Guru Besar IPB University Temukan Vaksin Ikan dari Isolat Lokal untuk Budidaya

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
27 November 2020 8:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Guru Besar IPB University Temukan Vaksin Ikan dari Isolat Lokal untuk Budidaya Akuakultur
zoom-in-whitePerbesar
Guru Besar IPB University Temukan Vaksin Ikan dari Isolat Lokal untuk Budidaya Akuakultur
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap tahun selalu terjadi kematian massal ikan yang disebabkan oleh bakteri, virus, cendawan dan parasit. Hal ini menjadi kendala besar dalam budidaya ikan. Diperkirakan kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh penyakit mencapai 5,2 triliun rupiah per tahun.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, vaksin yang tersedia pada umumnya berasal dari luar negeri yang memiliki risiko tidak sama dengan isolat bakteri atau virus yang ada di Indonesia. Sehingga hasilnya tidak sepenuhnya efektif.
Guru Besar IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Prof Dr Sukenda menjelaskan bahwa penggunaan isolat lokal, yang diisolasi dari ikan-ikan sakit pada saat terjadi wabah penyakit, untuk pembuatan sediaan vaksin merupakan solusi yang realistik dan prospektif. Selain itu, penyebab penyakit dapat dikendalikan karena jenis bakteri atau virus yang digunakan sesuai (homolog) dengan vaksin yang dibuat.
“Tim peneliti vaksin dari Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB University telah berhasil mengembangkan vaksin dari isolat lokal. Yaitu vaksin Streptococcus iniae, vaksin Streptococcus agalactiae, vaksin Aeromonas hydrophila, dan vaksin Mycobacterium fortuitum baik dalam sediaan tunggal maupun campuran. Vaksin tersebut mampu meningkatkan kekebalan ikan terhadap infeksi patogen. Selain vaksin untuk penyakit bakterial, vaksin untuk penyakit viral juga telah kami kembangkan. Vaksin DNA anti Koi Herpes Virus (KHV) mengandung sisipan gen glikoprotein 25 (GP25) yang berasal dari isolat lokal Koi Harpes Virus. Vaksin DNA anti KHV mampu meningkatkan kekebalan dan memproteksi ikan mas saat terjadi wabah,” jelasnya dalam Konferensi Pers Pra Orasi (26/11) yang digelar secara daring.
ADVERTISEMENT
Pengembangan vaksin ikan adalah tugas yang menantang, diantaranya karena beragamnya jenis penyakit dan spesies ikan budidaya, dengan tingkat keunikan kerentanan ikan terhadap setiap penyakit yang juga berbeda-beda. Selain itu, penggunaan vaksin dirasa lebih aman daripada penggunaan antibiotik dalam budidaya perikanan.
Ke depannya, pengembangan vaksin yang berasal dari isolat lokal akan terus dilakukan yang dibarengi dengan pengembangan metode pemberian, evaluasi dan diseminasi sebagai upaya untuk mendukung industri akuakultur berkelanjutan.
Menurut Prof Sukenda, metode vaksinasi ikan dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu injeksi, perendaman, dan oral. Pemberian vaksin melalui cara perendaman lebih praktis untuk penerapan pada benih ikan yang masih rentan terhadap serangan penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.
“Metode infiltrasi hiperosmotik yang kami kembangkan merupakan modifikasi dari metode perendaman untuk mengefektifkan pemberian vaksin. Metode ini dilakukan dengan menggunakan media yang dibuat hipertonik dari tubuh ikan dengan memberikan kejutan salinitas sehingga jumlah vaksin yang diserap lebih banyak. Hasil penelitian menunjukkan vaksinasi ikan nila secara infiltrasi hiperosmotik dengan kejutan salinitas sampai 20 gram per liter selama lima menit mampu meningkatkan proteksi ikan terhadap serangan bakteri S. agalactiae,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ada juga metode vaksinasi maternal, yakni transfer imunitas dari induk ke anak. Sebelum memijah induk ikan terlebih dulu divaksin menggunakan sediaan vaksin, baik tunggal maupun campuran. Induk ikan kemudian membentuk imunitas yang ditransfer kepada anakannya ketika memijah. Ini dibuktikan dengan lebih tingginya antibodi dan tingkat kelangsungan hidup relatif anak ikan yang berasal dari induk yang divaksin dibandingkan dengan yang tidak divaksin ketika keduanya diuji tantang dengan bakteri patogen. (Zul)
Keyword: Vaksinasi Ikan, Budidaya Akuakultur, FPIK, Guru Besar IPB University
Kategori SDGs: SDGs-14