Tes Rendah, Lembaga Eijkman Sebut Kasus Delta Plus Ada di Mamuju dan Jambi

Konten Media Partner
28 Juli 2021 15:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto asli corona varian Delta. Foto: Jason Roberts/The Doherty Institute
zoom-in-whitePerbesar
Foto asli corona varian Delta. Foto: Jason Roberts/The Doherty Institute
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof. Amin Soebandrio, menyebutkan virus corona turunan varian Delta bernama AY.1 atau yang lebih dikenal dengan nama varian Delta Plus sudah terdeteksi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kalau yang dimaksud AY.1, ada tiga. Baru di Mamuju dan Jambi," kata Prof. Amin dikutip dari kumparanSAINS, Selasa (27/7).
Kendati demikian, Prof. Amin tak mengelaborasi lebih lanjut kapan varian Delta Plus tersebut ditemukan.
Sementara itu, ahli epidemiologi dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, mengatakan bahwa dirinya tak begitu kaget dengan penemuan varian Delta Plus di Indonesia. Sebab, kasus COVID-19 tengah melonjak di Indonesia, dan penemuan varian baru virus corona seperti Delta Plus hanya “masalah waktu” saja.
"Ini bukan hal yang mengagetkan. Kehadiran varian ini fenomena yang alamiah. Artinya, jangan kaget ketika Delta, Delta Plus, atau Lambda variant di Indonesia ditemukan," kata Dicky kepada kumparanSAINS, Selasa (27/7).
Dicky menduga bahwa varian tersebut sudah ada lama di Indonesia. Berkat pelacakan dan investigasi epidemiologi yang rendah, kemungkinan besar varian Delta Plus sudah menjadi varian corona yang dominan di Jambi dan Mamuju.
ADVERTISEMENT
"Satu hal yang perlu dipahami bahwa di tengah keterbatasan genomik kita, di tengah keterbatasan studi laboratorium kita, di tengah keterbatasan investigasi epidemiologi kita, kemudian kita menemukan Delta Plus, itu tandanya sebetulnya besar kemungkinan varian predominant strain di lokasi ditemukan," kata Dicky.
"Ketika dia menjadi predominant strain, karena keterbatasan tadi, dia akan mudah dideteksi. Artinya, dia sudah lama ada di komunitas. Karena, perlu waktu sebelum dia predominant," sambungnya.
Dari catatan kumparanSAINS, informasi munculnya virus corona varian Delta Plus di Indonesia pertama kali disampaikan peneliti dari Universitas Gadjah Mada bernama Sahal Sabilil Muttaqin di Twitter.
Dalam sebuah kicauan pada Senin (26/7), Sahal mengatakan bahwa temuan varian Delta Plus di Indonesia sudah dilaporkan ke GISAID pada akhir pekan lalu. Dalam thread-nya, dia mengatakan bahwa varian Delta Plus telah ditemukan di Jambi pada April 2021 dan di Mamuju pada Februari 2021.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Sahal menolak untuk diwawancarai oleh kumparanSAINS.
"Mungkin langsung ke lembaga submitter-nya saja akan lebih enak, yaitu lembaga biologi Eijkman. Saya hanya membantu masyarakat untuk update perkembangan sekuens yang masuk GISAID," kata Sahal kepada kumparanSAINS, Selasa (27/7).
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, drg Asran Masdy, menyatakan pihaknya hingga saat ini belum menerima laporan terkait kasus Delta Plus di Mamuju.
"Sejauh ini belum ada yang dilaporkan ke kami, dinda," tulis Asran saat dikonfirmasi Sulbar Kini, Rabu (28/7/2021).
"Itu info yang tidak jelas dan tidak ada juga info yang resmi yang sampai ke kami mengenai hal itu. Tetapi kita tetap harus waspada dan ketatkan disiplin protokol kesehatan," sambungnya.
Senada dengan Asran, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Sulbar, dr Muhammad Ihwan, mengungkapkan dirinya belum menerima laporan terkait kasus varian Delta Plus di Mamuju.
ADVERTISEMENT
"Belum jelas informasinya," sebut Ihwan.
"Iye, kami sudah konfirmasi ke Kemenkes belum ada kejelasan," imbuhnya.