Extraordinary Attorney Woo: Abnormalitas vs. Genius Penyandang Disabilitas

Ana Dwi Itsna Pebriana
Editor di Penerbit Mizan Pernah belajar di UI(N) Bandung
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2022 20:35 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ana Dwi Itsna Pebriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Instagram @extraordinaryattorneywoo.kd
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Instagram @extraordinaryattorneywoo.kd
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai penikmat drama Korea, sampai saat ini saya nyaris tidak pernah absen untuk menonton serial drama terbaru, yang lumayan ramai menjadi bahan gunjingan. Salah satunya Extraordinary Attorney Woo, drama yang baru usai 18 Agustus lalu.
ADVERTISEMENT
Awalnya, saya sama sekali tidak tertarik dengan drama ini. Tapi, ketika spoiler-nya terus bermunculan di lini masa media sosial, saya pun memutuskan untuk menontonnya. “Oke, lihat episode 1 dulu. Kalo menarik, lanjut,” pikir saya.
Ternyata, saya langsung jatuh cinta bahkan sejak melihat opening dramanya! Dan setidaknya, ada lima hal yang membuat saya teramat jatuh cinta dengan drama ini.
Karier dan Dunia Kerja dari Sudut Pandang Penyandang Disabilitas
Extraordinary Attorney Woo adalah drama tentang penyandang disabilitas pertama yang saya tonton. Terlebih, karakter utamanya seorang pengacara. Saya pun awalnya cenderung menyangsikan dan mengira drama ini akan banyak menimbulkan banjir air mata saking "kasihan"nya dengan karakter utama. Khawatir akan banyak tindak bullying yang ditampilkan.
ADVERTISEMENT
Tapi, nyatanya tidak. Karakter Woo Young Woo di lingkungan kerjanya, yaitu Hanbada, justru diperlihatkan sebagai sosok genius, bahkan menjadi pengacara autis pertama di Korea Selatan. Meskipun tentu saja, "abnormalitas" ini sering kali dipermasalahkan oleh para klien maupun lawannya.
Ini juga terlihat pada awal episode ketika Pengacara Jung Myung Seok meragukan kemampuan Woo Young Woo saat melamar sebagai pengacara di Hanbada.
Tapi, terlepas dari itu semua, nyatanya keterbatasan bukan menjadi soal. Kapabilitas tetaplah menjadi poin utama dalam dunia kerja. Kalo mampu, ya lanjut. Enggak mampu, silakan out. Tempat kerja kamu kayak gini juga?
Sentimen Masyarakat terhadap Penyandang Disabilitas
Tidak bisa dimungkiri, penyandang disabilitas khususnya autisme, masih mendapat sentimen negatif di masyarakat. Tak terkecuali di Korea Selatan, sebagai latar utama serial drama ini dibuat.
ADVERTISEMENT
Dalam salah satu episode, sentimen ini bahkan diperlihatkan secara jelas. Yaitu pada adegan ketika sopir taksi mengantarkan terdakwa salah satu kasus—seorang penderita autisme—ke pengadilan. Sang sopir marah karena penumpangnya tidak mau membayar ongkos. Woo Young Woo pun menghampiri sopir taksi tersebut, karena penumpang itu adalah kliennya.
Tapi, karena yang dilihat sopir taksi tersebut sama saja dengan penumpangnya (sama-sama autis), dia memilih mengabaikan Woo Young Woo. Lalu ketika rekan pengacara lain datang, sopir taksi itu baru mau menjelaskan bahwa penumpangnya tidak mau membayar.
Sama halnya ketika Lee Jun Ho tengah berjalan bersama Woo Young Woo untuk mengusut suatu kasus. Di tengah jalan, mereka bertemu teman Lee Jun Ho. Temannya ini mengira Lee Jun Ho sedang menjadi sukarelawan untuk membantu penyandang disabilitas.
ADVERTISEMENT
Ini jelas memperlihatkan bahwa penyandang disabilitas dianggap tidak mandiri, harus selalu dijaga, dan tidak bisa membantu menyelesaikan masalah. Woo Young Woo pun menyadari hal ini. Dia tidak marah. Sama sekali. Part ini yang pada akhirnya bikin saya nangis, sih.
Berpikir Kreatif dalam Memecahkan Masalah
Dalam setiap kasus yang dihadapi Hanbada Squad, Woo Young Woo selalu bisa berpikir kreatif; menemukan cara-cara dan solusi brilian yang tidak terpikirkan oleh rekan-rekannya. Idenya ini selalu muncul berbarengan dengan kehadiran sahabat pausnya—momen epik yang paling saya tunggu ketika mereka nyaris menemukan jalan buntu.
