news-card-video
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Kisah Pengorbanan Siti Hajar, Cerita di Balik Iduladha

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
10 Maret 2025 17:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kisah Pengorbanan Siti Hajar, Foto: Pixabay/dramitkarkare
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kisah Pengorbanan Siti Hajar, Foto: Pixabay/dramitkarkare
ADVERTISEMENT
Siti Hajar merupakan seorang istri dari Nabi Ibrahim AS. Kisah pengorbanan Siti Hajar yang menjadi latar belakang terjadinya Iduladha bisa dijadikan teladan untuk kehidupan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Pendidikan Anak dalam Perspektif Siti Hajar, oleh Siti Zulfa Alawiyah, (2019), dalam situs ojs.staibanisaleh.ac.id, Siti Hajar sendiri berhasil mendidik anaknya, Ismail yang dikaruniai sifat kesalehannya.
Kesalehan Ismail kelak menjadikannya seorang Nabi. Sikap saleh tersebut terlihat ketika ia dengan ikhlas menerima perintah Allah untuk disembelih oleh ayahnya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Ash-Shaffat (37) ayat 102-103.

Kisah Pengorbanan Siti Hajar, Cerita di Balik Iduladha

Ilustrasi Kisah Pengorbanan Siti Hajar, Foto: Unsplash/Juli Kosolapova
Kisah pengorbanan Siti Hajar ini adalah cerita perjuangannya bersama Nabi Ibrahim yang menantikan kehadiran calon anak mereka. Mereka tiada hentinya memohon kepada Allah Swt. agar diberikan keturunan.
Mengutip dari Idul Adha, Mengambil Hikmah dari Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, (2020), dalam situs uii.ac.id, setelah sekian lama meminta pada Allah Swt, datanglah malaikat yang membawa kabar gembira.
ADVERTISEMENT
Malaikat tersebut mengatakan bahwa Siti Hajar dan Nabi Ibrahim akan segera dikaruniai seorang putra yang cerdas dan sabar, yaitu Nabi Ismail AS.
Tetapi tak sampai disitu, setelah Nabi Ismail AS menginjak usia remaja, Nabi Ibrahim AS mendapatkan perintah dari Allah Swt. melalui mimpi untuk menyembelih putra semata wayangnya, Nabi Ismail AS.
Ketika mendengar cerita ayahnya tentang mimpi tersebut, Nabi Ismail memberikan respons yang mengejutkan. Ia berkata:
“Wahai Ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Jika itu termasuk menyembelih diriku, insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang yang sabar.”
Kemudian, perintah Allah itu dilaksanakan, tetapi Allah mengutus malaikat untuk menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba.
Peristiwa ini menjadi awal mula perayaan Iduladha, yang juga bertepatan dengan pelaksanaan pelemparan jumrah bagi jamaah haji.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Kisah Singkat Nabi Ismail, oleh Agus Fitrianto, (2025), dalam situs menara.baznas.go.id, kisah perjuangan Siti Hajar lainnya bermula dari kisah Nabi Ibrahim AS yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah dan Hajar.
Mereka telah membawa semuanya untuk pindah juga semua hewan ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha dagangnya di Mesir.
Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Ibrahim AS agar memenuhi keinginan dan permintaan istrinya, Sarah. Kemudian, Ismail bersama ibunya, Hajar, dipindahkan jauh dari Sarah ke suatu tempat yang telah ditentukan Allah, di mana mereka akan ditempatkan dan dititipkan.
Setelah menempuh perjalanan jauh yang melelahkan selama berminggu-minggu, Nabi Ibrahim akhirnya tiba bersama Ismail dan ibunya, Siti Hajar, di suatu tempat yang kelak menjadi cikal bakal Kota Mekah.
ADVERTISEMENT
Di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan disitulah ia meninggalkan Hajar bersama putranya.
Mereka berdua hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering.
Ketika perbekalan mereka habis dan Nabi Ismail kecil menangis kehausan, maka ibunya, Hajar mencari-cari sumber air ataupun makanan yang dapat meredakan lapar dan hausnya.
Siti Hajar pun pergi berlari tergesa-gesa menuju bukit Shafa dengan mengharapkan mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya, tampak fatamorgana seperti air di atas bukit Shafa.
Saat Siti Hajar mendekat ke bukit Shafa, yang ia temui hanyalah batu dan pasir. Kemudian, dari bukit Shafa Siti Hajar melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah dan larilah ia ke tempat itu.
ADVERTISEMENT
Namun, lagi-lagi yang ia lihat ternyata adalah fatamorgana, Siti Hajar pun kembali ke bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya, tetapi ia gagal dan melesatlah dugaannya.
Demikianlah maka karena dorongan keinginan hidupnya dan hidup anaknya yang sangat disayangi, Hajar ke sana kemari berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk termenung merasa lelah dan hampir berputus asa.
Dapat dibayangkan panasnya bukit Shafa dan Marwah sampai di atas pasir timbul fatamorgana menyerupai air. Demikianlah kisah pengorbanan Siti Hajar. (IF)