Ternyata Ini Alasan Kenapa Lalu Lintas Bandung Semerawut

Konten Media Partner
12 September 2019 19:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto: Kondisi jalan yang macet di jalan sukajadi kota Bandung/inilah.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Kondisi jalan yang macet di jalan sukajadi kota Bandung/inilah.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai salah satu kota wisata favorit di Indonesia, Bandung terus berbenah terutama di bidang transportasi dan lalu lintas. Beberapa waktu lalu, rekayasa jalur Cipaganti dan Sukajadi dipermanenkan setelah terlebih dahulu tahap uji coba.
ADVERTISEMENT
Kira-kira permasalahan trasportasi dan lalu lintas apa lagi ya yang harus dibenahi di Kota Bandung?
Tim Temali melakukan penelusuran dan berbincang dengan Ir. R. Sony Sulaksono Wibowo MT, Ph.D. dosen ITB yang juga ahli di bidang transportasi. Untuk mendapatkan sudut pandang lain mengenai isu transpotasi dan lalu lintas di Kota Bandung yang kerap menjadi perbincangan. Berikut hasilnya.
Foto: Ahli transportasi Ir. R. Sony Sulaksono Wibowo/humas.bandung.go.id
Pertama, tentang Damri nih Pak. Berdasarkan pengamatan tim kami, Damri di Bandung masih belum tertib. Bisa dilihat dari kebiasaannya menurunkan dan menaikkan penumpang di sembarang tempat, sehingga kadang menimbulkan kemacetan. Tanggapan Bapak bagaimana?
Kalau tentang Damri ini, sebenarnya memang tupoksinya Damri itu berhentinya di titik-titik halte, dan sebenarnya tituk halte itu sudah ada dari dulu dan sudah ada tandanya.
ADVERTISEMENT
Tapi kini tandanya sudah banyak yang hilang, meskipun kalau supir Damri biasanya sudah hafal titik-titik tersebut. Tapi yang jadi masalah adalah penumpangnya. Memang penumpangnya tidak sabar dan tidak mau jalan kalau diturunkan sesuai titik-titik halte tersebut.
Kadang supir Damri pun kasian, contohnya di Pasar baru, kalau disana tuh sebenarnya haltenya jelas, dan ada rambu-rambunya. Tapi, penumpang yang biasanya ibu-ibu, enggak mau jalan untuk naik kesana. Akhirnya dilema, kalau tidak diambil kasihan, kalau disuruh jalan dulu dan naik dari halte, penumpangnya tidak mau.
Jadi sebenarnya ada dua arah disini. Kalau dari Damri sendiri tupoksinya sudah jelas. Harus berhenti di halte dan sesuai rambu-rambu. Tapi memang karakter penumpang kita yang masih belum bisa disiplin.
ADVERTISEMENT
Kalau dibandingkan dengan Busway Transjakarta, apakah Damri bisa tertib seperti itu Pak?
Damri memang akan kesana. Tapi kalau memang sampai seperti busway di Jakarta saat ini, mungkin butuh waktu yang lama dan sulit karena karakter penumpangnya.
Foto: Halte bus alun-alun kota Bandung/ twitter.com/prfmnews
Sebenarnya di Jakarta pun kalau tidak diatur dan diawasi akan sembarangan. Seperti penumpang metromini atau kopaja yang tidak seperti busway. Mereka berhenti dan turun semaunya, jadi memang karena karakter penumpang kita ini masih males jalan.
Jadi, sudah ada upaya yang dilakukan Dishub, misalnya, untuk lebih menertibkan Damri?
Damri itu kan BUMN, jadi tidak dikelola oleh Dishub kota bandung, tapi oleh PT damri dan dengan dishub hanya berkoordinasi saja. Jadi, kalau ada apa-apa Dishub tidak bisa melarang. Sebenarnya tupoksi didalamnya sudah cukup bagus, tapi kenyataan di lapangannya yang sulit.
