Mengatur Uang untuk Freelancer

Annissa Sagita
Financial Planner
Konten dari Pengguna
23 Oktober 2019 14:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annissa Sagita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrassi freelance. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrassi freelance. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Memutuskan untuk bekerja secara mandiri tanpa terikat kepada satu perusahaan tetap bukanlah keputusan mudah. Banyak komponen 'keamanan' dan kepastian yang ditinggalkan, selain gaji yang tetap setiap bulan, juga fasilitas-fasilitas lainnya seperti: asuransi diri, asuransi keluarga, tabungan pensiun, tunjangan pekerjaan, fasilitas kredit dengan bunga rendah, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Tentu saja fasilitas ini menjadi poin tambahan apabila nantinya kamu memutuskan untuk berkeluarga, karena dengan berkeluarga akan diperlukan kondisi finansial yang betul-betul matang.
Meskipun demikian, menjadi freelancer tetap 'seksi' bagi sebagian orang. Para pekerja bebas ini punya keuntungan dari segi waktu dan penghasilan. Dengan jam kerja yang diatur sendiri, freelancer bebas dari kewajiban untuk datang dan pulang kerja di waktu yang ditentukan.
Sama halnya dengan penghasilan, jika bisa menghasilkan lebih banyak tanpa harus terikat jam kantor, mengapa tidak?
Tentu saja dari segi finansial, agak sedikit berbeda untuk mengatur penghasilan yang tidak tentu secara waktu dan secara jumlah. Beberapa biaya yang tadinya tidak ada sebagai karyawan, kini timbul dan harus diantisipasi agar keuangan freelancer tidak megap-megap.
ADVERTISEMENT
1. Siapkan dana mengendap lebih banyak
com-Ilustrasi menyisihkan dana mengendap Foto: Shutterstock
Ketidakpastian finansial akan selalu dihadapi oleh seorang freelancer. Ketidakpastian waktu kapan mendapat penghasilan, dan juga ketidakpastian jumlah yang akan didapat, sedangkan kebutuhan bulanan dan sehari-hari akan terus berjalan.
Inilah yang menyebabkan perlu adanya dana mengendap tambahan di luar dana darurat yang bisa digunakan sebagai dana talangan untuk kebutuhan sehari-hari apabila kondisi proyek sedang sepi, atau sedang menunggu invoice cair.
Dana mengendap ini berbeda dari dana darurat. Dana darurat digunakan hanya untuk kondisi darurat yang terjadi secara tiba-tiba dan merupakan prioritas, seperti misalnya diri sendiri atau anggota keluarga sakit, ada yang meninggal, gawai rusak, kendaraan rusak dan lain-lain.
Sedangkan dana mengendap digunakan untuk kebutuhan sehari-hari/bulanan seperti makan, transport, tempat tinggal, cicilan, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Jumlah minimal untuk dana mengendap ini sebaiknya disesuaikan dengan pengalaman, apabila pernah terjadi kekosongan penghasilan paling lama 3 bulan, maka idealnya dana mengendap ini bisa memenuhi kebutuhan selama 3 bulan.
2. Buat 2 rekening operasional
com-Ilustrasi membuat buku tabungan Foto: Shutterstock
Sekali mengerjakan sebuah proyek kamu bisa mendapat 3-4 kali gaji saat menjadi karyawan. Problemnya, tidak setiap bulan ada proyek. Ini butuh kendali diri yang kuat, jika tidak biasa menghadapi penghasilan yang banyak, kemungkinan besar uang justru akan cepat menguap untuk membeli barang-barang konsumtif yang bahkan tadinya tidak terpikir untuk dibeli.
Menghindari hal ini perlu mekanisme dua rekening yang akan mencegah kamu 'merampok' dirimu sendiri. Rekening A, adalah untuk menampung penghasilan. Rekening B untuk kebutuhan bulanan.
ADVERTISEMENT
Hitung total kebutuhan bulanan kamu, mulai dari makan, transportasi, penghasilan, sampai cicilan bulanan, transfer bulanan ke orang tua bahkan angpau kawinan dan kado lahiran teman. Buat transfer otomatis dari rekening A ke rekening B sejumlah kebutuhan bulanan tadi.
Dengan demikian berapapun jumlah yang kamu dapat di rekening A, kamu hanya bisa memakai uang yang sudah ditransfer ke rekening B.
