Menyelami Sejarah Destinasi Wisata Taman Sari Yogyakarta

Konten dari Pengguna
29 Mei 2020 3:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari William Keddy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Photo by liloly via : https://www.deviantart.com/
“Keistimewaan” Yogyakarta tentu bukan hanya dari daerah nya saja yang setingkat dengan provinsi serta bukan hanya daerah nya yang masih berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Keistimewaan yang membentuk Yogykarta tidak lepas dari adanya sejarah yang menjadi sebuah jalan cerita kota ini terbentuk, destinasi wisata alam, stasiun, tempat ibadah, sekolah, dan tempat lain nya menjadi kebenaran akan berbagai kisah yang melengkapi terbentuk nya Daerah Istimewa Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Taman Sari merupakan taman istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibuat diatas mata air dengan nama Umbul Pacethokan pada saat Sultan Hamengku Buwono I memimpin. Taman yang dibangun pada tahun 1758 sampai 1765 dengan pembangunan yang dipimpin oleh Tumenggung Mangundipuro kemudian dipegang oleh Pangeran Notokusumo serta keikutsertaan arsitek dari Portugis. Dengan luas 10 hektar degan taman indah serta 57 bangunan di dalamnya yang membuat tamansari memiliki desain interior yang bagus dan menjadi daya tarik para wisatawan pada saat ini.
57 Bangunan tersebut berbentuk gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan, pulau buatan, masjid, dan lorong bawah tanah. Serta adanya pohon – pohon dan bunga – bunga yang ditanam di sekitar bangunan membuat tamansari dijuluki sebagai “Fragrant Garden” dan juga adanya kolam – kolam dan unsur air lainnya yang mengelilingi bangunan serta taman tesebut membuat tamansari juga mendapat julukan “Water Castle”. 2 danau yang terdapat di komplek tamansari berada di sisi timur dengan pulau buatan (Pulo Gedhong) berada di tengah danau tersebut, serta di sisi barat dengan pulau buatan (Pulau Kenanga) ditengah nya. Dua danau tersebut dihubungkan sebuah kanal dengan tanaman – tanaman rimbun disekitarnya.
ADVERTISEMENT
Sebelum menjadi sebuah destinasi rekreasi dan warisan sejarah, tamansari difungsikan sebagai tempat pertahanan dan tempat untuk kebutuhan rohani serta hunian. Tembok – tembok tebal serta tinggi tempat mengitari bangunan yang ada di dalam tamansari itu sendiri, serta terdapat jalur bawah tanah sebagai jalan menuju ke tempat tertentu. Lalu terdapat pula tempat ibadah sebagai tempat religi serta pulau yang dinamai pulau Panembung yang menjadi tempat raja bersemedi.
Akan tetapi, pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VI komplek taman sari mengalami keruntuhan akibat bencana gempa yang dahsyat tahun 1867 mengakibatkan bangunan – bangunan didalam nya rusak berat sehingga tidak bisa berfungsi seperti biasanya. Oleh sebab itu, penduduk mulai membangun hunian diantara kebun dan bangunan bekas terjadinya bencana hebat tersebut.
ADVERTISEMENT
Renovasi yang dilakukan pada tahun 1977 membuat beberapa bangunan dari tamansari berhasil diselematkan, tetapi gempa bumi pada tahun 2006 di Yogyakarta membuat bangunan taman sari menjadi rusak kembali kemudian diupayakan lah renovasi kembali, seperti diperkuat dan dilapisi supaya menjadi kuat. Setelah melalui cerita yang panjang tamansari sekarang menjadi sebuah kunjungan wisata budaya dan kesenian dengan puing – puing bangunan yang tersisa berdampingan dengan penduduk yang tinggal di dalam komplek taman sari itu sendiri.