Cerita Warung Sate Gunakan Pesugihan Popok Wewe

Konten dari Pengguna
23 Juni 2020 18:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pesugihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi warung sate. Foto : neolimastrans.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi warung sate. Foto : neolimastrans.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bau asap sate kambing menyeruak. Hembusan angin yang bertiup kencang membawa asap bakaran arang sate itu terbang menusuk hidung orang-orang yang lewat. Seketika asap itu menyentil indera penciuman seseorang, ia akan terbawa keinginan untuk membelinya.
ADVERTISEMENT
Asap itu seperti magnet yang membawa orang-orang rela berdesakan di bangku-bangku panjang warung sate. Mereka rela mengantre berjam-jam untuk seporsi sate berisikan lima tusuk dengan saus kecap dilengkapi lalap kubis dan tomat iris.
Harganya tidak bisa dibilang murah dibandingkan warung-warung sate sekitarnya. Soal rasa begitu pula. Hanya datar saja. Gurihnya daging bercampur dengan manisnya kecap. Penyajiannya sederhana, seporsi nasi dalam satu piring, seporsi sate terpisah di piring lainnya, dan secawan lalap segar.
Penjualnya ibu-ibu setengah tua yang super duper judes. Sekalipun tak pernah diberikannya senyum kepada pelanggan. Wajah juteknya membosankan, bahkan sedikit sinis dan cuek. Rambut ikalnya yang diikat ke atas, mata sipit, sudut bibir melengkung ke bawah dan posisi alis turun ke arah dalam, fisiologi ini semakin menunjukkan ekspresi arogannya.
ADVERTISEMENT
Setali tiga uang dengan para pembantunya yang melayani pelanggan. Mereka semua pasang muka datar. Tak sedikitpun keramahan yang ditunjukkan seperti mbak-mbak yang biasa melayani di toko waralaba.
Warung sate itu memang mematahkan teori bisnis yang dikemukakan ahli ekonomi. Soal rasa tidak ada yang istimewa, harga dan layanan begitu pula. Namun larisnya penjualan dengan omzet besar akan membuat semua orang bertanya, kok bisa ? Itulah jawaban yang juga ingin saya ketahui.
**
Paijo, seorang kawan mantan wartawan investigasi mencoba menyelidiki. Ia berkali-kali datang untuk mengamati situasi. Kedatangan pertama semua tampak biasa saja. Pemilik itu membuka warung satenya di pagi hari. Satu orang khusus untuk meracik bumbu dan menusuk daging, tiga orang membakar sate, dua orang menyiapkan minuman sekaligus mengantarkan makanan kepada pembeli di bangku-bangku panjang.
Ilustrasi makhluk ukiran Italia yang mirip dengan Wewe Gombel di Indonesia. Foto : Wikipedia.com
Kedatangan kedua, Paijo mengamati lebih detail lagi. Sengaja ia datang sebelum warung sate itu buka. Ia berupaya melihat bagaimana persiapan yang dilakukan pemilik warung sebelum menggelar dagangannya. Benar saja ia menemukan sedikit kejanggalan saat pemilik warung sedang menyalakan bara api di atas arang. Ditaburkannya bubuk berwarna putih saat api di atas arang itu mulai menyala. Aroma asap menjadi semakin wangi menusuk hidung.
ADVERTISEMENT
Paijo semakin penasaran. Ia tergerak untuk membuka tabir pesugihan apa yang digunakan sebagai penglaris oleh pemilik warung sate itu.
Paijo datang untuk ketiga kalinya. Ia mengamati dengan seksama seluruh ruangan warung sate itu. Matanya menyisir seluruh lantai, tak ada yang aneh. Meja kayu berpasangan dengan bangku panjang pun tampak biasa saja. Lalu ia melihat dinding. Bermacam kalender dengan gambar-gambar iklan tertempel di sisi-sisi dinding. Hal yang biasa nampak di warung-warung sate sekitarnya.
Tak puas dengan yang sudah dilihat, kepala Paijo mendongak ke atas. Benar saja ia mendapati sesuatu yang janggal. Ada sesuatu tergantung yang dibungkus dengan kain berwarna putih. Besarnya sekepal tangan dewasa. Ia tahu betul apa bungkusan itu sebenarnya. Ia pernah menemukannya juga di warung milik temannya. Bungkusan itu adalah popok wewe.
ADVERTISEMENT
Wewe gombel adalah bangsa jin dengan kelamin perempuan. Wewe memiliki bentuk seperti Genderuwo, tetapi versi wanita. Badanya besar serta payudara raksasa yang menggantung merupakan ciri khasnya. Wewe juga bertanggungjawab terhadap banyaknya bayi manusia yang hilang. Ia terkenal suka dengan bayi. Wewe akan datang ke sungai untuk melahirkan dan memandikan anak-anaknya. Saat itulah, biasanya para dukun datang dan mencuri popok bayi mereka.Popok itu kemudian akan dapat digunakan untuk berbagai hal. Aroma popok wewe yang khas dapat mendatangkan pelanggan.
Paijo mengarahkan kamera HP nya. Ia mengambil gambar. Saat bersamaan Paijo dihampiri oleh pemilik warung. “Mas, kalau sudah tahu, tolong jangan diceritakan kepada orang lain. Awas ya.. !!,” ancam pemilik warung dengan muka datarnya.
ADVERTISEMENT
Paijo pun hanya mengangguk. Meski takut, namun ia puas dapat mengetahui misteri itu yang ia simpan rapat-rapat.
Tulisan ini merupakan rekayasa. Kesamaan nama dan tempat kejadian hanya kebetulan belaka.