Datanglah Kekebalan Tubuh Yang Baru

Sabian Vega Arwi
Seorang mahasiswi D3 - Jurnalistik yang berkuliah di Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
14 Juli 2021 16:25 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sabian Vega Arwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana lokasi vaksinasi covid-19 di RPTRA Mutiara Sumur Batu | Sumber foto: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Suasana lokasi vaksinasi covid-19 di RPTRA Mutiara Sumur Batu | Sumber foto: dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Malam itu aku tidur lebih cepat dari biasanya. Hatiku terasa terombang-ambing memikirkan betapa antusias sekaligus was-was terhadap vaksinasi COVID-19. Melihat banyaknya keluarga yang kehilangan orang-orang terdekat membuatku merasa iba. Mendengar sirine ambulans dari kejauhan saja rasanya tak sampai hati. Maka dari itu, untuk pertama kalinya aku akan melakukan vaksinasi setelah beberapa kali tertunda. Kekebalan tubuhku akan bertambah kuat dan terhindar dari virus COVID-19 maupun virus-virus lainnya.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, aku bangun pagi-pagi sekali dan langsung bergegas menuju taman RPTRA Mutiara Sumur Batu yang terletak di Jalan Mutiara, lebih tepatnya di depan sekolah Tahfidz Al-qur’an Zamzam Rahmah. Tempat dilaksanakannya kegiatan vaksinasi ini hanya berjarak 1 kilometer dari kediaman rumahku. Waktu menunjukkan pukul 07.38 pagi, mataku hanya menangkap beberapa kepala yang hadir di lokasi setempat. Namun ketika mendaftarkan diri, betapa terkejutnya aku mendapat nomor antrean ke 81. “Aku yang datang kesiangan atau orang-orang yang datang terlalu pagi, ya?” pikirku terheran.
Berbekal 3 lembar fotokopi KTP, aku pun mengisi formulir yang diberikan petugas dengan pena yang sedari tadi berada di tas selempang mungilku. Selain dari kalangan orang tua dan remaja, banyak juga di antaranya, anak kecil yang akan mengikuti suntik vaksin. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya lembaran fotokopi kartu keluarga yang dianjurkan sebagai syarat pendataan. Karena varian virus B.1.617 atau varian Delta yang disebut lebih menyebar kepada kalangan usia muda. Sehingga menteri kesehatan, Budi Gunadi memperbolehkan anak usia 12-17 untuk diberikan vaksin Sinovac.
ADVERTISEMENT
“Dokternya nanti datang jam 08.30 ya. Nanti balik lagi aja, sarapan dulu. Udah sarapan belum?” ucap petugas setelah kuberikan formulirnya kembali. Kemudian aku menjawab “Belum” dengan tawa renyah khasku. Selagi menunggu dokter datang, aku mencari makan untuk sarapan pagi di Pasar Sumur Batu yang jaraknya hanya beberapa langkah dari lokasi vaksinasi. Terlihat gerobak bubur Cianjur di ujung jalan, tanpa pikir panjang aku pun menghampiri gerobak tersebut.
Tak terasa waktu pun berlalu, tepat pukul 09.00 aku kembali menuju lokasi vaksinasi lagi. Kali ini terlihat puluhan pasang kaki yang sedang menunggu gilliran panggil. Satu per satu nama di panggil berdasarkan KTP yang telah dikumpul sebelumnya dan nomor urut yang tertera. Prosesnya cukup cepat karena kehadiran 2 dokter, 4 perawat, 3 penginput data, dan 3 petugas lainnya. Setelah 1 setengah jam menunggu, barulah namaku disebut.
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, aku diarahkan ke tempat perawat untuk di cek suhu dan tensi darah. Perawat juga menanyakan beberapa pertanyaan terkait keluhan yang diderita. Selang beberapa menit, aku kembali diarahkan menuju ruangan dokter untuk mendapatkan suntik vaksin. Sebelum memasuki ruangan, jantungku terasa ingin copot saking cepatnya berdegup. Namun aku segera memberanikan diri dan langsung duduk berhadapan dengan dokter. “Rileks ya, jangan tegang. Dilemesin aja badannya,” ucap dokter mencoba menenangkan.
Selagi aku menutup mata, tiba-tiba dokter berkata sudah. Lho, tak terasa apa-apa. “Sudah, dok?” tanyaku memastikan. Setelah proses penyuntikan vaksin, diharuskan menunggu 15-30 menit. Alasan menunggu ini dilakukan untuk mengobservasi kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), di mana salah satu gejala berat yang diantisipasi adalah reaksi syok anafilaktik. Reaksi ini merupakan reaksi alergi berat yang menyebabkan penurunan drastis pada tekanan darah dan bisa menyebabkan kesulitan bernapas, serta hilangnya kesadaran.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, dokter mengimbau untuk tidak merasa gentar. Sebab kegiatan vaksinasi ini telah dilengkapi dengan anafilaktik kit untuk menangani reaksi alergi tersebut. Selepas 30 menit berlalu, aku diperbolehkan untuk pulang karena tidak mengalami reaksi yang begitu serius. Dengan begitu aku menyadari betapa pentingnya menggunakan masker, mencuci tangan, serta melakukan vaksinasi di masa-masa genting, di mana pandemi virus corona masih beterbangan dan masih menjadi perbincangan utama di kalangan masyarakat.
(Sabian Vega Arwi/Politeknik Negeri Jakarta)