli menjadi salah satu contoh bahwa kalimat yang pengguna media sosial kirimkan dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk. Sulli memang dikenal sebagai idola yang berbeda di mana dia berani tampil terbuka di media sosialnya, padahal masyarakat Korea Selatan masih memegang teguh norma-norma kesopanan dalam berbusana. Kontroversi yang disebabkan oleh Sulli inilah menjadi awal mulanya dia menerima perundungan di media sosial. Masyarakat yang melakukan perundungan pada gaya berbusana dan kehidupan pribadinya beralih melakukan penghinaan fisik. Sulli yang memiliki pupil besar dituduh menggunakan narkoba dan tidak layak menjadi idola. Perundungan dan penghinaan yang silih berganti di media sosial membuat Sulli mengidap berbagai macam penyakit mental. Pada akhirnya di umur 25 tahun Sulli memutuskan untuk mengakhiri seluruh penderitaannya dengan bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Pernyataan dan perilaku kecil yang ditampilkan oleh Sulli di halaman sosial medianya ternyata dapat berdampak pada kehidupannya. Perbedaan preferensi dalam berpakaian dan pilihan hidup yang dimiliki dapat merusak karier keartisannya. Sedih yang berkepanjangan dirasakan Sulli hingga mempertanyakan apa salah dia hingga harus merasakan perundungan tersebut. Fobia sosial, gangguan kecemasan, hingga depresi adalah penyakit mental yang dihadapi rata-rata dihadapi oleh korban perundungan media sosial termasuk Sulli. Beragam cara sudah dilakukan oleh korban untuk memulihkan kondisi emosi dan mental yang tidak stabil akibat perundungan.
Dampak perundungan dan penghinaan berkepanjangan yang dialami ternyata membuatnya sulit untuk kembali ke kehidupan normalnya. Sulli sebagai korban yang sudah tidak kuat menghadapi perundungan dan penghinaan serta mengetahui bahwa tidak dapat kembali ke kehidupan normalnya berakhir dengan bunuh diri. Tentu, hal tersebut dapat terjadi tidak hanya pada Sulli namun juga pada seluruh korban perundungan dan penghinaan di media sosial.
ADVERTISEMENT
Menjadi bijak dalam menggunakan media sosial itu sangat penting. Mengunggah sesuatu dan berkomentar terhadap sesuatu haruslah dipikirkan dengan matang karena hal tersebut dapat berdampak pada diri sendiri atau orang lain. Tidak bijaknya menggunakan sosial media sering kali menjadi bibit sebuah masalah terjadi. Di media sosial masalah tersebut adalah masalah kecil namun dapat menjadi masalah besar di kehidupan normal.
Perundungan dan penghinaan yang datang terus menerus walaupun hanya di media sosial sangat berpengaruh pada kesehatan mental dan jasmani seseorang di kehidupan nyata. Para korban menjadi tidak percaya diri, tidak dapat bersosialisasi dengan baik, hingga merasa terasingkan akibat dari perundungan dan penghinaan yang dialaminya. Kita tidak dapat mengetahui batasan dari kemampuan orang dalam menerima perilaku buruk dari orang lain sehingga, dalam menyampaikan komentar atau pendapat haruslah sangat bijak.
ADVERTISEMENT
Sumber
Aulia, R. (2019, Oktober 16). Selalu Jadi Sasaran Hate Comment, Apa Sebenarnya Penyebab Sulli Dibully? Retrieved from kapanlagi.com: https://www.kapanlagi.com/korea/selalu-jadi-sasaran-hate-comment-apa-sebenarnya-penyebab-sulli-dibully-991b74.html
Putri, D. (2020, November 30). Apa Itu Cyberbullying? Ini Dampak, Jenis, dan Cara Mengatasinya. Retrieved from Gridkids: https://kids.grid.id/amp/472449665/apa-itu-cyberbullying-ini-dampak-jenis-dan-cara-mengatasinya?page=all