Kepemimpinan: Pelajaran dari Dunia Olahraga

Akbar Mia
ASN Kemenpora yang juga seorang adventurir. Menyukai kegiatan luar ruang, hiking, beladiri dan olahraga, terutama Aikido, jogging dan memanah. Alumnus program pascasarjana UI konsentrasi Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
Konten dari Pengguna
4 Januari 2023 18:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Mia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pelatih olahraga sedang memberikan pengarahan. (Gambar: freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelatih olahraga sedang memberikan pengarahan. (Gambar: freepik.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seri The Art of Leadership
Berbicara mengenai kepemimpinan, dunia olahraga adalah dunia yang sangat sarat dengan praktik dan contoh kepemimpinan, terutama sekali dalam dunia olahraga prestasi. Adanya tujuan yang sudah ditetapkan, para pemain, pelatih, manajer, taktik atau strategi, cara menyampaikannya, mengenal sesame pemain dan lain sebagainya, semua menjadi unsur-unsur yang tepat bagi tumbuhnya kepemimpinan. Pendefinisian kepemimpinan sebagai seni mengarahkan pengikut yang beragam untuk meraih tujuan tertentu, sangat sejalan dengan berbagai tugas yang ada di dunia olahraga.
ADVERTISEMENT
Pemimpin dalam dunia olahraga harus memahami kekuatan dan kelemahan para anggota timnya, sebagaimana juga ancaman dan peluangnya. Karenanya, peran pemimpin dalam dunia olahraga sangat penting untuk menyelesaikan misi yang diemban.
Sebagaimana dalam kehidupan umum, posisi seorang pemimpin dalam dunia olahraga pun tidak selalu terkait dengan posisi atau jabatan formal seperti manajer tim, pelatih, pemilik klub atau lainnya. Para peneliti bahkan meyakini bahwa sekitar seperempat atlet menumbuhkan jiwa kepemimpinannya saat berada didalam tim olahraganya. Peran sebagai seorang pemimpin terutama sekali terlihat pada sosok pelatih, yang harus berperan lebih dari sekedar memberikan dasar-dasar keterampilan dan taktik, melainkan juga harus memahami cara berhubungan dengan para anggota timnya. Suatu cara yang digunakan pada satu pemain, bisa jadi tidak sesuai diterapkan pada pemain lainnya.
ADVERTISEMENT
Pemimpin dalam dunia olahraga memiliki peran yang sangat kompleks, sebagai motivator, konsultan, pengarah, psikolog, memberikan umpan ballik, membangun hubungan interpersonal dan lain sebagainya. Apalagi kalau sang pemimpin tersebut pada saat yang bersamaan juga memegang jabatan formal seperti pelatih atau manajer tim.
Berikut beberapa tipe kepemimpinan dalam sering muncul dalam dunia olahraga:
1. Otokrasi
Tipe kepemimpinan ini memfokuskan diri untuk mencapai tujuan secepat dan seefisien mungkin. Pemimpin yang menggunakan tipe kepemimpinan ini biasanya menggunakan gaya komunikasi berupa instruksi mengenai bagaimana mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan menerapkan sistem pengawasan. Dalam tipe kepemimpinan ini, pendelegasian wewenang tidak mungkin terjadi dan para pengikut difokuskan pada kinerja dan pencapaian. Tipe kepemimpinan ini sangat efektif digunakan saat diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan terutama pada masa krisis.
ADVERTISEMENT
2. Demokrasi
Pemimpin yang mempraktikkan tipe kepemimpinan ini, biasa mendelegasikan wewenang atau pengambilan keputusan, ataupun sering membuka keterlibatan pengikut dalam pengambilan keputusan. Pemimpin tipe ini membangun hubungan interpersonal timbal balik dengan pengikut atau anggota timnya. Diyakini dengan mengikutsertakan para pengikut atau anggota tim, maka mereka akan mempunyai rasa memiliki terhadap keputusan yang diambil dan tujuan yang ditetapkan, sehingga akan mau bekerja dengan lebih baik dalam mencapai tujuan tersebut.
Pemimpin demokratis dalam dunia olahraga mengajak para pengikut atau anggota timnya untuk mengerjakan hal yang benar, bukan semata yang mudah. Dalam bekerja sama, mereka menunjukkan dan mencontohkan karakter yang baik dan peduli terhadap perkembangan seluruh pengikut atau anggota tim. Seiring berkembangnya seluruh anggota tim, tanggung jawab dan wawasan atau pandangan juga dibagikan kepada seluruh anggota tim.
ADVERTISEMENT
3. Permisif (Laissez faire)
Dalam tipe kepemimpinan ini, sang pemimpin akan membiarkan kelompok atau anggota timnya untuk membuat keputusan-keputusannya sendiri. Untuk itu, kemampuan sang pemimpin harus memadai, karena kalau tidak justru akan berakibat pada hilangnya arah tujuan tim. Lewis (1985) menemukan bahwa dengan penggunaan tipe kepemimpinan ini dapat mengarah pada semakin meningginya perilaku agresif terhadap sesama anggota tim dan ketika terjadi kesalahan justru sangat mudah menyerah.
Pada praktiknya, tipe-tipe kepemimpinan ini dapat berjalan sama efektifnya. Biasanya praktik penerapannya digunakan secara simultan, sesuai dengan kondisi ataupun orang yang dihadapi. Pelatih-pelatih sukses seperti Sir Alex Ferguson dan Warren Gatland, telah menggunakan ketiga tipe kepemimpinan tersebut selama karirnya, berubah-ubah sesuai dengan keperluan situasi yang dihadapi.