3. Miliki asuransi kesehatan yang cukup
com-Asuransi kesehatan. Foto: Shutterstock
Sebagai karyawan, kamu tidak perlu mengkuatirkan asuransi apabila kamu sakit. Berbeda halnya jika kamu adalah freelancer, tidak ada pihak lain yang akan menanggung biaya jika kamu harus dirawat ataupun menjalani tindakan operasi di rumah sakit. Karena itu, kamu perlu menyiapkan asuransi kesehatan yang cukup.
ADVERTISEMENT
Memilih asuransi yang cocok perlu membandingkan 2 produk atau lebih, jangan hanya terpaku pada satu produk karena kebetulan agennya menawarkan langsung kepada kamu. Proaktif lah untuk mencari pilihan-pilihan lain di luar sana. Dengan memiliki beberapa produk sebagai acuan, kamu bisa memilih satu yang terbaik dan cocok dengan kondisimu.
Pertimbangkan juga harga preminya, asuransi kesehatan umumnya memiliki beberapa paket/plan dengan harga yang berbeda. Misalnya sebuah asuransi kesehatan memiliki 3 plan: plan A dengan biaya kamar Rp 1 juta per malam memiliki premi Rp 500 rb per bulan. Plan B biaya kamar Rp 700 rb per malam memiliki premi Rp 370 rb per bulan dan seterusnya.
Tidak perlu memaksakan membeli plan yang paling mahal jika kamu kesulitan membayar preminya. Tidak ada acuan berapa angka premi asuransi, namun kamu bisa menyisihkan kurang lebih 5-10 % dari total kebutuhan bulanan.
ADVERTISEMENT
4. Siapkan dana lebih untuk meeting/networking dan 'ngantor'
com-Budaya nongkrong di kafe. Foto: Shutterstock
Banyak freelancer tidak mengantisipasi bahwa untuk mendapatkan pekerjaan/proyek selain portofolio yang bagus juga perlu menghadiri acara networking atau bersosialisasi. Siapa tahu, proyek besar berkelanjutan setelah ini akan datang dari temannya teman.
Biaya untuk networking dan sosialisasi ini bisa gratis, namun bisa juga jumlahnya lumayan dan ini harus diantisipasi sejak awal. Setelah bersosialisasi akan ada meeting untuk mendiskusikan beberapa kemungkinan kerjasama yang akan dijajaki, biaya ini juga harus diantisipasi.
Selain itu ada komponen biaya 'kantor'. Jika kamu adalah tipe yang cepat bosan bekerja dari rumah, kamu perlu biaya untuk berlangganan co-working space atau sesekali bekerja di cafe.
Sekali bekerja di cafe kamu bisa menghabiskan Rp 50.000 atau lebih, dikalikan dengan jumlah hari dalam sebulan dimana kamu akan bekerja di luar rumah.
ADVERTISEMENT
5. Perawatan Peralatan
Kamera DSLR. Foto: MaxPixel
Perawatan peralatan juga perlu dianggarkan, jika kamu adalah freelancer yang membutuhkan alat untuk mencapai hasil kerja yang bagus. Contohnya jika kamu fotografer, videografer, video/film editor, bahkan beauty blogger.
Konten yang bagus dihasilkan selain dari porsi skill/kemampuan yang mumpuni juga disokong alat yang bagus. Tentu saja selain biaya pembelian alat, perawatan alat menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Anggaran untuk networking/meeting dan pembelian/perawatan alat bisa kamu sisihkan 20-40% dari keuntungan proyek sebelumnya.
6. Biaya pengembangan diri
Suasana workshop film oleh Exsport. Foto: Dok. Exsport
Siapapun perlu menganggarkan biaya pengembangan diri, tidak hanya freelancer. Namun urgensinya cukup tinggi jika kamu ingin mengembangkan kemampuan praktikal.
Pengembangan diri bisa berupa membaca buku, berlangganan konten premium dari situs yang topiknya terkait dengan pekerjaan kamu, biaya berlangganan forum eksklusif, seminar/workshop, dan lain-lain. Sisihkan 10-20 % dari keuntungan proyek sebelumnya untuk pengembangan diri.
ADVERTISEMENT
Selain dari hal-hal di atas, tentunya jangan lupa untuk tetap menyiapkan dana darurat dan berinvestasi.
Semoga bermanfaat!