ADVERTISEMENT
Saya kenal baik dengan direktur Damrinya. Mereka sudah berupaya sebaik mungkin untuk disiplin, tapi lagi-lagi penumpangnya yang belum terbiasa.
Biasanya yang suka minta diturunin seenaknya dimana aja itu penumpang yang baru naik Damri, kalau yang sudah biasa sudah tau harus berhenti di titik mana yang tidak menimbulkan kemacetan
Oke Pak, nah kalau tentang halte yang banyak tidak terpakai di Kota Bandung itu Pak, bagaimana?
Kalau soal halte yang tidak terpakai, itu kasusnya lain lagi. Itu halte-halte yang banyak tidak terpakai di kota bandung, sebenarnya dulu direncanakan buat TMB, bukan buat Damri. Jadi, itu dua hal yang berbeda.
Kalau TMB adalah proyek perhubungan, namun akhirnya tidak sanggup mengelolanya dan dialihkan ke pihak tiga. Pada saat ada tender itu, Damri menang. Jadi di bandung, pemenang tender TMB itu Damri.
ADVERTISEMENT
Foto: Halte TMB yang tidak terpakai penuh tulisan vandalisme/news.detik.com
Mengapa akhirnya banyak halte yang tidak terpakai, karena dulu pengembangan koridir TMB dan pembuatan halte tidak sinkron. Jadi, pembangunan halte ada anggarannya dan pengembangan koridor TMB ada anggarannya, dan malah jadi kejer-kejeran.
Kalau misalnya kita lihat halte seperti tegalega, itu haltenya ada dulu sementara bisnya baru jalan 2 atau 3 tahun setelahnya. Jadi tidak sinkron dan itu yang sering kita (ahli) ingatkan.
Selanjutnya Pak, sekarang tentang lalu lintas di simpang Cikapayang Dago. Menurut pengamatan kami, di sana sering terjadi kemacetan, dan ada jalur yang saling bertabrakan disaat lampu lalu lintasnya sama-sama hijau. Bagaimana itu bisa terjadi Pak?
Kalau lampu merah di simpang Cikapayang itu memang unik ya, ini mungkin agak sedikit teknis. Kalau kita lihat, antara simpang di Cikapayang dan simpang di Dukomsel, itu jaraknya berdekatan.
ADVERTISEMENT
Dua simpang yang berdekatan tersebut dibuat koordinasi, supaya bagaimana caranya jangan sampai mobil disana membludak dan memblok simpang yang di Dukomsel. Karena kita juga tahu di antara kedua simpang tersebut ada jalan yang pendek
Selanjutnya adalah mobil atau kendaraan yang belok kanan dari arah atas (Dago), jangan sampai memblok yang dari arah simpang Dukomsel juga, karena sudah keburu penuh dan akhirnya memblok semua jalur. Maka sebenarnya, setting lampunya sudah diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi bloking.
Tapi masalahnya, kenapa sering terjadi kacau dan macet, karena banyak pengemudi yang memaksakan. Jadi sebaiknya kalau di sana itu, kalau sudah kuning ya sudah harus berhenti. Karena kalau sudah merah baru berhenti bahkan masih dipaksakan, akan terjadi bloking.
ADVERTISEMENT
Jalan yang kecil itu (dari arah Dukomsel) kapasitasnya sangat kecil sekali, hanya ada jeda sekitar 20 sampai 30 detik, mobil yang ada disana harus sudah lewat atau keluar, kalau tidak, maka akan macet.
Nah, itu memang sudah berulang kali diatur dengan lampu lalu lintas, akademisi juga sering melakukan kajian itu, polisi juga turun tangan. Sebenarnya kalau dari sisi teknis dan aturan lalu lintasnya tidak masalah, yang jadi masalah itu adalah kedisiplinan dari pada pengemudi.
Apalagi kemacetan di kita itu dikarenakan biasanya, udah mah jalan kita sempit, mobilnya banyak, itu sudah pasti bikin macet. Ditambah parah dengan kurang disiplin para pengemudinya.
