Rasionalisasi Larangan Mengolok-ngolok Tuhan Non-Islam

Anja Aufa
Mahasisiwi Hukum Keluarga Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
10 April 2023 14:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anja Aufa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source Image: pexels.com/ali burhan
zoom-in-whitePerbesar
Source Image: pexels.com/ali burhan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sangat lumrah apabila ada seseorang yang membanga-banggakan sesuatu yang sangat ia sukai. Dan tidak jarang, lantas ia merendahkan atau melecehkan milik orang lain. Hal ini sangatlah umum dilakukan oleh semua orang. Konsep ini hampir merata dalam berbagai aspek, tak terkecuali dibidang agama. Bahkan ada tataran yang paling prinsip, yaitu Tuhan.
ADVERTISEMENT
Pada zaman dahulu, orang-orang Muslim melecehkan tuhan kafir Quraisy, bahkan Rasulullah sendiri. Sampai sampai kafir Quraisy geram, lalu mereka mengancam umat Islam bahwa mereka juga akan mencela tuhan mereka. Sehingga Allah SWT menurunkan wahyu, ayat 108 surat al-an’am, bahwasannya Allah melarang Nabi SAW dan umatnya untuk mencela tuhannya non muslim, meskipun dalam mencelanya terhadap sebuah kemaslahatan. Sebab jikalau kita mencela tuhan mereka, pasti akan berdampak pada pengolokan tuhan kita juga.
Mungkin larangan ini sedikit menjanggal di kepala, kenapa kita dilarang untuk mencela tuhan non muslim. Barangkali kejanggalan ini akan terasionalisasi dengan kisah berikut;
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ ". قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ ؟ قَالَ : " يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ
ADVERTISEMENT
(رواه إمام بخاري)
Dari Abdullah bin Amr ra (w 65 H) berkata, bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Termasuk dosa besar seseorang mencaci maki kedua orang tuanya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah seseorang bias mencaci maki kedua orang tuanya?” Rasulullah menjawab, “Benar. Seseorang mencela bapak orang lain, lalu orang lain tersebut mencela bapaknya. Dan seseorang mencela ibu orang lain, lalu orang lain tersebut mencela ibunya.”
(HR. Bukhori (194 H-256 H :62 tahun)
Sifat fanatisme adalah sebuah faham atau perilaku yang menunjukan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Biasanya orang yang memiliki sifat fanatisme berpotensi untuk mengolok-ngolok sesuatu yang selain dari miliknya. Tak sedikit timbulnya perpecahan bahkan pertumpahan darah disebabkan begitu loyalnya seseorang terhadap apa yang diiyakini. kita tidak diperbolehkan untuk mengolok apa-apa yang terkait dengan atribut keagamaan. Semisal nama agama, tempat ibadah, logo keagamaan dan sebagainya. Dan bahkan kita tidak diperbolehkan melakukan sesuatu yang berpotensi membuat mereka mengejek kita, sebab ini dianggap sebagai pemantik kemaksiatan.
ADVERTISEMENT
Jadi, anda milih mana, sakit hati karena kepemilikan atau idola kita disakiti, dan dalam konteks ini adalah tuhan yang sebegitu sakralnya. Atau anda kuat dengan balasan celaan mereka pada kita. Dalam konteks orang tua saja, kita pastinya akan memilih menahan diri untuk tidak mencela, apalagi ini dalam ra
nah yang lebih besar dan sangat sakral. Maka dari itu, mari kita menjaga diri. Sungguh tidak ada faidahnya untuk mencela mereka, dan tentunya agar supaya tuhan kita tidak dicela oleh mereka. Kadang kala, ekspresi rasa bangga atau suka, lebih maslahat untuk tidak difrontalkan. Jika memang mencintai Allah, maka jaga lisanmu untuk mengolok-olok tuhan mereka. Sangat bisa bagi kita mengidolakan atau mencintai sesuatu, tanpa merendahkan sesuatu yang lain. Wallahu a’lam.
ADVERTISEMENT