Cara berpikir Woo Young Woo ini yang saya rasa bisa kita pelajari. Tentu saja tidak mesti dengan menjadi penggemar paus terlebih dahulu. Tapi, dengan melihat bagaimana Woo Young Woo selalu cermat dan detail dalam menangani kasus-kasusnya. Dan tentu saja ini dibarengi juga dengan kekuatan menghafalnya.
ADVERTISEMENT
Kita mungkin sering mendengar omongan semacam ini, "Ilmu itu jangan dihafal, tapi dipahami". Ya, tidak ada salahnya, sih. Bahkan, saya pernah beberapa kali ditegur seorang kawan karena saya "terlalu" senang menghafal. Padahal, saya juga sedang belajar memahami dari apa yang saya hafal.
Dan, setelah menonton serial ini saya jadi sadar, bahwa tidak ada salahnya, kok, dengan menghafal. Kekuatan hafalan nyatanya bisa menjadi kekuatan ketika dibutuhkan. Seperti adegan-adegan ketika Woo Young Woo membuka halaman demi halaman berkas-berkas kasusnya—yang hanya dia putar dalam kepalanya. Itu mengandalkan kekuatan hafalan, bukan?
Belajar Love Language Selain Kontak Fisik
Dalam drama-drama lain yang pernah saya tonton, setiap karakter notabene lebih menonjolkan physical touch untuk mengungkapkan rasa cintanya. Entah itu dengan bergandengan tangan, berpelukan, atau yang lainnya. Adegan-adegan yang membuat para jomlowan-jomlowati insekyur. Termasuk saya!
ADVERTISEMENT
Dalam drama Extraordinary Attorney Woo ini berbeda. Lee Jun Ho sebagai love line-nya Woo Young Woo, cenderung mengekspresikan love language-nya dengan Acts of Service. Dia begitu peka dan memahami kondisi Woo Young Woo, sehingga secara spontan dan tanpa pamrih, selalu membersamai Woo Young Woo—menjaga, tapi bukan seperti "penjaga".
Dan hal lain yang membuat saya kagum pada karakter Lee Jun Ho ini adalah, dari awal episode sebelum dia berpacaran dengan Woo Young Woo, Lee Jun Ho sama sekali tidak pernah "memandang" aneh Woo Young Woo. Dia tidak memiliki prasangka-prasangka negatif, bahkan cenderung tulus. Apalagi ketika Lee Jun Ho mengajarkan Woo Young Woo melewati pintu putar otomatis sambil "berdansa" bersama. Bikin baper, enggak, tuh?
ADVERTISEMENT
Fenomena “Sikut-Sikutan” yang Nyata dalam Dunia Kerja
Awalnya, saya betul-betul tidak punya prasangka buruk terhadap semua karakter di serial ini. Saya pikir, serial ini akan berjalan datar; minim konflik yang membuat emosi naik. Tapi nyatanya, konflik kecil tetap ada. Mungkin sebagai pelengkap dan penguat karakter utamanya.
Konflik ini dipercikkan oleh Pengacara Kwon Min Woo, sosok yang disebut pria tampan oleh Dong Geu Rami, sahabat karib Woo Young Woo. Woo to the Young to the Woo … Dong to the Geu to the Rami. Haaah!!!
Kwon Min Woo digambarkan sebagai sosok pekerja ambisius; tidak mau kalah dari orang lain; dan terkenal dengan julukan "ahli siasat". Dia tidak memandang siapa lawannya, yang terpenting tujuannya tercapai. Termasuk Woo Young Woo, penyandang disabilitas sekalipun. Apalagi, Woo Young Woo sering kali mendapat pujian karena kegeniusannya dalam memecahkan berbagai kasus.
ADVERTISEMENT
Ini yang membuat Kwon Min Woo iri. Dia tidak segan-segan mengambil tindakan ekstrem dengan menjebak Woo Young Woo dalam salah satu kasus yang mereka tangani bersama. Fenomena ini cukup membuka mata saya, bahwa persaingan di dunia kerja tidak pandang orang "normal" atau tidak. Sikut-sikutan nyatanya betulan ada, bisa menimpa siapa aja. Tapi, tentunya, saya tidak berharap ini menimpa saya dan tempat saya bekerja. Semoga kamu juga enggak, lah, ya.
Itulah lima hal yang menjadi perhatian utama saya dalam drama ini. Dan, tentunya, semoga kamu juga jadi tertarik untuk menyaksikan serial ini setelah membaca ulasan saya, xixixi.
Percaya, deh, drama ini betulan seru dan layak banget kamu saksikan. Ceritanya tidak mengandung banyak teka-teki yang mungkin saja sangat kamu hindari. Jadi, tunggu apa lagi?[]
ADVERTISEMENT