Cerita Alphonso Davies, Bintang Muenchen yang Lahir di Kamp Pengungsi

Konten dari Pengguna
28 Februari 2020 17:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sportainment tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Alphonso Davies. Foto: Instagram @alphonsodaviess
Alphonso Davies, pemain yang bersinar dalam laga Bayern Muenchen melawan Chelsea rabu (26/2) lalu. Determinasinya di lapangan membuat pemain lawan sangat kewalahan untuk memasuki jantung pertahanan Muenchen.
ADVERTISEMENT
Dalam pertandingan tersebut, Alphonso Davies pun mengantongi satu assist. Saat waktu memasuki menit ke-75, ia memberikan umpan ciamik untuk Robert Lewandowski. Umpan itu tidak disia-siakan dan berhasil dikonversi menjadi gol yang sekaligus membawa Bayern Muenchen menang 3-0 di kandang Chelsea.
Terlepas dari aksi luar biasa saat membawa timnya mempecundangi Chelsea, perjalanan Alphonso Davies hingga bisa bermain di Bayern Muenchen tidaklah mudah. Apalagi cerita masa kecilnya yang begitu berat.
Aksi Davies melewati pemain Chelsea pada gelaran Liga Champion. Instagram @alphonsodaviess
Melansir The Sun, Alphonso Davies lahir pada 2 November 2000 di sebuah kamp pengungsian di Buduburam, Ghana. Kedua orang tuanya terpaksa menyelamatkan diri ke kamp akibat perang saudara sampai akhirnya bintang muda Bayern Muenchen tersebut lahir di sana.
Saat itu, Liberia yang merupakan kampung halaman kedua orang tua Alphonso Davies sedang tidak aman. Perang saudara tengah terjadi. Hal itulah yang membuat mereka khawatir dalam menjalankan aktivitasnya. Jangankan untuk beraktivitas normal, untuk mendapatkan makanan saja mereka harus rela melewati mayat-mayat yang gugur dalam perang.
ADVERTISEMENT
Pada masa itu, bertahan hidup di Liberia tidaklah mudah. Perang saudara yang terjadi di sana menuntut orang-orang untuk terus waspada. Tidak jarang, mereka harus membawa senjata untuk berjaga-jaga. Namun, sang ayah Alphonso Davies tidaklah tertarik untuk hal itu.
Alphonso Davies. Foto: Instagram @alphonsodaviess
Tak hanya lahir di kamp pengungsian, Alphonso Davies juga menghabiskan masa kecilnya di sana selama lima tahun. Kehidupan masa kecil tidak seperti anak-anak kebanyakan. Ia tumbuh di daerah yang tengah terjadi konflik yang menyebabkan korban gugur.
Setelah, melewati proses wawancara program relokasi Alphonso Davies dan keluarga akhirnya bisa menetap di Edmonton, Kanada. Ia pun resmi menjadi warga negara Kanada pada tahun 2018.
Di sanalah Alphonson Davies mulai menekuni olahraga sepak bola. Bahkan, pada usianya yang saat itu baru 16 tahun, ia tercatat sebagai Timnas Kanada dan menjadi pemain termuda. (jul)
ADVERTISEMENT