part 6 square(1).jpg

Dua Kehidupan Rani: Rukiah (Part 6)

11 Maret 2020 19:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua kehiduapan Rani. Foto: Argy/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dua kehiduapan Rani. Foto: Argy/kumparan
ADVERTISEMENT
Aku dan Mas Andro duduk di ruang tamu, sementara Rani dan Dika, anak bungsuku, sedang tidur siang. Segelas teh kusuguhkan ke hadapan suamiku. Wajahnya terlihat kebingungan. Kami sedang memikirkan keadaan Rani yang semakin parah. Rani bahkan sudah membunuh kucing tetangga, ia tidak memakan dagingnya melainkan hanya menghisap darah kucing tersebut. Anakku juga lebih senang memakan tulang ayam yang sudah kubuang ke tempat sampah.
ADVERTISEMENT
"Kita coba rukiah saja, Mah."
"Di rukiah? Anak kita masih kecil. Aku takut kenapa-napa."
"Tapi kita enggak punya cara lain, Mah."
"Aku lihat di tv orang yang dirukiah bisa sampai muntah-muntah. Aku takut tubuh Rani belum kuat," aku mengerutkan kening sambil terus menimang-nimang anakku.
"Kita tanya ustaz Rojudin dulu saja kalau memang bisa, apa salahnya kita coba."
Aku tak menimpalinya. Jujur saat itu aku sangat khawatir kalau sampai terjadi apa-apa sama Rani. Mas Andro kemudian menelepon ustaz Rojudin seorang ahli rukiah di Jakarta. Ia menjelaskan beberapa hal aneh yang dialami Rani, termasuk kejadian supranatural beberapa hari lalu.
"Besok bisa, Taz. Kebetulan saya ada di rumah," kata suamiku.
"Oke, saya tunggu besok jam tiga sora ya, Taz," ia menutup telepon.
ADVERTISEMENT
"Besok kita rukiah Rani," ujar suamiku.
"Tapi, Pah...."
"Percaya sama aku. Rani akan baik-baik saja, Mah."
***
Sebuah karpet digelar. Rani dikerudungi, aku sangat kasihan padanya. Wajahnya pucat, tubuhnya lemas. Tidak ada lagi keceriaan di wajahnya. Setan yang mengendalikan tubuhnya harus benar-benar dikeluarkan. Ustaz Rojudin membacakan ayat Quran dan meniupkannya pada kepala anakku. Sontak saja Rani berteriak kesakitan.
"Pak cukup, Pak," kataku cemas.
"Mah, biarkan ustaz menyelesaikan rukiahnya. Kamu mau anak kita sembuh, kan?"
"Tapi, aku kasihan sama Rani, Pah."
"Lebih kasihan lagi kalau dia terus-terusan diikuti setan, Mah."
Rani menjerit-jerit kemudian memuntahkan lendir berwarna merah. Dia berdiri sambil menampakkan wajah marah.
"Siapa kau?" kata ustaz Rojudin.
"Jangan ganggu aku!" Rani lagi-lagi mengeluarkan suara lelaki dewasa.
ADVERTISEMENT
"Keluar dari tubuh anak ini!" bentaknya.
"Tidak!" Bentak Rani.
Aku manangis terisak-isak di pelukan suamiku.
Ustaz Rojudin meraih segelas air putih di hadapannya. Disemburkan air itu pada wajah anakku membuatnya tiba-tiba jatuh tidak berdaya.
"Sebenarnya memang ada makhluk gaib yang mengikuti anakmu, Pak," kata ustaz Rojudin.
"Apa sekarang makhluk itu sudah pergi dari tubuh anakku, Taz?"
"Iya, dia sudah keluar. Perbanyak berdoa dan membaca Al-Quran agar anak bapak terhindar dari gangguan makhluk gaib."
"Iya ustaz. Kami akan lakukan."
Setelah selesai, Rani dibopong ke atas tempat tidurnya. Ia tidak sadarkan diri. Kata ustaz Rojudin, itu hal biasa. Nanti ketika Rani bangun, dia akan sehat kembali karena makhluk gaib sudah pergi dari tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Sesuai arahana ustaz Rojudin, jam tiga malam aku sengaja bangun untuk salat tahajud. Aku senang Rani tidur dengan pulas, ia tidak lagi tertawa-tawa dan bermain sendiri tengah malam. Kugelar sejadah di ruang tamu, kukenakan mukena. Perlahan kucoba untuk khusyuk, tapi saat masih rakaat pertama kudengar pintu terkuak. Langkah kaki mendekat ke arahku, sebisa mungkin aku berusaha untuk tetap khusyuk. Pikirku, mungkin Rani terbangun dari tidurnya.
Saat aku memasuki rakaat kedua, langkah kaki itu menghilang. Aku tidak lagi mendengarnya lagi. Dan entah dari mana datangnya, saat kubangun dari sujud tiba-tiba Rani sudah berdiri di hadapanku sambil tersenyum mengerikan, sorot matanya tajam. Aku terkejut hingga terjungkal ke belakang.
"Rani, ngagetin aja. Mamah kan lagi salat."
ADVERTISEMENT
Nantikan cerita Dua Kehidupan Rani selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten