Momen Ramadhan di Panaskan Dengan Adanya Tahun Politik Negeri Ini

Relasiparadigma
Berita anak millenial Tapanuli Bagian Selatan (TABAGSEL) Mitra: www.relasiparadigma.com
Konten dari Pengguna
12 Mei 2019 14:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Relasiparadigma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
PEOPLE POWER BUKAN MAKAR. Sumber: Relasiparadigmacom
zoom-in-whitePerbesar
PEOPLE POWER BUKAN MAKAR. Sumber: Relasiparadigmacom
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bulan Ramadhan selalu hadir setiap tahun, yang dimana momen ramadhan adalah momen dimana umat Muslim beribadah secara totalitas untuk memambah keimanan dalam diri. Ramadhan mewajibkan umat Muslim untuk berpuasa, puasa dari makan dan minum, dan yang terpenting adalah puasa dari hawa nafsu, amarah, dan sifat tercela lainnya.
ADVERTISEMENT
Menahan diri dari makan dan minum mungkin menjadi hal yang mudah, tapi tidak dengan hawa nafsu. Hawa nafsu manusia dapat membuat lupa diri dan sering out of control. Kenapa demikian? Karena hawa nafsu itu sendiri adalah sebuah perasaan atau kekuatan emosional yang besar dalam diri manusia, berkaitan dengan pemikiran dan fantasi seseorang. Hawa nafsu juga merupakan kekuatan psikologis yang kuat yang menyebabkan suatu hasrat atau keinginan intens terhadap suatu objek atau situasi demi pemenuhan emosi tersebut.
Begitu juga dengan ramadhan kali ini, manusia telah dikendalikan oleh hawa nafsunya untuk “berperang”, dalam artian berperang kekuasaan. Tanggal 17 April 2019 kemarin menjadi pesta demokrasi rakyat Indonesia, memilih Presiden dan Wakil Presiden dan juga calon legisltaif. Pemilu memang sudah berakhir, tapi perseteruannya masih tak kunjung usai sampai sekarang. Momen ramadhan yang seharusnya menguatkan persaudaraan tetapi berubah menjadi perpecahan karena berbeda pilihan.
ADVERTISEMENT
Kita ketahui kedua kubu pendukung calon Presiden sama-sama mengklaim kemenangan mereka, masing-masing tak mau kalah, sehingga bulan ramadhan kali ini dipenuhi dengan “adu jotos”. Salah satu pendukung mengatakan bahwa pasangan calon (paslon) presiden lain berbuat curang, mereka buktikan dengan memberikan laporan bukti kecurangan sebanyak 73 ribu lebih. Sementara di kubu seberang tidak mau membenarkan berita itu, dengan dalih itu hanya bukti yang dibuat-buat.
Semakin hari semakin panas, kubu paslon 01 dan 02 tidak mau kalah, makin saling menyerang, baik dari serangan media sosial atau serangan secara langsung. Kubu 02 menggunakan People Power untuk menyakatakan atau mendeklarasikan kemenangan mereka, dengan cara bertamu ke kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). People Power ini mereka gaungkan melalui media sosial untuk dilaksanakan di seluruh Indonesia, salah satunya kota yang melaksanakan ini adalah kota Medan.
ADVERTISEMENT
Di kota Medan, aksi yang dilakukan terbilang damai, tidak ada aksi bakar ban atau hal-hal yang tidak sesuai norma. Mereka menyuarakan aspirasi mereka agar kecurangan dapat dituntaskan. Mereka mau menerima kekalahan asalkan dengan cara yang jujur dan juga adil. Tapi, ada aksi pasti ada reaksi, kubu 01 mengatakan bahwa people power ini adalah bentuk daripada makar, dapat merusak dan membahayakan. Mereka mengatakan bahwa people power ini adalah aksi yang melanggar Undang-undang dan tidak sesuai dengan etika.
Karena kedua kubu tidak mau kalah, esensi ramadhan kali ini sepertinya menjadi Ramadhan Politik, setiap hari yang trending dalam media sosial berbicara mengenai politik, dan tidak aka nada habisnya sampai pengumuman resmi oleh KPU tanggal 22 Mei 2019 nanti. Di mana Indonesia yang dulu damai dan akur? Jika ramadhan saja yang seharusnya mengeratkan menjadi bercerai berai, bagaimana dengan bulan yang lain.
ADVERTISEMENT
Jika memang ada kecurangan, pihak yang berwenang mengatasi masalah ini harus sigap membuktikan masalah kecurangan. Jikalau memang terbukti tidak ada kecurangan, pihak lain harus bersikap fair, tapi jika memang terdapat kecurangan, segera harus dituntaskan agar tidak ada yang merasa dirugikan. Mari tetap kita jaga kerukunan kita, pemilihan Presiden hanya sekali dalam lima tahun, tapi persaudaraan kita harus dijaga sampai akhir hayat, jangan momen politik merusak Ramadhan kita, jadikan Ramadhan kali ini menguatkan persaudaraan dan ibadah, bukan menjadi penyebab kehancuran.
SUMBER: Prima Auliansyah Srg