ADVERTISEMENT
Secara umum, pengalaman dan keterampilan-keterampilan seperti pengambilan keputusan dan kemampuan memotivasi dianggap sebagai keahlian yang sangat penting bagi seorang pemimpin dalam dunia olahraga.
Pemimpin dalam dunia olahraga tidak selalu merupakan sosok dengan jabatan formal seperti manajer tim, pelatih, ataupun pemain bintang yang terkemuka. Bisa jadi sosok pemimpin dalam dunia olahraga muncul dalam sosok pemain biasa, namun memiliki pengaruh yang kuat, ketika ia berbicara maka semua orang akan mendengarkan. Tipe orang seperti ini yang akan sangat mewarnai tim dan dapat membawa tim menuju kejayaan.
Pelajaran dari para olahragawan
Keterlibatan dalam dunia olahraga ternyata memiliki dampak yang sangat besar bagi masa depan kehidupan orang-orang di dalamnya, terutama para atlet dan pelatih. Diantara keuntungan yang didapat dalam keterlibatan dalam dunia olahraga yaitu keterampilan kecakapan hidup seperti akuntabilitas, kerja sama tim, dan menentukan sasaran, yang pada gilirannya kemudian mendapat kesempatan dalam pengaplikasian di kehidupan sehari-hari dan dalam dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Suatu survey yang dilakukan EY dan espnW, yang dipublikasikan pada tahun 2015, menunjukkan bahwa 80% eksekutif perempuan di perusahaan-perusahaan Fortune 500 pernah berpartisipasi dalam olahraga sebagaimana 94% perempuan yang berada di tingkat manajer eksekutif. Meskipun belum tercatat adanya penelitian yang sama yang dilakukan terhadap lelaki, namun diyakini bahwa angkanya tidaklah jauh berbeda.
Ketika terlibat dalam dunia olahraga, para atlet, pelatih, kapten tim, dan lainnya, mendapatkan kesempatan menimba pengalaman, memperoleh ilmu dan keterampilan, sekaligus mempraktekkannya pada saat yang bersamaan. Pengalaman yang mereka peroleh menjadi modal yang sangat penting dan berguna dalam perjalanan karir di dunia kerja mereka.
Nilai-nilai olahraga seperti kejujuran, sportifitas, integritas, kerja keras, kegigihan, menentukan sasaran, strategi, dan lain sebagainya, merupakan nilai-nilai yang sangat berguna bila diaplikasikan dalam dunia kerja ataupun dunia usaha. Alan Budikusuma dan Susi Susanti, pasangan pebulutangkis penyabet medali emas Olimpiade Barcelona 1992, telah membuktikan nilai-nilai keolahragaan mereka turut mendorong mereka sebagai wirusahawan ketika mereka memutuskan untuk membuat produk mereka sendiri, sebagaimana juga nilai-nilai keolahragaan yang sama mendukung I Gusti Agung Rai Kusuma Yudha alias Ade Rai dalam menjalankan bisnisnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Diantara pelajaran kepemimpinan lainnya dari dunia olahraga yaitu seorang pemimpin selaiknya bersikap selfless, alias tidak mementingkan diri sendiri. Menjadi serang pemimpin berarti juga memiliki kewajiban untuk memikirkan orang-orang yang dipimpinnya. Hidup dalam masyarakat, lingkungan, bangsa dan negara berarti juga hidup dalam aturan-aturan yang berlaku. Tiap lingkungan memiliki aturannya masing-masing. Dalam upaya meraih tujuan, perlu tetap memperhatikan aturan yang ada, karena tujuan tidak pernah menghalalkan cara. Pemimpin yang tidak mau mengikuti aturan, bukan tidak mungkin malah dapat mengorbankan orang-orang yang dipimpinnya, sebagaimana juga dapat berakibat tidak tercapainya tujuan yang ditetapkan, atau bahkan menghancurkan organisasi.
Bisa dibayangkan, apabila ada yang pelatih bersikeras menggunakan pendapat dan keputusannya sendiri, yang bertentangan dengan aturan yang berlaku. Bagaimana mungkin prestasi dapat diraih. Misalnya, aturan pertandingan menyatakan bahwa pemain harus menggunakan perlengkapan tertentu, sedangkan manajer atau pelatih menginginkan pemain menggunakan perlengkapan yang berbeda atau tidak diperbolehkan dalam peraturan. Apabila terus dipaksakan, bisa jadi para pemain yang malah terkena penalti, hukuman, ataupun celaka, atau bahkan klub/tim itu sendiri yang dibekukan.
ADVERTISEMENT
Menjadi pemimpin membawa konsekuensi besar untuk membimbing dan mengarahkan organisasi dan semua yang dipimpinnya dalam mencapai tujuan bersama. Kegagalan tim dalam mencapai prestasi, seringkali dianggap utamanya merupakan kegagalan pemimpin (manajer/pelatih/ketua tim) dalam mengelola organisasi. Pemimpin yang baik, memahami bahwa untuk mencapai tujuan bersama, perlu merangkul seluruh orang yang dipimpinnya, memperhatikan kesejahteraan dan keberadaan (wellbeing) mereka, serta mendengar masukan dan aspirasi mereka.
Pemimpin yang paling tidak kompeten sekalipun, bisa dapat mencapai tujuan bersama dengan dukungan orang-orang yang dipimpinnya sebagaimana pemimpin yang paling kompeten sekalipun, bisa gagal tanpa dukungan orang-orang yang dipimpinnya.