Buku Parable dan Pelajaran Tentang Hidup

Raden Putri
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta - Jurusan Teknik Grafika Penerbitan
Konten dari Pengguna
10 Juli 2021 7:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raden Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto buku Parable karya Brian Khrisna. Sumber: Dokumentasi pribadi (Raden Putri)
zoom-in-whitePerbesar
Foto buku Parable karya Brian Khrisna. Sumber: Dokumentasi pribadi (Raden Putri)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Di dalam hidup, tidak selamanya kita akan selalu jadi pemenang. Terkadang, ada kalanya kita akan merasa kalah. Dan, itu tidak apa-apa.” – Parable, karya Brian Khrisna.
ADVERTISEMENT
Kalimat di atas adalah kalimat yang terdapat dalam halaman pertama buku Parable. Buku Brian Khrisna ini adalah sebuah buku novel yang bercerita tentang seorang pelajar SMA bernama Sadewa Sagara.
Dalam buku ini, Sadewa Sagara yang sering dipanggil Dewa, digambarkan sebagai karakter yang tidak biasa. Dewa digambarkan sebagai sosok yang serba kekurangan. Dia lahir di keluarga miskin, tidak tampan, tidak cerdas dan tidak punya keahlian apa-apa.

Pantang menyerah

Dilahirkan dalam keluarga yang serba kekurangan, membuat Dewa harus bekerja sedari kecil untuk membantu perekonomian keluarganya. Dikisahkan, Dewa menjadi kuli panggul sejak SMP untuk membantu membayar uang sekolah. Bahkan di tubuh Dewa terdapat beberapa luka akibat kecelakaan kerja.
Selain itu, Dewa juga pernah mencoba untuk berjualan minuman fermentasi dan makanan khas daerah. Namun semua itu tidak laris dan membuatnya bangkrut karena tidak ada modal. Dia juga pernah menjadi kuli bangunan untuk tetap bisa bertahan hidup. Akhirnya, Dewa memutuskan untuk membantu Bibinya di ladang atau sekadar berjualan di pasar.
ADVERTISEMENT
Dewa tidak pernah menyerah bagaimana pun keadaannya. Sebanyak apa pun orang yang membencinya, menolak keberadaannya, dan membuatnya harus bekerja keras untuk tetap hidup, dia selalu tersenyum dan tertawa.
Dewa berkata, “Hidup, tuh, cuma perkara bahagia, sedih, terus di sela-selanya, ya diisi sama ngopi, terus bilang, ‘Ya Allah, hidup kok gini-gini amat.’, terus ketawa, deh”.

Tetap bertahan dengan alasan yang sederhana

Kerap kali hal-hal sulit yang kita alami membuat kita ingin mengakhiri hidup. Begitu pun dengan Dewa. Diceritakan, ada satu ketika saat Dewa ingin mengakhiri hidupnya, dia mengurungkan niat tersebut dengan alasan siapa tau nanti Ibunya membawakannya ayam krispi.
Tidak perlu alasan yang besar untuk tetap hidup. Cukup buat alasan-alasan sepele, misalnya aku harus tetap hidup untuk menikmati kopi di saat senja, atau aku harus tetap hidup untuk bisa terus menikmati mi instan saat hujan.
ADVERTISEMENT
Agar, saat kita berada dalam skenario hidup terburuk, kita tetap memiliki alasan bertahan dengan mensyukuri hal-hal kecil itu. Sejatinya, masalah yang datang kepada kita adalah cara Tuhan memaksa kita merasakan hal yang sama, dengan yang orang lain rasakan.
Dalam hidup, tak apa untuk merasa tidak baik-baik saja. Kita hanya perlu bertahan, terus bekerja keras dan tetap tersenyum seperti yang Dewa lakukan. Karena kita harus tetap hidup untuk hal-hal kecil yang bisa kita nikmati.
Raden Putri Alpadillah Ginanjar
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta