Dasar Falsafah Adat Minangkabau

RERIN MAULINDA
Dosen Sastra Indonesia Universitas Pamulang Dan Mahasiswa S3 Ilmu Keguruan Bahasa Universitas Padang
Konten dari Pengguna
28 Juni 2021 18:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari RERIN MAULINDA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/minangkabau-indonesia-arsitektur-362767/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/minangkabau-indonesia-arsitektur-362767/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam sejarah Minangkabau, terdapat suatu masa yang sesungguhnya tidak dpat ditentukan dengan pasti. Ada yang menduga dalam abad 14-15 kerajaan lama yang bernama Minangkabau meliputi seluruh wilayah Sumatera Tengah, yaitu terletak antara kerajaan Palembang dan Sungai Siak di sebelah Timur dan berada di antara kerajaan Mandjuto dan sungai Singkei pada sebelah Barat. Tera dari kerajaan yang besar ini terdiri Kerajaan Minangkabau yang asli (Alam Minangkabau) yang meliputi Padang Darat yang meluas dari pantai Barat hingga pantai Timur, yaitu kerajaan Inderapura, Inderagiri, dan Djambi.
ADVERTISEMENT
Dikatakan bahwa falsafah adat Minangkabau ada sebelum abad 5 atau 6. Adat Minangkabau telah bulat dan sempurna memiliki kepribadian dan ketentuan-ketentuan sendiri dan tersendiri. Selanjutnya adat Minangkabau yang unik dan asli di seluruh dunia adalah keturunannya menurut pada keturunan ibu. Hal itu dikarenakan bernilai asli dan tidak berkaitan dari luar serra berumur lebih tua dibandingkan keturunan ayah. System keturunan ibu adalah sejiwa, system yang sempurna dan meliputi seluruh kehidupan seseorang dan masyarakat adat Minangkabau.
Matraiachaat dan adat Minangkabau itu tumbuh dan berlaku dalam masyarakat Minangkabau hingga saat ini. Saat ini dihendaki proses yang lama dan disempurnakan oleh bahan-bahan dari pengalaman berabad-abad lainnya. Selain keturunan ibu, ada pula kaitan dengan alam yang dikatakan sebagai sumber dari falsafah adat Minangkabau. Alam merupakan guru bagi orang Minangkabau karena erat kaitannya dengan kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Adat Minangkabau dalam perkawinan berdasarkan exogami. Dimaksud suami tidak masuk dalam kaum istri dan anak-anaknya. Lelaki yang amat ditinggikan oleh adat Minangkabau. Jika diperhatikan kembali bahwa kebudayaan Hindu (Buddha) dan Djawa Hindu, semuanya lenyap dari bumi Minangkabau dan tidak memberikan pengaruh besar atas adat Minangkabau. Sedangkan agama Islam baru masuk ke Minangkabau pada abad ke 16.Awal abad 16 musafir mengunjungi Sumatera menyebut Indrapura, Indragiri dan Djambi sebagai negara yang berdiri sendiri dan menyebut Minangkabau sebagai negara taklukkan dari Kampar. Tetap raja dari kerajaan ini memandang semua sebagai sesama. Namun di bagian Barat, seseorang di antara para raja yang sudah menikah berselisih dikarenakan ketidaksetiaan pada permaisurinya. Sehingga terpaksa menyerahkan hak turun temurun dan seluruh pantainya.
ADVERTISEMENT
Abad 17 Belanda datang dan menetap di kepulauan Hindia dan menguasai daerah kerajaan Minangkabau. Berdasarkan keterangan Van Bazel, kira-kira tahun 1680 terjadilah perselisihan saat mangkatnya Kaisar Alif yang terbagi menjadi tiga, yaitu sungai Tarap, Suruaso dan Pangarujung. Diantara keterangan yang ada, kemungkinan kebenaran berasal dari Van Der Tuuk yang mengatakan “tanah asal’ dari Pinang Khabu. Tetapi dibalik itu semua, ada suatu masa pengaruh Hindu begitu tinggi kata Prof. Dr. Krom dalam pidato pengangkatannya dengan mengatakan bahwa ada suatu masa Sunatera berpengaruh atas Djawa. Hal ini dibuktikan sebelum 914 terdapat barang kuno Hindu dan Budha. Peninggalan kuno di Muara Takus termasuk pada zaman ini, tetapi mungkin juga dari zaman sebelumnya lagi. Semua hal itu hanya dapat dipahami dan tidaklah memberi pengaruh besar pada rakyat karena semua berharap hidup terus dengan alasan-alasan nyata.
