Yuk, Lebih Mensyukuri

Aprilia Wahyu Melati
Mahasiswa aktif program studi Jurnalistik, Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
10 Mei 2020 8:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aprilia Wahyu Melati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: Google
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: Google
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap orang memiliki rasa tidak percaya diri atas apa yang mereka miliki. Mereka menyebutnya dengan insecure. Padahal semua itu harus disyukuri.
ADVERTISEMENT
“Kurus banget sih kamu,” begitu kata orang. Seringkali aku mendengar perkataan yang dilontarkan oleh seseorang kepadaku. Bahkan terkadang yang mengatakan adalah temanku sendiri. Sekali dua kali aku masih tidak peduli. Namun, jika berkali-kali apakah tidak kesal?
Aku juga sering mendengar perkataan, “Kurus banget sih kamu, kayak pohon bambu,” Siapa yang tidak kesal mendengar perkataan seperti itu? Saat itu untuk berat badan 49 kg dengan tinggi badan 164 cm memang terlihat kurus, aku pun menyadarinya. Tapi ya mau bagaimana lagi? Toh yang menjalani hidup itu aku. Semua orang bisanya mengomentari fisik saja.
Perkataan seperti contoh di atas memang sangat membuatku tidak percaya diri awalnya. Membuatku memikirkan bagaimana caranya aku bisa menaikkan berat badan. Tapi, sulit sekali bagiku untuk menaikkan berat badan itu. Padahal aku suka makan malam. Kebanyakan perempuan, sekali makan malam saja bisa menambah berat badan. Tapi tidak denganku.
ADVERTISEMENT
Beruntungnya aku memiliki sifat yang sedikit cuek. Seringkali aku tidak memedulikan perkataan-perkataan seperti itu. Karena buat apa aku memikirkan komentar-komentar orang lain yang bisanya membuatku tidak percaya diri?
Apalagi aku merasa sedikit malas jika harus datang ke acara reuni atau berkumpul dengan teman-teman. Karena aku sudah mengetahui apa perkataan pertama yang akan terlontar dari mulut mereka. Jika akhirnya aku harus bertemu mereka, aku hanya menyiapkan telingaku yang semoga tidak panas mendengarkan itu semua.
Terkadang aku juga mendengar salah satu temanku yang sering dikatakan gendut. “Lama nggak ketemu kok sekarang kamu gendut banget sih,”, “Kamu gemuk banget, berapa berat badannya?” Ya Tuhan, manusia memang hobinya mengomentari fisik tanpa memikirkan perasaan orang yang dikomentari.
ADVERTISEMENT
Seorang perempuan juga akan merasa insecure jika melihat perempuan lain lebih cantik darinya. Perbedaan warna kulit juga sering menjadi faktor ketidakpercayaan diri itu ada. Apalagi setelah ada sosial media, instagram contohnya. Banyak selebgram yang cantik-cantik, pandai berdandan, dan berkulit putih muncul di instagram. Entah itu untuk sekadar mengunggah cerita, foto atau pun mengunggah video, misalnya video tutorial make up. Jika melihat itu semua, ada saja yang merasa insecure.
Pasti muncul dibenak perempuan yang melihatnya, “Ih cantik banget sih dia, kapan sih aku bisa secantik dia,” Aku pun terkadang berpikir seperti itu.
Perempuan itu Cantik
Hei perempuan, setiap perempuan itu pasti selalu cantik. Karena kalau ganteng itu namanya laki-laki. Betul tidak?
ADVERTISEMENT
Terlalu banyak komentar fisik yang bisa menyakiti hati sehingga kita lupa bagaimana rasanya bersyukur. Bukankah setiap diri manusia sudah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya oleh Sang Pencipta?
Kurus atau gemuk, berkulit hitam atau putih, tinggi atau pendek, semua itu pemberian Tuhan yang harus disyukuri. Jangan sampai karena komentar itu kita jadi tidak bisa tidur atau bahkan rela melakukan sesuatu hal yang malah bisa menyiksa diri. Terkadang memang harus sedikit cuek menyikapinya. Kecuali komentar itu positif.
Mulailah dari diri kita sendiri untuk tidak selalu mengomentari fisik seseorang. Jangankan berkomentar, bersikap yang berlebihan pun terkadang bisa menyinggung perasaan seseorang. Apalagi jelas-jelas mengomentari fisik, di depan orang banyak pula. Karena bentuk fisik itu bukan untuk dikomentari.
ADVERTISEMENT
Berbahagialah dengan apa yang kamu miliki. Kurus, gemuk, tinggi, pendek, putih, hitam, kita akan tetap cantik sebagai perempuan. Ubahlah rasa insecure-mu menjadi bersyukur!
(Aprilia Wahyu Melati/Politeknik Negeri Jakarta)