ASN Berdakwah, Berpantun dan Berpuisi dalam Halal Bihalal Virtual ASNation

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
30 Mei 2021 14:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Halal Bihalal ASNation, 29 Mei 2021, Foto: ASNation
zoom-in-whitePerbesar
Halal Bihalal ASNation, 29 Mei 2021, Foto: ASNation
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masih di bulan Syawal 1442 H, tepatnya pada Sabtu, 29 Mei 2021, menjadi momentum historis pertemuan para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tergabung dalam komunitas ASNation dalam acara Halal Bihalal virtual. Diikuti lebih dari 100 ASN yang hadir dalam ruang virtual zoom maupun kanal Youtube ASNation, acara berlangsung hikmat yang diawali pembacaan Al-Quran oleh Tri Cahyo Wibowo, dipandu MC Lisa Noviana, dibuka CEO ASNation Ahmad Luthfi, dan dilanjutkan menyimak dakwah dari Ust. Suzan Lesmana.
ADVERTISEMENT
Tak hanya sekedar bermaaf-maafan secara virtual, acara dimeriahkan pula dengan taburan pantun bertema Idulfitri yang diikuti 30 ASN, serta diselingi pembacaan dua puisi indah dari Dwi Astuti Lathifah dan Rini Dwi Astuti, tak pelak membuat acara menjadi lebih menarik, terutama saat para peserta membacakan pantun kreasinya dengan gaya dan intonasi beragam.
Meskipun baru berusia 1 tahun, ASNation sudah mempunyai banyak kegiatan positif yang diikuti para ASN seantero negeri yang telah merasakan manfaatnya dalam kegiatan menulis, berkebun, sosial, beasiswa, inovasi, humas, pengembangan wawasan, keuangan dan wirausaha, dan akan terus bertumbuh seiring terbentuknya squad-squad ASN lainnya.
Berhalal Bihalal dan Berdakwah di Masa Pandemi Covid-19
Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia sejak Maret 2020, mengharuskan masyarakat tak diperkenankan membuat acara-acara yang berpotensi kerumunan dan tak menjaga jarak fisik, termasuk acara-acara Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) seperti Halal Bihalal. Di sisi lain, keimanan umat pun tidak boleh menurun, yang selama ini dilakukan melalui pengajian dan ceramah agama. Jangan sampai virus Corona yang menyerang fisik ditambah pula dengan “virus” dosa dan khilaf yang dapat menggerogoti batin manusia. Maka, dakwah agama pun harus terus berjalan meski dibatasi protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Sesungguhnya Islam bukan agama anti perubahan, termasuk bidang dakwah terus berkembang dan berinovasi ladang dakwahnya. Dakwah tidak lagi terbatas dari panggung ke panggung secara fisik, namun telah merambah pula ke dunia digital/virtual di internet baik di media sosial seperti Instagram dan Facebook live, kanal bicara YouTube, atau platform interaktif tatap muka seperti zoom. Di dunia tak bersekat itu pula jarak geografis sudah bukan kendala.
Berbicara dakwah, kita tinjau sejenak makna dakwah. Secara etimologis atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan disebut da’i, sedangkan yang diseru disebut sebagai mad'u. Sementara secara terminologi menurut Quraish Shihab (1994), dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik dan lebih sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam Al-Qur’an sendiri, kata mengajak disebut sebanyak 46 kali, 39 kali mengajak kepada Islam dan kebaikan, 7 kali mengajak menjaga dari api neraka dan kejahatan, dalam bentuk fi’il (pekerjaan) lebih dari 100 kali. Jadi berdakwah menjadi kewajiban kita untuk menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran semampu kita.
Ustadz Bahiyul Khuli dalam bukunya 'Tadzkiratud Du’a' mendefinisikan dakwah sebagai suatu komunikasi yang ditimbulkan dari interaksi antarindividu maupun kelompok manusia yang bertujuan memindahkan umat dari suatu situasi yang negatif ke situasi yang positif (dalam al-Firdaus, 2013).
Perintah dakwah sudah Allah sebutkan dalam Al-Quran surat Ali 'Imran ayat 104: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”
ADVERTISEMENT
Di ayat lain perintah berdakwah, Allah SWT berfirman dalam Q.S. Fussilat ayat 33: “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”
Perintah senada kita temukan pula dalam Q.S. An-Nahl ayat 125: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.”
Dengan demikian, dakwah dapat dilakukan oleh setiap muslim, tak terkecuali oleh ASN. Namun memang tak hanya berbekal “sampaikanlah ilmu walau satu ayat”, tapi hendaklah dibekali pula oleh dasar ilmu agama dan dakwah yang cukup karena pertanggungjawabannya dunia dan akhirat.
Memaafkan Berat Jangan Ditunda Hingga Akhirat
ADVERTISEMENT
Penceramah Halal Bihalal, Kang Ucan atau Aa’ Ucan yang juga ASN LIPI, menyampaikan tausiahnya bertajuk “Memaafkan Berat Jangan Ditunda Hingga Akhirat”. Dirinya mengungkapkan betapa mulianya akhlak dua sahabat Nabi Muhammad SAW yakni Abu Dzar Al Ghifari dan Bilal bin Rab’ah. “Hikmah dari kisah kedua sahabat tersebut adalah meminta maaf atas kesalahan yang pernah kita lakukan adalah bukan hal yang mudah. Meminta maaf memerlukan kesadaran hati dan perasaan berdosa. Dan Abu Dzar melakukannya dengan sepenuh hati,” tuturnya.
“Di sisi lain, betapa memaafkan orang yang telah mempermalukan kita bukanlah perkara mudah. Hanya orang yang berakhlak mulya yang mampu melakukannya seperti Bilal. Bilal tidak hanya memaafkan, bahkan juga membalasnya dengan kebaikan yang tak pernah disangka-sangka oleh Abu Dzar sendiri. Dan hal tersebut justru semakin mempererat hubungan silaturahim antara keduanya,” imbuh Kang Ucan.
ADVERTISEMENT
Kang Ucan mengharapkan setelah selesai acara halal bihalal, apabila ada yang masih punya salah khilaf segera minta maaf dan jangan berat juga bagi mereka yang dimintai maaf untuk memberi maafnya. “Memang lebih berat memberi maaf tinimbang meminta maaf. Tapi jangan sampai ditunda hingga akhirat, tambah berat lagi,” pungkasnya.
Kang Ucan kembali mengingatkan kisah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Al Hakim tentang ganjaran bagi orang yang memberi maaf, yaitu istana-istana yang terbuat dari emas, dengan puri dan singgasananya yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan intan berlian.
Mengakhiri tausiahnya, Kang Ucan yang juga menjadi salah satu juri kompetisi pantun di acara tersebut, ikut pula berpantun :
“Jemur di atap si kain satin, buat orangtua di Bengkulu.
ADVERTISEMENT
Mohon maaf lahir bathin, disertai doa sehat selalu”
***
Suzan Lesmana - Pranata Humas LIPI