Sejak pindah ke Jakarta, kami bekerja sama dengan banyak sekali asisten rumah tangga. Datang dan pergi, silih berganti. Satu di antara yang banyak itu Taruni.
Tetangga sebelah mengantarnya ke rumah kami sore-sore. Ia tidak banyak bicara. Kalau ditanya hanya mengangguk atau menggeleng. Mak agak ragu menerimanya. Pertama, karena ia sudah cukup berumur. Tubuhnya pun kurus dan mungil. Mak tidak yakin ia sanggup mencuci tumpukan baju di rumah kami.
Yang kedua, matanya. Mak bilang bola mata Taruni bergerak cepat, seperti mencari kesempatan untuk lari, melompat dari tempat duduknya. Tetapi kebutuhan yang amat sangat membuat Mak memberanikan diri menerima Taruni sebagai pembantu kami yang kesekian. Dia langsung menempati kamar di bagian belakang rumah. Tak banyak bawaannya, hanya sebuah tas plastik berisi sehelai daster, sepasang pakaian dalam, dan sisir kecil yang sudah ompong beberapa giginya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814