Implementasi Budaya Tertib Menyeberang Jalan

Sintia Putri Balqis
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
20 Juni 2022 15:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sintia Putri Balqis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto : pexels/Febry Arya
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto : pexels/Febry Arya
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menyeberang jalan mungkin hal sepele untuk dipandang. Namun hal ini diperhatikan beberapa negara. Dengan tertib menyeberang, keamanan pejalan kaki terjamin.
ADVERTISEMENT

Korea Selatan, salah satu negara yang memiliki peraturan untuk tertib menyeberang. Cukup berbeda dengan Indonesia.

Dengan berbagai peraturan, baik tertulis atau tidak, Korea Selatan berhasil menertibkan warganya untuk menyeberang jalan.
Warga Korea Selatan menyeberang jalan melalui zebra cross dengan memperhatikan lampu lalu lintas bagi pejalan kaki. Jika lampu penyeberangan hijau, maka pejalan kaki bisa menyebrang. Namun sebaliknya, jika lampu berwarna merah, pejalan kaki diharapkan berhenti. Meskipun kondisi jalan sedang sepi, peraturan ini tetap diberlakukan, guna menjaga keamanan dan keselamatan penyeberang.
Peraturan yang dibuat tak akan berlangsung lancar tanpa adanya partisipasi dari warga. Warga Korea Selatan secara tertib mematuhi aturan menyeberang tersebut. Selain itu, adanya fasilitas yang mumpuni, memberikan akses bagi warga, khususnya pejalan kaki untuk bisa menyeberang dengan mudah.
ADVERTISEMENT
Sedangkan di Indonesia, tata tertib dalam menyeberang sangat jauh berbeda.
Warga Indonesia masih minim kesadaran untuk menyeberang di tempat yang telah disediakan. Kebanyakan dari pejalan kaki di Indonesia menyeberang jalan dengan semaunya. Melambaikan tangan ke atas sebagai tanda memberhentikan kendaraan, dianggap sebagai tanda pejalan kaki ingin menyeberang. Tak peduli seberapa ramai jalan dan seberapa kencang kendaraan melaju.
Miris sekali memang, nyatanya kesadaran akan tata tertib dalam menyebrang ini sulit sekali diterapkan di Indonesia.
Malas, mungkin itu hal yang terlintas dipikiran ketika melihat para penyeberang jalan di Indonesia. Karena terbentuk dengan kebiasaan yang tinggal melambaikan tangan lalu kendaraan berhenti, mereka enggan untuk menyeberang sesuai dengan tempat penyeberangan yang disediakan. Selain itu, faktor lain yang membuat para pejalan kaki di Indonesia enggan menyeberang sesuai dengan tempat yang disediakan, karena sedikitnya JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) dan kondisi JPO yang gelap memicu tindak kejahatan. JPO di Indonesia juga sering digunakan sebagai tempat para pengemis. Mungkin hal ini yang melandasi pejalan kaki di Indonesia enggan menyeberang jalan melalui JPO.
ADVERTISEMENT
Selain JPO, zebra cross bisa digunakan untuk menyeberang. Namun sayang, para pengendara sepeda motor dan mobil memberhentikan kendaraan mereka di zebra cross sambil menunggu lampu lalu lintas. Hal ini membuat pejalan kaki yang ingin menyeberang sering kesulitan.
Menanggapi hal ini, pemerintah mengevaluasi diri dan memperhatikan budaya tertib menyeberang di Indonesia. Fasilitas penyeberangan jalan di Indonesia lambat laun kian membaik. JPO yang dulunya gelap, sekarang sudah disinari pencahayaan yang cukup, bahkan pemerintah pun mulai membangun JPO lain sebagai akses penyeberangan jalan. Adanya tombol menyeberang di zebra cross sebagai tanda penyeberangan juga disediakan oleh pemerintah. Namun, kesadaran yang masih minim merupakan tantangan besar dalam menertibkan penyeberang di jalan.
Budaya tertib menyeberang ini adalah tanggung jawab bersama. Hal ini dikarenakan partisipasi antara pemerintah dan masyarakat sama pentingnya dalam menciptakan budaya tertib menyeberang. Budaya ini bisa tercipta jika adanya kesadaran dari masyarakat untuk tertib menyeberang di tempat yang telah disediakan. Selain itu, pemerintah harus menyediakan fasilitas yang mumpuni untuk digunakan oleh pejalan kaki.
ADVERTISEMENT
Dengan terciptanya budaya tertib menyeberang di Indonesia, maka kenyamanan dan keamanan pejalan kaki dapat terjamin.
(Sintia Putri Balqis)