Sedekah, Solusi Jitu Kala Ekonomi Melemah

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2020 11:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengemis di Jalanan. Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Pengemis di Jalanan. Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sedekah sepertinya menjadi solusi jitu di kala ekonomi melemah, melemahkan negara maupun melemahkan rakyatnya saat Pandemi COVID-19 melanda. Dampak cukup signifikan dirasakan sektor ekonomi di Indonesia seperti Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus ini yang menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Sebelumnya, pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan sebesar 5,02 persen pada periode yang sama 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Sebagai sesama mukmin, patutlah kita saling berempati dan saling menolong satu sama lainnya. Dimulai dari lingkungan terdekat kita, baik dekat secara batin maupun fisik, sebagaimana hadis Rasulullah SAW: “Perumpamaan mukmin dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu satu tubuh, apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuhnya turut merasakan hal yang sama, sulit tidur dan merasakan demam” (HR. Muslim).
Nabi SAW menyebutkan bahwa para dermawan akan hidup bahagia dan mulya dengan sedekahnya dan di yaumil akhir juga sedekah akan menaungi mereka. “Inna zhillal mu’mini yaumal qiyamati shadaqotuhu”, yang artinya: “Sesungguhnya naungan seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya” (H.R. Ahmad).
Ilustrasi anak senang beramal atau bersedekah Foto: Shutter Stock
Pahala Sedekah
Sedekah berasal dari Bahasa Arab “Shadaqah” yakni suatu pemberian yang diberikan olah seorang kepada orang lain secara sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu (Al Jurjani).
ADVERTISEMENT
Dalam bersedekah ada balasan pahala yang menjadi stimulus semangat istikamah melakukannya terus menerus. Imam As-Suyuthi dalam Kitab Khumasi dan dikutip oleh Sayyid Abdurrahman bin Muhammad dalam kitab Bughyatul Musytarsyidin halaman 107, menjelaskan bahwa faidah shadaqah terbagi menjadi lima macam: “Anna tsawash shadaqati khomsatun anwaa’i”:
Pertama,Waahidatun bi ‘asyratin wahiya ‘ala shohibil jism, yaitu shadaqah yang pahalanya 10 kali lipat, yaitu shadaqah kepada orang yang sehat wal afiyat. Kedua,Wa wahidatun bi tis’iina wahiyaalal a’ma wal mubtala”, yakni shadaqah yang pahalanya 90 kali lipat, yaitu shadaqah kepada orang buta dan yang terkena musibah. Ketiga, “Wa wahidatun bi tismiatin wahiya ‘ala dzii qarabatin muhtaajin”, yaitu shadaqah yang pahalanya 900 kali lipat, yaitu shadaqah kepada kerabat yang membutuhkan. Keempat, Wa wahidatun bi mi-ati alfi wahiyaalal abawayni”, yaitu shadaqah yang pahalanya 100 ribu kali lipat,yaitu shadaqah kepada kedua orang tua. Kelima, “Wa wahidatun bi mi-ati alfi wahiya ‘ala alimin aw faqiihin”, yakni shadaqah yang pahalanya 900 ribu kali lipat, yaitu shadaqah kepada ulama atau fuqaha.
ADVERTISEMENT
Bersedekahlah, Jangan Pelit
Setelah mengetahui keutamaan sedekah, jangan sampai kita masih menjadi pelit, medit bin koret bin buntut gasiran bin pantat kuning. Kalau sudah pantat kuning nyeduh kopi ampasnya sampai dijemur lagi.
Kadang-kadang makan lauk ikan, kepala ikannya dikepruk, semua dimakan juga. Tinggal kucing melongo, nungguin kepala ikan sama buntutnya. Eehh buntut dimakan juga. Tinggal tulang sama duri-durinya. Lumayan deeh kaya si empus. Eee, tulang sama duri tahunya dipresto juga, hancur semua tulang sehancur harapan empus. Segalanya dipresto. Tinggal kucing pada kurus kerempeng.
Ingat rezeki titipan Allah SWT. Kalau tadi ibu-ibu senangnya mempresto, kalau bapak-bapak salat Jumat males ngantongin duit di baju koko. Padahal tasbihnya udah nyengser, udeng-udeng sudah kayak ban Vespa saking tebalnya, sorban melingkar di leher. Eeeh pas keropak infak masih jauh wiridnyaSubhanallaah, tapi mata melirik ke kanan, merhatiin arah jalannya keropak infak. Pas dekat “Astaghfirullah, sudah lewat “Alhamdulillah”. Yassalaam.
ADVERTISEMENT
Giliran rokok berani ngutang, giliran salat Jumat males ngantongin fulus warna merah atau biru. Padahal kalau satu orang bapak bawa 10.000 saja, masjid besar isi 500 orang sudah 5 juta rupiah. Siapin 1 juta buat khatibnya. Khatibnya dikasih satu juta, pagi-pagi sudah nongkrong di Masjid. Kalau empat Jumat, empat juta kan lumayan ajiib.
Saudara, jangan pelit ya. Kalau orang pelit disebut “ba’idum minannaas, minallaah, minal jannaah”. Artinya jauh dari orang, dari Allah dan dari Surga. Firman Allah: “Matsalul-ladziina yunfiquuna amwaalahum fii sabiilillahi kamatsali habbatin anbatat sab’a sanaabila fii kulli sunbulatin mii-atu habbatin wallahu yudhaaifu liman yasyaa-u wallahu waasi’un ‘aliimun”, yang artinya “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (Q.S. Al Baqarah: 261).
ADVERTISEMENT
Membicarakan Sedekah
Jangan sampai pula kalau kita sedekah, kita omongin kemana-mana. Misal: “Halaaah..itu masjid kalau bukan saya, tidak akan sebagus itu”. Ada lagi yang bilang seperti ini: Hiyaaa, itu acara Maulid kalau bukan saya yang nutupin dananya, tidak bakalan jadi.
Allah berfirman dalam Q.S. Al Baqarah ayat 264: “Yaa ayyuhaa alladziina aamanuu laa tubthiluu shadaqaatikum bil manni waal-adzaa kaalladzii yunfiqu maalahu ri-aannaasi walaa yu’minu billaahi wal yaumi al-aakhiri yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian”
Jadilah seperti tukang parkir terhadap harta. Tukang parkir meski mobilnya banyak tidak sombong. Mobil pergi tidak sedih. Karena apa? Tukang parkir merasa dititipin, bukan memiliki. Karena suatu saat akan diambil Allah. Ada saatnya diambil pemiliknya. Wallahu a’lam.
ADVERTISEMENT