Mengukur Potensi Bencana Alam di Wilayah Calon Ibu Kota Baru

Atourin
Layanan Informasi Wisata, Itinerary Creator, Virtual Traveling, dan Academy
Konten dari Pengguna
30 Juli 2019 21:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atourin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto udara kawasan Bukit Nyuling, Tumbang Talaken Manuhing, Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Kamis (25/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara kawasan Bukit Nyuling, Tumbang Talaken Manuhing, Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Kamis (25/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah usulan pemindahan Ibu Kota Indonesia dari Jakarta ke luar Pulau Jawa telah didiskusikan sejak kepresidenan Soekarno, dan juga selama masa kolonial Belanda. Di masa pemerintahan saat ini, rencana pemindahan Ibu Kota sudah dibicarakan di internal sejak tiga tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
"Kami serius memindahkan Ibu Kota." Kalimat itu disampaikan Presiden Joko Widodo pada saat buka puasa bersama di Istana Negara pada 6 Mei 2019. Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan Kalimantan sudah disetujui sebagai lokasi ibu kota baru karena memenuhi tujuh kriteria penentuan lokasi.
Adapun dua opsi wilayah yang menjadi lokasi calon ibu kota baru, yakni kawasan Bukit Soeharto, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur; serta Kabupaten Gunung Mas di Kalimantan Tengah.
Menurut ahli geologi Danny Hilman Natawidjaja, Pulau Kalimantan memang (relatif) lebih aman dari ancaman bencana alam yang meliputi gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor dibandingkan dengan pulau lainnya.
Berdasarkan Peta Sumber Gempa Indonesia-PUSGEN (Pusat Studi Gempa Nasional) 2017, wilayah Kalimantan bagian tengah-selatan jauh dari jalur sumber gempa, yaitu batas-batas lempeng bumi dan jalur sesar aktif.
Gambar 1. Kalimantan Tengah dan Timur jauh dari sumber gempabumi
Jika dilihat dari potensi gempa bumi, wilayah Kalimantan Timur masih memiliki potensi gempa bumi karena dekat dengan Pulau Sulawesi, bahkan di daerah Tarakan ada sesar aktif, sementara di Kalimantan Tengah relatif lebih kosong.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Peta Seismisitas yang dikeluarkan oleh PUSGEN 2016 (lihat gambar 2), wilayah Kalimantan bagian tengah-selatan memiliki seismisitas yang rendah.
Gambar 2. Peta Seismisitas Catalog PUSGEN 2016
Dari sisi ancaman tsunami, Kalimantan juga relatif aman karena jauh dari zona Megathrust. Di gambar 3 terlihat bahwa warna pesisir pantai Kalimantan adalah hijau, itu artinya jika terjadi tsunami, tinggi gelombang air hanya mencapai satu meter.
Kalimantan Timur yang memiliki warna kuning artinya memiliki ancaman tsunami dengan tinggi gelombang 1-3 meter yang di akibatkan oleh pergerakan sesar di pesisir barat Pulau Sulawesi.
Gambar 3. Potensi Tsunami Kalimantan Tengah sangat rendah, dan Kalimantan Timur dinilai rendah. Sumber: DHN
Dari sisi ancaman gunung api, Pulau Kalimantan tidak memiliki gunung api karena Pulau Kalimantan merupakan bagian kerak benua yang stabil dan jauh dari batas lempeng atau, dengan kata lain, Pulau Kalimantan berada kokoh di atas lempeng Eurasia. Kondisi alam tersebut menjadikan Pulau Kalimantan minim terjadi aktivitas tektonik dan vulkanis.
Gambar 4. Kalimantan tidak memiliki gunungapi
ADVERTISEMENT