Kota Ruteng: Kepingan Surga yang Jatuh ke Bumi

Ananias Desiratna Tolapani
Penulis berasal dari Manggarai , Labuanbajo lahir pada tanggal 16 Desember 1999 di Maumere ,Flores Nusa Tenggara Timur . Pada Tahun 2017 Penulis masuk di Universitas Pamulang dan semoga tahun ini mengantarkan penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana .
Konten dari Pengguna
9 Oktober 2021 5:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
Tulisan dari Ananias Desiratna Tolapani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selain terkenal dengan tempat wisata yang mendunia, Kota Manggarai memiliki sejumlah destinasi alam yang sering kali dijuluki kepingan surga yang jatuh ke bumi di timur Indonesia. Ya, Ruteng menjadi keindahan panorama Provinsi di sebelah Timur Indonesia yang patut ditelusuri untuk melepaskan diri sejenak dari penatnya suasana kehidupan perkotaan.
ADVERTISEMENT
Kota Ruteng adalah salah satu kota yang berada di bagian barat pulau Flores, tepatnya di Kabupaten Manggarai, NTT. Kota ini telah ditetapkan menjadi ibu kota Kabupaten Manggarai sejak daerah ini dibentuk menjadi sebuah kabupaten. Kota kecil yang memiliki luas sekitar 72,64 km² dikenal sebagai kota paling indah dengan desain bangunan kebanyakan bergaya Eropa.
Mendapat julukan kota dingin, karena letaknya yang berada di bawah kaki pegunungan dan hawa di kota ini sungguh berlawanan dengan kota-kota lainnya di Flores, dingin, sejuk, dan asri. Pagi-pagi saat menghirup udara segar, berhembus asap dari mulut menandakan betapa dinginnya kota ini.Wisatawan jika ingin berkunjung ke tempat ini yang paling utama dibutuhkan adalah pakaian yang cukup tebal guna menahan udara dingin yang berhembus perlahan karena suhu di Ruteng bisa mencapai 15 derajat celcius .
Sumber foto : Dokumen Pribadi
Di tengah-tengah kota terdapat sebuah bangunan Katedral yang cukup megah dan indah serta beberapa gereja lainnya, tempat di mana umat Kristen Katolik melaksanakan ibadah. Dari informasi ini tentunya bisa diketahui bahwa Mayoritas penduduk di kota ini beragama Katolik. Namun di daerah ini juga terdapat beberapa masjid, pura, gereja umat Kristen Protestan, dan juga beberapa tempat ibadah dari umat yang memiliki kepercayaan tertentu. Meskipun mayoritas penduduk di kota ini beragama Kristen Katolik, kerukunan dan toleransi di tempat ini sangat terjaga. Salah satu hal yang memicu munculnya sikap toleransi ini ialah kebudayaan masyarakat Manggarai secara umum yang menjunjung tinggi budaya sopan santun dan menjujung tinggi segala perbedaan yang ada dalam masyarakat.
sumber foto : ig kota ruteng by@herlambangdian
Hari pertama di sini, jam 8 pagi seperti masih jam 6 pagi. Beranjak keluar menikmati cerahnya sinar matahari, meskipun masih memakai jaket. Kota yang rapih dan bersih, di antara kota-kota di Flores yang sudah pernah singgah sebelumnya, ingin suatu saat bisa tinggal di sini. Selain diapit oleh banyak pegunungan hijau di kiri kanan, wisatawan yang datang ke sini juga semakin dimanjakan karena hampir seluruh jalan di ruteng bebas dari macet.
Sumber foto : Dokumen Pribadi
Salah satu destinasi wisata unik yang harus kalian kunjungi di kota ini yaitu Sawah Lodok Cancar. Ya, sawah di lokasi ini berbentuk seperti jaring laba-laba atau yang dinamakan lodok dalam bahasa lokal. Bentuk sawah yang menyerupai jaring laba-laba tersebut merupakan tradisi adat masyarakat Kabupaten Manggarai dalam hal pembagian lahan sawah dan kebun yang disebut dengan lingko. Lingko adalah tanah adat yang dimiliki bersama dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama. Bagi kalian yang penasaran ingin melihat sawah ini bisa datang ke Desa Cancar yang berjarak 45 menit dari Ruteng.
Sumber foto : Ig waerebo official
Yang paling terkenal adalah Wae Rebo, Wae Rebo merupakan salah satu kampung tradisional yang masih kental dengan kehidupan masa lalu masyarakat Manggarai, terletak di ketinggian 1.000 mdpl yang dikelilingi oleh perbukitan yang sangatlah asri. Dari Ruteng kalian harus menempuh 3 jam perjalanan melalui jalur pegunungan yang berakhir di Desa Denge. Perjalanan dari Denge menuju Wae Rebo memakan waktu pendakian kurang lebih 3 jam dengan menyusuri daerah terpencil. Memang perjalanan yang dilalui sulit dan penuh kesabaran, namun sensasi dan keindahan yang didapatkan sebanding. Ketika sampai di tempat ini wisatawan akan merasakan kehidupan masyarakat Manggarai masa lalu, keramahan warganya serta menyaksikan peninggalan-peninggalan dari masa lampau yang masih terjaga hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Berlibur ke kota Ruteng sangat cocok untuk kalian yang ingin melepas penat dari keramaian, jadi jika sedang berlibur ke labuanbajo, tidak ada salahnya jika melanjutkan perjalanan ke kota Ruteng dengan jarak yang ditempuh hanya 3-4 jam, Ruteng kota yang tenang dan menenangkan.