Sebuah Buku Bajakan: Kapal Bajak Laut

Muhammad Fathi
Menempuh jenjang pendidikan di Universitas Islam Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
25 November 2022 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fathi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 Foto Ilustrasi: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Foto Ilustrasi: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Membaca merupakan pokok penting dalam setiap aktivitas manusia, dengan membaca didapatkan pengetahuan informasi baru dan lagi menambah keragaman akan wawasan. Dengan begitu akal pikiran manusia tidak selalu di kerangkeng oleh bejatnya keilmuan yang sempit.
ADVERTISEMENT
Setiap individu berhak lagi pantas untuk membaca apa saja yang di inginkan, tak selalu bermuara pada arahan seorang guru, dosen ataupun sekadar saran rekomendasi dari teman. Walaupun tidak semua orang seantero planet ini cakap akan literasi setidaknya, jangan pernah mempersempit ruang gerak yang dimiliki.
Layaknya seseorang berada dalam di dataran yang luas namun, akal pikirannya masih berjalan di tengah pulau yang kecil antara sekian luasnya larung samudra. Jadilah akan kapal bajak laut yang dengan ukuran spesifikasi seadanya namun berlayar deras mengarungi megahnya samudra, merampas akan kekayaan alam serta lagi menjangkau khazanah ilmu pengetahuan.
Foto Ilustrasi: Pixabay
Sekadar burung Albatroz mengitari layar kapal seraya memberikan kabar, bahwa bibir pantai sudah terlihat. Lihat kamu sudah sampai, akankah kamu berhenti untuk sekadar singgah dan melanjutkan perjalanan atau ingin menetap dengan keadaan yang demikian.
ADVERTISEMENT
Bagai negeri tirani yang engkau singgahi tak serta merta menengadahkan tangan dengan terbuka lebar akan menyambut kedatangan sosok yang asing. Ya, baginya, walaupun sebuah keputusan yang kurang tepat.
Bak seorang raja yang seperti ibu tiri, lepas selusin serdadu batalion ke arah pantai sembari membunyikan tanda peringatan. Pekiknya tembakan meriam dengan isi yang hampa mengagetkan sekumpulan burung camar yang sedang hinggap.
Tak sepatah pun terucap dari mulut seorang yang mengaku tunarungu melihat kejadian yang telah terjadi. Dan tidak menyesali keputusan yang sudah dibuat, adapun keraguan membuat seseorang cepat akan mengambil sebuah tindakan.
Sembari melihat seekor lumba-lumba yang di asumsikan sekilas sebagai putri duyung, membuka jalan bagi sebuah arti ketulusan. Seperti kawanan Paus Biru mengelilingi penjuru lautan. Dan dengan selayaknya putaran rotasi bumi yang memberikan gambaran akan sebuah kesabaran.
ADVERTISEMENT
**siasat karangan**