Kalau tidak diceritakan, kalian mungkin tak akan percaya. Ini tentang riwayat keberadaan seorang bernama Nick Culkin, yang kisah eksistensinya di Manchester United mungkin selevel dengan mitos Dewa-Dewi Yunani.
Beruntung bagi Culkin, teknologi internet dan keuletan para pengumpul data memungkinkan orang percaya bahwa dia adalah kepingan sejarah 'Setan Merah'. Ya, kiper Inggris itu pernah terikat kontrak dengan Man United selama 1997-2002.
Namun, Culkin hanyalah lampu neon yang lebih sering ditaruh di lemari ketimbang digunakan atau malah dipinjamkan si empunya ke tetangga. Sebab, cahayanya dinilai tak cukup terang untuk menyinari Old Trafford.
Keberadaan Peter Schmeichel (1991-1999), Mark Bosnich (1999-2001), Raimond van der Gouw (1996-2002), hingga Fabien Barthez (2000-2004) adalah alasan kakinya kian sulit menjejak rumput bawah mistar Man United. Bahkan, dia pun harus bersaing dengan Massimo Taibi (1999-2000).
Jadi, jangan heran kalau publik, bahkan mungkin fan Man United sendiri, menganggapnya sebagai mitos belaka. Di sisi lain, Culkin adalah wujud bagi klub-klub yang pernah meminjam jasanya, seperti Hull City (1999-2000), Bristol Rovers (2000-2001, hingga Livingston (2001-2002).
Meski begitu, Culkin bukan berarti tak punya kenangan bersama Man United dan Premier League. Dia tercatat pernah satu kali diturunkan Sir Alex Ferguson di laga kompetisi paling elite Inggris itu. Bukan laga sembarangan, melainkan big match vs Arsenal di Highbury.
Itu pun, huft, cuma sebentar, sekelebat. Sebenarnya, di laga yang berlangsung pada 22 Agustus 1999 itu, Man United menurunkan Van der Gouw sebagai kiper utama.
Namun, kiper asal Belanda itu mengalami nasib nahas di pengujung laga: Wajahnya terkena tendangan Martin Keown.
Alhasil, dia tak bisa melanjutkan laga yang tinggal menunggu hitungan menit kelar itu. Mujur bagi Culkin karena hari itu dia ada di bangku cadangan. Waktu baginya untuk bersinar!
"Itu terjadi tiba-tiba. Lutut Martin Keown mengenai wajah Raimond dan itu menyebabkan masalah pada matanya. Fisioterapis itu langsung berkata 'ganti', manajer berbalik ke arahku, lalu dia bilang, 'Nick, siapkan dirimu, sobat, kamu masuk'," kenangnya kepada Planet Football.
Selama pemanasan, Culkin berpikir, dia punya waktu sekitar empat menit untuk beraksi. Kiper kelahiran York itu siap mencurahkan segala kemampuannya untuk menahan gempuran Dennis Bergkamp, Marc Overmars, hingga Freddie Ljungberg--yang hari itu mencetak satu gol.
Namun ternyata, peran Culkin tak lebih dari sekadar tukang pengunci pintu. Usai masuk ke lapangan, dia mengambil tendangan bebas ke depan. Bersamaan dengan itu, wasit Graham Poll meniup peluit penuh panjang, Man United menang 2-1 (Roy Keane cetak dua gol).
Sungguh, itu adalah tendangan pertama dan terakhirnya di kancang Premier League. Memorable.
"Aku merasa siap dan itulah kesempatanku untuk membuktikan diri. Namun, seusai aku mengambil tendangan bebas, peluit berbunyi. Begitulah karierku di Manchester United, nirbobol," ujar pria yang Juli nanti berusia 42 tahun itu.
Editor: Katondio Bayumitra Wedya
---
Ayo, ikutan Home of Premier League dan menangi 1 unit SmartTV dan 2 Jersi Original klub Liga Inggris. Buruan daftar di sini.