Pesantren Impian: Kisah Religi Berbalutkan Misteri

Tutur Literatur
O Captain, My Captain. (Whitman, 1865)
Konten dari Pengguna
28 Mei 2017 14:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tutur Literatur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pesantren Impian: Kisah Religi Berbalutkan Misteri
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Image source: muvila.com
ADVERTISEMENT
Novel bertema religi cukup menjamur keberadaannya di Indonesia. Salah satu penulis novel Religi, yakni Asma Nadia membantu menyemarakkan keberadaan novel bernafaskan islami dengan karya-karyanya yang memukau. Ia dikenal dengan seorang penulis novel yang isinya sarat akan kisah mengharu-biru tentang perempuan dan pernikahan. Namun siapa sangka bahwa penulis islami produktif ini juga bisa menghasilkan sebuah novel bertema Thriller Religi? Mungkin, genre ini juga terbilang unik dan bahkan jarang sekali ditemui. Tak sekedar mengangkat tema yang unik, melalui Pesantren 'Impian', Asma juga menunjukan kepiawaiannya membangun cerita melalui rentetan kisah yang demikian legit untuk dinikmati.
Cerita dibuka dengan tiga cuplikan peristiwa yang dialami oleh tiga orang perempuan di tempat berbeda. Pertama; "Si Gadis" yang baru saja melakukan pembunuhan terhadap seorang laki-laki di sebuah kamar hotel, kedua; Seorang perempuan bernama Rini yang sedang mencoba mengakhiri hidupnya karena tak tahan menanggung malu lantaran menjadi korban pemerkosaan dan mengandung janin yang tak diinginkannya, dan ketiga; Sissy, sosok 'gadis pesta' yang sudah sejk lama bersahabat dengan obat-obatan terlarang.
ADVERTISEMENT
Ketiga perempuan itu, menerima undangan misterius untuk menetap di Pesantren impian, sebuah tempat rehabilitasi yang terletak di sebuah pulau pedalaman Aceh yang tak tercantum di peta. Sebuah pondok pesantren milik seseorang misterius yang kerap dipanggil Teungku Budiman. Tempat ini diperuntukkan khusus bagi mereka yang menginginkan kesempatan kedua, untuk bersimpuh merangkai taubat. Bersama belasan gadis dan pemuda lainnya, ketiga gadis itu mulai menjalani kehidupan di Pesantren Impian dengan harapan masa lalu mereka yang kelam akan terkubur dalam-dalam. Namun, immpian sederhana tersebut harus terkikis oleh serangkaian peristiwa misterius yang mengakibatkan kematian.
Pada buku ini kita akan dihadapkan dengan berbagai pertanyaan besar "Siapakah sebenearnya sosok Si Gadis sebenarnya?", dan melalui pertanyaan inilah pembaca kemudian digiring untuk mengikuti alur cerita dan menerka-nerka mengenai yang mana yang merupakan sosok "Si Gadis" diantara kelima belas santriwati dalam pondok pesantren impian. Asma Nadia cukup adil dengan memberikan potongan-potongan informasi mengenai "Si Gadis" yang tersebar pada keseluruhan novel. Secara garis besar, novel ini berfokus pada kisah "Si Gadis" dan pelariannya selepas melakukan pembunuhan, Rini dan misteri sosok yang menghamilinya, serta siapa sebenarnya Teungku Umar, sosok pemilik pesantren serta bagaimana latar belakangnya.
ADVERTISEMENT
Alur yang cepat dalam novel ini tak lantas membuat merasa pembacanya diburu-buru. Rentetan peristiwa yang terjadi akan membuat kita betah duduk nyaman untuk merasakan sensasi keseruan sekaligus ketegangan. Menebak siapa sebetulnya sosok "Si Gadis" merupakan poin cerita yang akan terus menjaga kita untuk tetap fokus ke dalam cerita sembari menyusun potongan informasi. Sedikit demi sedikit, penulis memberikan petunjuk serta mulai menegaskan benang merah cerita, bahkan menyiapkan beberapa trik untuk mengelabui pembaca dan menyajikan ending yang bisa dibilang cukup mengejutkan.
Mengusung sub judul "Cinta, Teka- Teki dan Kematian, buku ini menghadirkan suasana yang begitu gloomy melalui ketakutan demi ketakutan para tokoh yang takut akan peristiwa pembunuhan yang terjadi. Mengangkat tentang kasus teror dan pembunuhan, tak membuat film ini kehilangan pesan moral. Seara tersirat, Asma Nadia mengajak pembacanya merenungi tentang bagaimana sikap kita sebagai umat muslim dalam menyikapi dan menghadapi situasi seperti ini.
ADVERTISEMENT
“Kematian adalah kebebasan. Kematian adalah klimaks kehidupan, puncak pengabdian. Bukan akhir kehidupan. Kematian membuat kita lebih dekat pada peristiwa yang memberikan kebahagiaan tertinggi, saat kita bisa memandang wajah-Nya. Memandang Maha Keindahan, seperti yang Dia janjikan bagi mereka yang beriman dan selalu berharap-harap untuk bertemu dengan-Nya. Bagi orang-orang yang sedang menapaki jalan kebaikan, kematian adalah berkah menuju pintu surga,” (hala. 186)
Pesantren Impian: Kisah Religi Berbalutkan Misteri (1)
zoom-in-whitePerbesar
Image source: muvila.com
ADVERTISEMENT
Plot cerita yang kuat dan mengasyikkan juga didukung dengan bahasa yang sederhana tapi tetap terangkai indah dengan diksi-diksi serta perumpamaan yang manis. Secara keseluruhan, novel ini layak dibaca bagi kamu yang ingin membaca novel religi, tapi juga indin dihadapkan dengan kisah misteri yang penuh teka-teki. Bahkan buku ini juga sudah diangkat ke layar lebar degan mengusung beberapa artis ternama seperti Prisia Nasution, Dinda Kanya Dewi dan Fachri Albar. Ada yang sudah membaca buku ini atau menonton filmnya? Mari berbagi pendapat di kolom komentar.