Berikutnya Pak, permasalahan yang beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial, yaitu tentang rekayasa jalur Cipaganti dan Sukajadi yang saat ini sudah dipatenkan. Boleh tau Pak yang terjadi sebenarnya seperti apa?
ADVERTISEMENT
Prinsip utamanya adalah, jalur utama itu tidak boleh terhambat. Jadi, ide dasarnya adalah, kendaran yang dari Utara ke Selatan selama ini selalu melewati Cihampelas, dan Cihampelas itu sudah sangat sempit dengan adanya pertokoan, mall, skywalk dan lainnya.
Foto: Polisi mengarahkan kendaraan dari arah jalan Setiabudhi dalam rekayasa lalu lintas
Nah, sementara semua dari Utara ke Selatan itu harus lewat Cihampelas, dan Cihampelas sudah tidak mampu, sementara Cipaganti masih cukup lowong. Akhirnya, Cipaganti dirubah arahnya, supaya kapasistas ke Selatan, itu menjadi besar, jadi ada dua jalur utama yang ke Selatan yaitu Cipaganti dan Cihampelas.
Sekarang untuk yang keatasnya, maka Sukajadi dibuat satu arah. Jadi idenya seperti itu, dengan harapan yang utara ke pusat kota, dari utara ke selatan, itu lancar.
ADVERTISEMENT
Permasalahannya adalah, begitu jalur utama itu beres, yang jadi masalah adalah kendaran-kendaraan yang melintang. Misalnya, dari Barat ke Utara, atau dari Barat ke Selatan, dari Timur ke Utara dan dari Timur ke Selatan.
Juga yang dari Cipaganti dan Sukajadi, sirkulasi itu yang tidak ditata, polisi hanya menata jalur utamanya saja, tidak menata bagian-bagian didalamnya, antar Cipaganti dan Sukajadi.
Foto: Rekayasa lalu lintas kawasan Sukajadi untuk memecah kemacetan/detik.com
Kemudian kendaraan-kendaran yang melintas di sekitar sana juga, polisi tidak mengaturnya. Diserahkan ke masyarakat untuk beradaptasi sendiri, itu yang jadi masalah. Sehingga untuk beberapa jalan perumahan yang semula sepi, mendadak ramai, jadi anak-anak yang biasa main di jalan terancam kecelakaan.
Akhirnya warga kesal dan ditutup pakai portal. Sebenarnya salah juga memportal jalan, karena itu untuk umum.
ADVERTISEMENT
Ada juga sekolah yang selama ini aman-aman saja, tiba-tiba karena orang mencari alternatife, lewat semua kesitu dan berpotensi terjadi kecelakaan. Nah, ini yang belum dibereskan dan sering kami (ahli) ingatkan kepada polisi.
Bagus rekayasa jalur ini, bahkan diteruskan ke Setiabudhi dan nanti akan sampai ke daerah Paberik Cina juga, tapi tolong yang internal itu dibereskan. Kasih kepastian mana yang boleh dilewati dan yang tidak. Jadi jangan menyerahkan kepada pengemudi, motor atau mobil, terutama motor, untuk mencari sendiri jalurnya.
Permasalahan ini diserahkan polisi ke perhubugan dan akhirnya malah saling lempar melempar. Yang lebih repotnya lagi adalah angkot, perubahan trayek angkot pun tidak jelas. Jadi Dishub sendiri kurang tegas saat merubah sesuatu, ada yang protes, lalu dirubah lagi, saat ada yang protes lagi, terus dirubah lagi.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, ketidaktegasan Dishub ini salah satunya juga karena keengganan penumpang untuk jalan. Semula naik angkot hanya jalan 50 meter misalnya, tapi saat dirubah jadi jalan 200 meter. Penumpang tidak mau dan jadi masalah.
Padahal perubahan yang dibuat sudah bagus. Tapi penumpangnya protes, padahal masih dalam jarak normal berjalan kaki untuk naik angkot. Jadi kembali lagi ke karakter bangsa kita yang males jalan.
[Penulis: Izzudin | Editor: Nurul]