Perempuan dengan Dua Peran

zuliana dwi safrita
Zuliana Dwi Safrita, kuliah di Universitas Pamulang Jurusan Sastra Indonesia.
Konten dari Pengguna
15 Oktober 2022 17:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari zuliana dwi safrita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Shutterstock.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perempuan yang bekerja sering kali dihadapi kondisi dilematis dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut terjadi karena mereka memiliki lebih dari satu peran. Mereka yang memiliki peran ganda akan menjalani tanggung jawab yang lebih besar, mempunyai peranan tersebut tidaklah mudah. Sebagai contoh, Perempuan yang bekerja setelah menikah dan mempunyai tanggung jawab sebagai seorang istri di keluarga, kondisi pernikahan di mana seorang istri selain menjadi ibu rumah tangga tetapi juga dituntut untuk pencari nafkah utama dalam keluarga.
ADVERTISEMENT
Dengan kondisi menjalani peran yang seperti ini, fokus perempuan di saat tengah bekerja dengan dua peran yang dijalani sehingga menimbulkan potensi konflik dalam ranah bekerja. Karena adanya konflik kerja dan keluarga fokus perempuan akan terpecah karena memikul dua tanggung jawab, yaitu tidak hanya menjadi sosok ibu, tetapi juga pencari nafkah utama dalam keluarga. Dengan kata lain, perempuan dengan dua peran yang ditanggungnya sangatlah berat tanggung jawabnya.
Dalam era sekarang banyak sekali menemukan perempuan yang tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, tetapi ikut dalam menafkahi finansial keluarganya. Kondisi pernikahan yang melibatkan istri bekerja bukanlah kondisi yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Seperti halnya yang dijelaskan dalam Undang-undang perkawinan pasal 31 ayat 2 yaitu, suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Ada banyak alasan kenapa perempuan bekerja, beberapa alasan tersebut antara lain. Pertama, pemasukan yang diberikan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dan hal ini merupakan pokok utama istri bekerja. Kedua, karena kebutuhan seseorang selain peran sebagai ibu dan istri. Hal ini terjadi karena peran sebagai istri yang membosankan karena tugas-tugas yang cenderung monoton, untuk mengusir rasa bosan diperlukan interaksi terhadap orang-orang baru. Ketiga, seoarang istri yang memang senang akan bekerja. Keempat, suami yang tidak bekerja karena sakit atau meninggal yang mengharuskan istri untuk mencari nafkah utama keluarga.

Women Headed atau bagi perempuan sebagai kepala keluarga (dikepalai oleh perempuan) dengan kata lain perempuan yang memikul tanggung jawab dalam menghidupi keluarga. Dalam pernikahan laki-laki diharapkan memiliki suatu pekerjaan dan bertanggung jawab terhadap finansial untuk keluarganya. Seorang suami dituntut untuk mencari nafkah, partner dalam hubungan seksual, menjadi teman hidup, menjadi kepala keluarga dan mengatur keuangan. Berbeda dengan suami, istri di dalam kehidupan perkawinan diharapkan untuk menjalankan peran-peran domestik, partner dalam hubungan seksual, menjadi teman hidup, dan pengatur rumah tangga. Dan istri juga berperan mendampingi suami dalam segala situasi, serta bersedia mengasuh, mendidik anak dengan kesabaran dan kasih sayang.

Berbagai alasan istri berkecimpung untuk bekerja. Salah satunya Ningsih, ibu rumah tangga yang berjuang menjadi tulang punggung keluarga yang bekerja sebagai penjahit rumahan. Ningsih tinggal di sebuah rumah di Dusun Tengah, Desa Trasak, kecamatan Larangan. Ningsih tinggal bersama suami dan anaknya. Suami Ningsih mengalami penyakit stroke sehingga tidak bisa memungkinkan untuk bekerja dan anaknya yang mengalami lumpuh sejak bayi. Dengan kondisi seperti ini yang mengaharuskan Ningsih mencari nafkah untuk mencukupi dan menghidupi keluarganya. Kadang Ningsih mendapatkan uang sebesar 25 ribu atau kadang tidak sama sekali.
ADVERTISEMENT
Kondisi seperti itulah yang mengharuskan perempuan bekerja dan menjadi pencari nafkah. Dengan adanya kondisi seperti suami yang sedang mempunyai penyakit, meninggal, dan masa pandemi covid-19 inilah yang membuat perempuan bekerja sekaligus pencari nafkah. Sebagai contoh, banyak perempuan menjadi tulang punggung keluarga dimasa pandemi covid-19. dimasa itu banyak perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga, karena suami yang mendadak di Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau meninggal dunia karena virus covid-19.
Terdapat data perempuan yang bekerja sebagai pencari nafkah pada Badan Pusat Statistik (BPS) data yang diperoleh sebagai berikut:
Tahun 2015 - 37,78%
Tahun 2016 - 38,16%
Tahun 2017 - 38,63%
Tahun 2018 - 38,10%
Tahun 2019 - 39,19%
Tahun 2020 - 34,65%
ADVERTISEMENT
Tahun 2021 - 36,20%
Persentase di atas adalah data dari banyaknya perempuan yang bekerja dari tahun ke tahun dan menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Pada tahun 2015 memiliki 37,78% dan mengalami penurunan di tahun 2016 yaitu 38,16%. Tetapi kembali meningkat pada tahun 2017 sebesar 38,63% dan mengalami penurunan di tahun 2018 yaitu 38,10% di tahun 2019 persentase itu kembali lebih meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yakni 39,19% sedangkan di tahun 2020 menurun 34,65% dan kembali meningkat pada tahun 2021 36,20%. Pada tahun 2019 persentase perempuan bekerja melonjak tinggi karena adanya pandemi yang terjadi, hingga banyaknya tenaga kerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), isolasi, atau pun yang terkena dampak dari virus tersebut atau meninggal.
ADVERTISEMENT
Salah satu memiliki ketahanan dalam keluarga adalah dengan adanya keseimbangan dan terpenuhinya perekonomian dalam sebuah keluarga. Dengan ada suami atau tidak, hal itu seharusnya tidak mempengaruhi seorang perempuan tetap dapat memiliki finansial untuk menghidupi keluarganya. Memiliki dua peran tidaklah mudah, perempuan yang bekerja untuk mencari nafkah juga membutuhkan dukungan sosial. Contohnya dengan adanya dukungan dari keluarga, rekan kerja, dan pasangan. Dukungan sosial ini sangat bermanfaat bagi perempuan yang mempunyai dua peran, karena dapat membantu untuk mengatur waktu antara kerja dan keluarga. Hal ini lah yang akan membuat perempuan merasa terkurang dalam pekerjaan dengan dua peran yang sedang di lalui.