Kecemasan yang aku rasakan soal kematian Esih malah seolah terjawab dengan kabar penampakan Esih di dekat lintasan kereta api yang terus menerus sampai ke telingaku. Menurut warga, sosok Esih selalu menampakkan diri dengan pakaian merah. Kadang wajahnya terlihat hancur dan di kakinya mengalir darah.
Pagi tadi misalnya, Mak Romlah tiba-tiba mengabarkan kalau Esih yang gentayangan sampai membuat sesepuh kampung, Bah Saswi, datang ke rumah untuk memintaku mengikhlaskan Esih. Beberapa orang mungkin tidak paham betapa sakitnya ketika orang yang akan segera kunikahi pergi dengan begitu tragis, apalagi jika alasan di balik kematiannya belum diketahui.
“Sudahlah, Jaka, Bah Saswi ada benarnya. Siapa tahu dengan kamu ikhlas, Esih tidak akan seperti itu. Lebih baik kamu segera ke kota untuk bekerja,” ucap Mak Romlah membuyarkan lamunanku. “Kalau orang tua bicara, dengarkan Jak. Malah Mak yang tak tega melihat keadaan kamu.”
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814