Pola Literasi bagi Siswa yang Berkebutuhan Khusus

Tika Nurfaizah
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto
Konten dari Pengguna
8 Mei 2022 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tika Nurfaizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak berkebutuhan khusus memang jauh berbeda dengan anak umumnya, yaitu memiliki karakteristik khusus yang berbeda. (Ilustrasi digambar dari hasil karya sendiri)
zoom-in-whitePerbesar
Anak berkebutuhan khusus memang jauh berbeda dengan anak umumnya, yaitu memiliki karakteristik khusus yang berbeda. (Ilustrasi digambar dari hasil karya sendiri)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada dunia pendidikan di era kini sangat mengkhawatirkan karena banyak anak yang mempunyai kebutuhan khusus lebih memiliki bakat, dan bakat itu umumnya tersembunyi. Maka dari itu perlu adanya pola gerakan literasi bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus ditempatkan di SLB, dengan itu wajib mengembangkan keterampilan berbahasa yaitu melalui keterampilan menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Karena dari kelima implementasi gerakan SLB itu perlu dikembangkan pada kegiatan pembelajaran bagi setiap peserta didik sesuai hambatannya peserta didiknya dari kelima itu.
ADVERTISEMENT
Untuk bisa membuatkan strategi implementasi pelaksanaan literasi di sekolah yang berdampak menyeluruh, hal yang perlu diperhatikan adalah ciri sekolah di sebuah organisasi yang mempunyai anggota umumnya itu masyarakat sekolah. Memperhatikan ciri sekolah menjadi sebuah organisasi akan mempermudah pelaksanaan acara untuk mengidentifikasi target perlakuan supaya perlakuan bisa dilakukan secara menyeluruh.
Maka dari itu, suatu program literasi meliputi kepentingan bidang kependidikan mulai dari taraf provinsi, kabupaten, hingga tingkat satuan pendidikan. Sesudah memutuskan target program, maka langkah selanjutnya merupakan memutuskan tujuan pelaksanaan program. Dalam hal ini, yang sekiranya perlu dipertimbangkan adalah literasi serta kompleksitas pertarungan literasi di Indonesia saat ini.
Tujuan dari gerakan literasi pada SLB ialah mengakibatkan sekolah menjadi organisasi pembelajaran yang mampu mempraktikkan aktivitas-aktivitas pengelolaan pengetahuan agar masyarakat sekolah mampu menjadi individu belajar sepanjang hayat dan berkolaborasi dengan peradaban global sampai abad ke-21.
ADVERTISEMENT
Agar gerakan literasi di sekolah berjalan, maka perlu adanya sarana yang mendukung komponen bagi literasi pada sekolah, antara lain itu peserta didik dianjurkan untuk rutin ke perpustakaan supaya menjadi terbiasa untuk berlatih membaca. Perpustakaan juga menyediakan aksesbilitas, dan usahakan berikan yang sekiranya menarik serta pastinya terbuka untuk umum seperti orang tua dan masyarakat dan anak yang di SLB.
Untuk mendukung gerakan literasi ini, perlu adanya pojok baca di setiap ruangan, yang di mana dituliskan sebuah karya-karya yang menarik dari peserta didik yang ditempel di setiap mading. Pastinya menimbulkan ketertarikan yang akan muncul rasa ingin tahunya sehingga muncul rasa ingin membaca sekilas karya-karyanya, lalu tentunya memberikan apresiasi bagi para peserta didik lainnya termasuk masyarakat kurang lebih SLB, bukan hanya buat peserta didik serta masyarakat SLB, tapi mading itu ditempel di keseluruhan, baik untuk orang tua mampu ikut melihat dan ikut membacanya.
ADVERTISEMENT
Majalah dinding pada SLB wajib mengkoordinir masing-masing jenjang yang ada di sekolah. Pembaharuan mading itu mampu dilakukan 2 kali dalam seminggu, tentunya setiap peserta didik membuatkan karyanya minimal 1, supaya kreativitas peserta didik pada bidang literasi semakin tinggi dan tentunya dalam sebulan sekali akan dipilih pemenang dari karya-karya yang terbaik dan mendapatkan penghargaan dari pihak sekolah agar menimbulkan rasa semangat dalam belajar.
Pembahasan tentang perlunya literasi bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus ini, dilaksanakan secara bertahap yaitu menggunakan mempertimbangkan kesiapan sekolah diseluruh Indonesia. Kesiapan ini berupa kapasitas fisik sekolah, kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya.
Ada 3 tahapan yaitu yang pertama (Kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah), dengan tahapan ini peserta didik bisa lebih bersemangat ; yang kedua (Minat baca buat kemampuan literasi), tahapan yang ini bisa menimbulkan peserta didik muncul minat bakat belajar mereka ; yang ketiga (Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi olahraga) tahapan ini biasanya untuk lebih terjalinnya komunikasi antar peserta didik dengan yang lainnya.
ADVERTISEMENT