Menikmati Semarak Navruz di Uzbekistan

andri karnadibrata
Diplomat yang senang berenang, jogging, dan berpetualang
Konten dari Pengguna
19 November 2020 1:28 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari andri karnadibrata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perayaan Navruz 21 Maret 2017 (Koleksi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan Navruz 21 Maret 2017 (Koleksi Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalau ada yang bertanya, “Kapan waktu terbaik mengunjungi Uzbekistan?” Jawaban spontan saya pastinya “Ketika Navruz tanggal 21 Maret.” Pada tanggal itu, seluruh negeri berpenduduk 33 juta jiwa merayakan hari besar menyambut musim semi yang dinanti-nanti setelah musim dingin dengan suhu yang cukup menggigit (±-5 derajat C).
ADVERTISEMENT
Saya sendiri beruntung bisa merasakan Navruz 3 kali sejak tahun 2017 hingga 2019 di Uzbekistan, yang perayaannya semakin meriah tiap tahunnya. Anehnya, dari 3 kali itu, Navruz pertama yang paling berkesan untuk saya. Padahal perayaan tahun 2019 adalah Navruz paling meriah dikarenakan membludaknya turis asing seiring semakin meningkatnya pariwisata Uzbekistan.
“Kesan pertama memang selalu susah hilang,” begitu kata turis asing yang saya jumpai ketika pertama kali mendarat di Tashkent 2017 silam. Mungkin kesan pertama itu begitu melekat karena cuaca saat itu sedang hangat bersahabat (±14-20 derajat C), yang diikuti oleh hangatnya suasana hati penduduk Uzbekistan menyambut bunga mekar dan tumbuh-tumbuhan menghijau.
Bunga Mekar di pepohonan taman kota (Koleksi Pribadi)
Pohon Redbud Mekar di Ibukota Tashkent (Koleksi Pribadi)
Navruz (Noruz/Nowruz/Nowrooz) dalam literatur Persia berarti hari baru atau hari pertama di tahun baru. Pada tanggal 21 Maret setiap tahunnya, matahari persis berada di atas garis khatulistiwa atau equinox sehingga waktu siang dan malam menjadi seimbang periodenya, sehingga waktu yang cocok untuk memulai kembali bercocok tanam.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Navruz menjadi simbol awal tahun baru di beberapa negara Asia Tengah seperti Kazakhstan, Tajikistan, Afganistan, Azerbaijan, Iran, wilayah Kurdi Irak dan Turki. Hari Navruz pun dijadikan hari libur nasional.
Penulis Bersama keluarga ketika menghadiri Sumalak Party di salah satu Makhala 21 Maret 2017 (Koleksi Pribadi)
Pada tahun 2017 ketika pertama kali tiba, Navruz lebih banyak dirayakan oleh setiap Makhala (organisasi lingkungan setingkat RT/RW) akibat peraturan pembatasan kerumunan orang. Namun sejak tahun 2018, Pemerintah Uzbekistan serius menggarap pariwisata sehingga aturan kerumunan dilonggarkan dan Navruz berubah menjadi salah satu daya tarik bagi turis asing untuk mengalami sendiri semarak hari raya ini.
Pemerintah pun akhirnya menggelar banyak acara budaya di seantero negeri, mulai dari pagelaran musik hingga lomba lari marathon internasional pada tahun 2019 yang diikuti 1650 peserta dari 28 negara.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari adanya inisiatif baru tersebut, masyakarat Uzbek dari muda maupun tua biasanya selalu menyambut Navruz dengan pakaian tradisional indah dan makanan khas, yaitu Nasi Plov (Pilav) dan Sumalak.
Tua Muda Menari Menyambut Navruz (Koleksi Pribadi)
Nasi Plov (Pilav)
Masyarakat Uzbek lebih mengenalnya sebagai osh pilao merupakan makanan nasional Uzbekistan yang mirip dengan nasi goreng. Bedanya Nasi Plov disajikan bersama gumpalan daging kambing, tebaran irisan wortel panjang-panjang, kismis, dan dimakan dengan Non, roti Uzbek yang berukuran bundar besar.
Yang terpenting dari Nasi Plov adalah kebersamaan, karena secara turun temurun makanan ini selalu dibuat dalam jumlah besar untuk mengakomodir seluruh anggota keluarga.
Pembuatan Nasi Plov pada saat Navruz (Koleksi Pribadi)
Sumalak (Samanu dalam Bahasa Persia)
Tidak kalah pentingnya dari Nasi Plov, Sumalak makanan wajib yang perlu disajikan ketika Navruz. Sumalak merupakan pasta yang terbuat dari kecambah gandum yang dimasak di atas wajan dan diaduk hingga menggumpal.
ADVERTISEMENT
Makanan ini mirip dodol Indonesia, bedanya Sumalak disajikan dalam bentuk pasta kental tidak padat seperti dodol, sehingga dapat dikonsumsi layaknya selai pada roti. Proses pembuatan Sumalak pun sudah menjadi ritual unik yang dijalankan secara turun temurun.
Kecambah Gandum diambil dari tanah untuk dibuat Sumalak (Koleksi Pribadi)
Perayaan Ritual Pembuatan Sumalak (Koleksi Pribadi)
Proses Pembuatan Sumalak pada Industri Rumahan (Koleksi Pribadi)
Setelah matang, Plov dan Sumalak pun akan disajikan bersama hidangan lain di atas meja, seperti kacang-kacangan, buah, dan teh. Perut sudah pasti keroncongan tidak sabar mencicipi aneka sajian makanan tersebut.
Hidangan makanan di atas meja (Koleksi Pribadi)
Apa ada yang tertarik mencoba? Atau bahkan punya pengalaman yang sama di negara Asia Tengah lain?