Zoom Fatigue: Bahaya Penyakit Baru

Firdaus Algim Nastiyar
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia
Konten dari Pengguna
23 April 2022 11:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firdaus Algim Nastiyar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Magnet.me on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Magnet.me on Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi Covid-19 menjadi gerbang baru kehidupan virtual dan telah mengubah banyak sekali cara menjalani hidup termasuk bekerja. Aktivitas yang semula dilakukan secara tatap muka, kini diharuskan dengan menatap layar monitor laptop/komputer seharian di rumah.
ADVERTISEMENT
Misalnya seperti virtual meeting menggunakan platform video conference seperti Zoom. Namun sangat disayangkan, padatnya jadwal dan waktu kegiatan yang dilakukan secara virtual, tak dapat dipungkiri bisa menyebabkan seseorang mengalami kelelahan virtual atau kondisi yang dikenal sebagai zoom fatigue.

KONDISI IDEAL

Sederhana saja, kecanggihan teknologi memang membawa banyak manfaat bagi kita dalam memudahkan aktivitas keseharian. Teknologi mestinya mampu menjadi alat untuk kita bisa berkembang dalam mengikuti arus kemajuan zaman.
Sayangnya, teknologi tak serta merta mampu memberikan kelimpahan manfaat bagi hidup manusia. Seperti ungkapan yang sering kita dengar “tidak ada yang sempurna di dunia ini” teknologi pada akhirnya mempunyai batas kemampuan dalam menolong kita.
Memang, Zoom menjadi salah satu platform video konferensi yang sedang melejit drastis di masa pandemi Covid-19 karena digunakan oleh seluruh manusia dari berbagai belahan dunia. Akan tetapi, siapa sangka kecanggihan teknologi pun kian menghadirkan sindrom atau penyakit baru yaitu zoom fatigue.
ADVERTISEMENT
Kondisi zoom fatigue menjadi salah satu contoh gejala akan keterbatasan teknologi dalam membantu manusia digital masa kini. Belum lagi keterbatasan teknologi yang memerlukan jaringan yang cukup mumpuni dalam mengaksesnya yang pada kenyataannya tidak semua wilayah mampu mencakupnya. Serta berbagai kasus kejahatan kriminal seiring dengan berkembangnya teknologi.
Lalu, mengapa harus disebut keterbatasan teknologi? Simpelnya, teknologi yang diharapkan mampu menangani dan menyediakan segala apa yang kita butuhkan pada akhirnya tetap ada hal yang tidak bisa digantikan oleh teknologi atau lebih parahnya teknologi menjadi boomerang bagi diri kita sendiri.
Misalnya pada kondisi zoom fatigue, dampak yang ditimbulkan karena hadirnya kondisi tersebut seperti kelelahan fisik, sulitnya untuk fokus dan berkonsentrasi, rasa cemas yang berlebihan, dan rasa khawatir akan adanya gangguan. Selain itu, secara tidak sadar kita dituntut akan kesempurnaan dalam melakukan meeting secara virtual sehingga terkadang membakar ambisi kita untuk terlalu fokus menatap layar monitor ketika sedang Zoom yang pada akhirnya hal ini berdampak pada kondisi sosial individu tersebut.
ADVERTISEMENT
Contohnya, terkadang kita melupakan suasana sekitar demi kenyamanan forum atau dalam kondisi takut mengganggu rekan lainnya di dalam forum tertentu.

ALTERNATIF LAIN

Seharusnya, Zoom menjadi bagian terpenting bagi manusia dalam membantu efektivitas kegiatan yang dilakukan terutama terkait pertemuan yang mengharuskan adanya tatap muka. Dampak yang telah dipaparkan sebenarnya hanya sebagian dari banyaknya masalah yang timbul akibat intensitas melihat layar monitor di Zoom yang terlalu tinggi. Akan tetapi, setiap permasalahan pasti ada solusi untuk menanganinya.
Misalnya untuk menghindari kelelahan yang berlebihan, usahakan kita pada kondisi badan yang rileks dan hindari mengerjakan tugas berlebih (multitasking). Kemudian selama meeting dimulai hingga berakhir usahakan untuk merelaksasikan mata 5-7 menit untuk melihat sekitar kita tentunya hal ini demi kesehatan panca indera pula. Hal lain yang mungkin menjadi penyebab zoom fatigue adalah terlalu fokus menatap layar monitor sehingga menyebabkan kelelahan yang berarti.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, atur jadwal kita sesuai dengan porsi dan kemampuan tubuh dalam mengontrolnya. Ganti dengan media lain jika memang diperlukan, misalnya menggunakan telepon atau e-mail sebagai gantinya.
Adakalanya setiap kegiatan berlebih memang akan menimbulkan dampak buruk bagi diri kita. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran akan keseimbangan dalam menjalani hidup guna kebaikan fisik maupun mental.
Zoom fatigue bisa menjadi cerminan bagi diri kita untuk selalu waspada akan kejamnya teknologi dalam menyita segala aspek di kehidupan kita. Mewaspadai teknologi bukan serta merta menolak untuk hidup beriringan dengan teknologi, akan tetapi memahami betul porsi yang cukup untuk diri kita masing-masing.