ADVERTISEMENT
M. joustra dalam bukunya Minangkabau overzicht van landa menuliskan “ Dengan kepastian yang benar dapat ditetapkan bahwa masuk Islam ke Minangkabau tidaklah berlaku sebelum tahun 1550. Perutusan orang Minangkabau yang dalam tahu 1511 menghadap Albuquerque di Malakka, 3 tahun sesudah itu masih menyebut orang-orang Minangkabau yang belum beragama.” Pembawa agama Islam yang pertama adalah mungkin Sjech Ibrahim kelahiran Minangkabau yang mengenal Islam di Djawa dan pada waktu dia pulang melalu Tiku dan Pariaman mengembangkan agama baru di tanah airnya. Cerita ini terdapat batu paislaman, yaitu batu di mana sjech tersebut duduk pada waktu ia berusaha agar orang-orang yang mandi itu memeluk agama Islam.
Tetapi sulit menentukan bahwa itu yang terdapat dalam sejarah. Orang-orang Minangkabau terkenal keteguhan memeluk dan mentaati agamanya, yang menurut pendapat orang yang bukan orang Minangkabau, bahwa adat dan agama adalah bertentangan. Namun hal itu diberi penjelasan bahwa agama Islam menyempurnakan adat Minangkabau dan tidaklah bertentangan ada dan agama itu. Selain itu seseorang Minangkabau hidup aman dan Sentosa dengan menunaikan agamanya, yaitu Islam. Dan tetap berjalan menurut adat yang dianutnya, yaitu adat Minangkabau.
ADVERTISEMENT
Ada 3 faktor yang penting terdapat dalam diri manusia, yaitu pikiran, rasa dan keyakinan. Keyakinan dalam faktor ini, termasuk adalah agama yang akan memberi petunjuk dan ketentuan. Fakta adat yang di waktu mati meninggalkan nama baik disempurnakan oleh agama Islam. Di mana agama Islam mengajarkan agar selain meninggalkan nama baik, hendaklah juga membawa amal saleh yang diperbuatnya selama hidup di dunia sebagai perbekalan ke alam baka. Agama Islam adalah agama yang sempurna dan menyempurnakan adat Minangkabau.
Selanjutnya bahasa Minangkabau adalah kata dengan perkataan-perkataan yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Dalam keaslian bahasan Minangkabau terdapat pula kata-kata yang hanya dapat dimengerti dan dipahami dalam sistem keturunan ibu dan adat Minangkabau. Berhubung dengan kenyataan, bahwa ada Minangkabau berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam alam yang nyata serta memiliki falsafah yang nyata pula.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya dasar-dasar falsafah adat itu tidak nyata kelihatannya, tetapi tersembunyi dalam pepatah. Petitih dan pantun. Pada umumnya ada 3 corak dan derajat falsafah, yaitu 1) corak dan derajat falsafah berdasarkan agama, berdasarkan sabda Tuhan, terdapat dalam kitab-kitab suci dan disampaikan oleh rasul-rasul; 2) corak dan derajat falsafah dari pandangan hidup yang berdasarkan pada ketentuan dalam alam yang nyata ini dan sesuai dengan ayat-ayah Tuhan; 3) corak dan derajat falsafah terakhir adalah pandangan hidup yang timbul dalam dan dari otak seorang filosof (Nasroen:1971).
https://pixabay.com/photos/landscape-nature-landscape-nature-3426391/
Pandangan hidup ini adalah individual, sedangkan berdasarkan agama dan ketentuan dalam alam merupakan objektif dan nyata. Adat Minangkabau berada pada pandanga alam. Namun setelah Islam masuk maka disempurnakan dan berada di tingkat tertinggi, yaitu agama Islam.
ADVERTISEMENT