Ketika Kegiatan Menulis Dipandang Sebelah Mata

Wuryanti Sri
Ibu rumah tangga dan pemerhati pendidikan yang gemar menulis
Konten dari Pengguna
2 April 2022 13:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wuryanti Sri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi, Sumber : Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi, Sumber : Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dari kecil kita sudah dikenalkan dengan perangkat menulis. Ada pensil, pulpen, krayon, kertas, buku bergaris dan lain-lain. Sejak itu pula kita sering melihat orang menulis sesuatu di buku atau kertas meski kita tidak tahu apa yang ditulis. Seiring waktu akhirnya kita juga bisa menulis ketika masuk di usia sekolah atau bahkan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Hampir semua orang bisa menulis, tentang apa saja sesuai dengan yang ingin ditulis.Tapi untuk membuat tulisan yang mengandung "ruh" tidak semua orang bisa. Apalagi bila ingin menulis sesuatu yang mampu memberi banyak manfaat untuk pembacanya. Sudah pasti tidak asal nulis karena tanpa bakat dan skill yang mumpuni, sebuah tulisan akan dianggap biasa dan hanya sedikit meninggalkan kesan.
Banyak cara dilakukan untuk mendapatkan ilmu seputar bagaimana menciptakan tulisan yang menarik, berisi dan "bernyawa". Di antaranya mengikuti program belajar menulis secara online maupun offline beserta trik-triknya dan program-program belajar lain yang masih ada sangkut-pautnya dengan tulis menulis. Termasuk mempelajari apa yang ada di KBBI dan PUEBI.
Bila ingin maju tentu harus ada usaha dan usaha tak kan mengingkari hasil. Keinginan menggebu agar bisa menulis sesuatu yang indah, menarik dan "berisi" telah memaksaku agar belajar lagi dengan sungguh-sungguh. Hal ini saya lakukan secara serius dan tidak main-main. Sadar diri atas minimnya ilmu menulis yang kumiliki, aku tidak malu untuk bertanya kepada orang-orang yang lebih ahli dalam hal ini. Bisa temanku bisa pula guruku.
ADVERTISEMENT
Nah, dari belajar dan terus belajar itulah akhirnya aku tahu bahwa banyak peristiwa di sekeliling kita yang bisa dijadikan sumber inspirasi untuk menulis. Selain dengan cara mengamati apa yang terjadi di lingkungan dan alam sekitar, sumber lain untuk bahan tulisan adalah isi kepala dan apa yang ada di hati. Inilah yang menyebabkan bobot tulisan itu berbeda karena lahir dari tangan, isi kepala dan hati yang berbeda pula.
Satu kasus tertentu bila ditulis dan diramu secara apik akan menjadi sebuah artikel menarik. Setiap tulisan akan menjadi berbeda nuansanya meski isinya sama jika ditulis oleh penulis yang berbeda. Karena itu, agar tulisan lebih oke dan lain dari yang lain diperlukan ketrampilan dalam mengemas dan meramunya.
ADVERTISEMENT
Walau kemampuan menulisku masih taraf biasa-biasa saja, namun aku sudah memberanikan diri dan mencoba mengirimkan ke media. Sekadar mengukur diri dan ternyata di luar dugaan, tayang. Ada rasa bahagia dan itu pasti. Sependek yang saya tahu, menulis telah menjadi kegiatan baru yang menyenangkan sekaligus menjadi ajang untuk menumpahkan isi hati di kala suka maupun duka.
Tulisan yang tayang di media bisa menghasilkan nominal tertentu bisa pula tidak, bergantung pada medianya.
"Katanya tak berhonor, untuk apa sih menulis terus, jika tayang pun tidak ada apa-apanya 'kan?"
Temanku berkata dengan nada minor pada suatu hari dan aku sama sekali tidak tersinggung atau sakit hati. Bagiku menulis tidak sembarang menulis karena menulis pun ada etikanya. Seringan apapun topik yang akan ditulis, ilmu menulis sangatlah penting karena tidak banyak orang yang mampu menuangkan ide-ide menjadi sebuah tulisan.
ADVERTISEMENT
Sungguh temanku tidak tahu bahwa ada sesuatu yang tidak bisa diukur dengan sejumlah nominal. Yaitu kepuasan batin, rasa syukur dan bahagia masih diberi kesempatan oleh-Nya untuk menorehkan pena, menulis.