Menghindari Prasangka Buruk adalah Bagian dari Fitrah

Syarif Yunus
Dosen Unindra - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) - Konsultan - Mhs S3 MP Unpak - Pendiri TBM Lentera Pustaka
Konten dari Pengguna
10 Juni 2019 5:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syarif Yunus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi orang di masjid. Foto: Unsplash/David Monje
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang di masjid. Foto: Unsplash/David Monje
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bukan fitrah namanya, bila kita tidak takut berprasangka buruk.
Menuduh teman sekelas menyontek hanya karena nilainya lebih bagus adalah contoh prasangka buruk. Menyebut curang pihak lain karena kita kalah dalam sebuah kompetisi pun bisa jadi prasangka buruk. Maka dari itu, fitrah seharusnya menjadikan manusia makin takut berprasangka buruk.
ADVERTISEMENT
Berani menghindar dari prasangka buruk adalah sikap, karena prasangka buruk sama sekali berbeda dengan curiga. Prasangka dalihnya adalah pendapat atau anggapan kurang baik tentang sesuatu yang belum disaksikan atau diselidiki sendiri. Sementara curiga basisnya adalah rasa kurang percaya atau sangsi terhadap suatu kebenaran atau kejujuran seseorang.
Jadi harus jelas, apakah kita sedang berprasangka atau curiga?
Fitrah itu bukan prasangka dibuat menjadi masuk akal.
Zaman now, sangat penting untuk menghindar dari prasangka buruk. Apalagi jika prasangka tanpa dasar yang jelas, tanpa fakta yang dilihat sendiri. Khawatirnya, sifat prasangka buruk membuat pelakunya menjadi 'hobi' untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Bahkan, prasangka buruk pun bisa berubah menjadi fitnah yang keji.
ADVERTISEMENT
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk. Karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”.
Sungguh, prasangka buruk bisa membuat kita jadi lebih suka mencari kesalahan-kesalahan orang lain. Hati menjadi kotor, tidak lagi fitrah. Bahkan, mereka seolah-olah mengharapkan keburukan terjadi pada orang lain.
Tanpa dasar, tanpa fakta, lalu menuduh yang bukan-bukan itulah prasangka buruk. Bertebarannya prasangka buruk di media sosial seperti sekarang ini bisa jadi pertanda kebaikan telah bergeser menuju keburukan.
Ketahuilah, prasangka buruk adalah cabang dari kemunafikan; sementara prasangka yang baik itu cabang dari keimanan. Maka fitrah seharusnya mampu membersihkan hati dan pikiran dari prasangka buruk.
ADVERTISEMENT
Pada zaman now, kita patut berhati-hati, karena makin banyak prasangka buruk yang dibuat masuk akal. Dan anehnya, prasangka buruk dibenci bukan karena dirinya sendiri, melainkan karena prasangka menjadi sebab orang-orang memercayainya.
Tabik.
#TGS #IdulFitri #HikmahLebaran