Ritual Adat Penyembuhan Suku Kaili

Tania Zalzabillah Milenia
Halo nama saya Zalza. Saya mahasiswa Bina Nusantara dengan jurusan marketing communication!:)
Konten dari Pengguna
1 Februari 2021 10:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tania Zalzabillah Milenia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
No Balia ritual adat penyembuhan yang biasanya dilakukan setelah upaya medis tidak berhasil dan dilakukan dengan cara menginjak bara api.
Ritual adat balia yang dilakukan masyarakat suku Kaili
Balia merupakan sebuah ritual adat yang biasanya dilakukan oleh masyarakat suku kaili. Ritual ini merupakan sebuah ritual adat yang dilaksanakan dengan tujuan untuk penyembuhan. Ritual ini bisa diadakan secara individu maupun secara berkelompok. Biasanya ritual ini dilakukan setelah upaya medis dengan tujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit tidak berhasil dilakukan. Pada zaman dahulu upacara adat Balia ini adalah hal yang lumrah dilakukan, terutama bagi kalangan ningrat.
ADVERTISEMENT
Sakit yang dipercaya bisa disembuhkan dengan tari Balia ini ialah sakit yang dibuat oleh roh jahat atau penyakit dipengaruhi roh jahat. Tarian ini berbeda dari tarian lainnya, karena didalam tarian ini terdapat satu prosesi yang dapat dikatakan cukup ekstrim yaitu menginjak bara api. Proses penginjakan bara api inilah yang diselaraskan dengan nama Balia, yang artinya tantang dia (Bali:tantang, ia:dia). Dalam berbagai literatur, api disimbolkan sebagai elemen yang buruk atau kemarahan. Oleh karena itu, tantang dia yang diartikan secara bebas, bisa diartikan yakni melawan setan yang telah membawa penyakit. Dengan kemampuan menyembuhkan itulah , yang menyebabkan masyarakat setempat menganggap bahwa tarian ada No Balia sebagai prajurit kesehatan.
Prosesi dimulai dengan persiapan berbagai bahan upacara mulai dari dupa, keranda, buah-buahan, hingga hewan kurban seperti ayam, kambing, atau kerbau. Semuanya tergantung kasta sang penyelenggara prosesi.
Prosesi dari ritual adat ini sendiri berlangsung hingga tujuh hari tujuh malam, tergantung berat ringannya jenis penyakit. Tari Balia ini memiliki tiga jenis yaitu: Balia bone, Balia Jinja, dan Balia Tampilangi. Balia Bone merupakan tingkatan terendah dalam rangkaian upacara , yang biasanya diperuntukkan bagi masyarakat bawah dengan jenis penyakit ringan. Sementara dalam pelaksanaannya tidak membutuhkan waktu lama, dan biasanya hanya dipimpin oleh seorang sando. Kemudian balia jinja Tarian ini dilakukan dengan gerakan melingkar yang melibatkan banyak orang mulai dari sando, bale, si sakit, dan diikuti dengan pengunjung yang hadir. Melakukan tarian jenis ini artinya harus siap mendedangkan dondulu secara bersama. Rata-rata mereka yang ikut tarian ini akan mengalami kesurupan. Terakhir ialah balia tampilangi Balia ini adalah kategori tingkatan tertinggi dengan kesakralannya. Tarian ini menggabungkan keseluruhan gerak dari Balia Bone dan Balia Jinja. Upcara yang ketiga ini harus memenuhi syarat tahapan khusus, dan waktu pelaksanaannya bisa sampai 3-4 hari. Biasanya Balia Tampilangi diperuntukan bagi golongan bangsawan.
ADVERTISEMENT
Kembali pada prosesi ritual. Balia sekiranya punya 10 prosesi. Jadi bukan sekadar menginjak bara api saja. Ritual-ritual tersebut terdiri atas ritual pompoura atau tala bala'a, ritual adat enje da'a, ritual tampilangi ulujadi, pompoura vunja, ritual manuru viata, ritual adat jinja, balia topoledo, vunja ntana, ritual tampilangi, dan nora binangga.
Prosesi pembakaran bara api oleh para pengurus adat dan para peritual
Biaya dari pelaksanaan upacara adat ini ditanggung oleh orang mengadakan hajatan atau orang yang ingin melakukan ritual adat penyembuhan. Tidak hanya menanggung biaya hajat , orang yang bersangkutan juga harus menyediakan biaya atau ongkos lelah bagi para peritual. Ritual penyembuhan ini dimulai dengan pawang yang harus berjenis kelamin laki-laki yang akan mulai beraksi dengan mantra-mantranya, dengan tujuan untuk memanggil arwah penguasa panutannya. Tari Balia ini terus dilakukan hingga orang yang sakit diusung untuk mengikuti prosesi puncak, yaitu penyembelihan kerbau (hewan kurban sesuai dengan kasta sang penyelenggara). Kemudian darah kerbau yang disembelih itu jadikan sebagai simbol kesungguhan harapan atas kesembuhan.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan warga setempat sangat meyakini keefektifan ritual ini, mereka menganggap bahwa ritual ini lebih dari peninggalan budaya yang perlu dijaga agar tidak punah. Akan tetapi tidak sedikit juga dari mereka yang sudah terbiasa hidup dengan gaya hidup modern yang beranggapan bahwa tidak ada pengobatan yang lebih efektif dari pengobatan dari para ahli atau para dokter.