Menelisik Lebih Dalam Fenomena Kemiskinan di Kalangan Nelayan Indonesia

Annisa Widhi
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman
Konten dari Pengguna
29 April 2024 14:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Annisa Widhi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpajang kedua di dunia setelah Kanada dengan wilayah perairan yang luas. Dengan luas laut mencapai 5,8 juta km² dan garis pantai sepanjang 95.181 kilometer, wilayah laut Indonesia memiliki potensi besar bagi kemakmuran rakyatnya terutama yang tinggal di pesisir. Namun, dalam kenyataannya banyak nelayan di Indonesia, terutama nelayan burh dan nelayan kecil atau tradisional, yang masih hidup jauh dari kata sejahtera. Mereka menghadapi berbagai tantangan mulai dari infrastruktur, akses terbatas terhadap sumberdaya, dan kebijakan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan dari segi kepemilikan alat tangkap, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan mengandalkan alat tangkap orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap sendiri yang dioperasikan oleh orang lain. Sedangkan nelayan per-orangan merupakan nelayan yang tidak bergantung pada orang lain karena mempunyai dan mengoperasikan sendiri alat tangkapnya. Diantara ketiganya, nelayan juragan tidak tergolong dalam nelayan miskin.
Kapal-kapal nelayan kecil di Pelabuhan Cikidang, Pengandaran (Dokumentasi Pribadi).
Kemiskinan pada kelompok nelayan dapat terjadi karena faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal diantaranya meliputi keterbatasan kualitas sumberdaya manusia nelayan, keterbatasan di bidang pendidikan, keterbatasan modal yang dimiliki, dan kurangnya sarana teknologi. Sedangkan dari segi eksternal meliputi sistem pemasaran yang lebih menguntungkan pedagang perantara (tengkulak), terbatasnya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan nelayan, persaingan yang intensif, dan kondisi infrastruktur yang memadai.
ADVERTISEMENT
Keterbatasan pendidikan pada masyarakat nelayan telah lama menjadi salah satu penyebab kemiskinan yang hingga kini belum juga teratasi. Namun, tidak bisa dipungkiri pula bahwa rendahnya tingkat pendidikan diakibatkan oleh kemiskinan. Dikutip dari data Direktorat Sekolah Dasar (Ditpsd) tahun 2022 menunjukkan bahwa 80% nelayan kecil hanya mengenyam pendidikan di bawah tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rendahnya tingkat pendidikan nelayan menghambat akses nelayan terhadap pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka. Nelayan dengan pendidikan rendah cenderung memiliki keterbatasan dalam memahami teknologi, strategi pemasaran, dan manajemen sumber daya, sehingga sulit bagi mereka untuk meningkatkan hasil tangkapan dan pendapatan mereka.
Nelayan yang memiliki keterbatasan modal awal tidak dapat membeli peralatan yang diperlukan untuk menangkap ikan secara selektif, sehingga hasil tangkapan mereka terbatas. Bagi sebagian nelayan, terbatasnya modal membuat mereka tidak dapat melakukan pengembangan dalam menangkap ikan secara selektif, sehingga mereka tidak bisa memanfaatkan sumberdaya laut secara optimal. Untuk mengatasinya, nelayan kerap kali harus bergantung kepada pemilik modal untuk meminjamkan modal. Sayangnya, mereka juga harus menyerahkan sebagian pendapatan mereka kepada pemilik modal. Karena itulah nelayan kecil sulit keluar dari garis kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Faktor lain yang dapat menjadi penyebab kemiskinan nelayan yaitu system pemasaran yang lebih menguntungkan pedagang perantara atau tengkulak. Ikan merupakan komoditi yang mudah busuk, sehingga diperlukan perawatan untuk menjaga ikan tetap segar, yang mana hal ini tidak bisa dilakukan oleh sebagian besar nelayan kecil. Nelayan harus bergantung pada tengkulak untuk menjual hasil tangkapan mereka, walaupun sering kali mereka mendapatkan harga jual yang rendah dan tidak adil. Tengkulak memiliki kekuatan dalam menentukan harga, sementara nelayan terjebak dalam ketergantungan karena sulitnya akses langsung ke pasar atau pembeli lain sembari mempertahankan ikan tetap segar.
Dampaknya adalah pendapatan rendah bagi nelayan karena sebagian besar keuntungan mereka dikuasai oleh tengkulak. Hal ini membuat sulit bagi nelayan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi yang stabil. Selain itu, sistem pemasaran yang dikuasai oleh tengkulak juga meningkatkan ketidakpastian pendapatan nelayan karena mereka tidak memiliki jaminan harga yang tetap atau pasar yang stabil. Akibatnya, nelayan sering kali terjebak dalam lingkaran kemiskinan.
ADVERTISEMENT