Musik Piringan Hitam Kembali Tren, Ada Apa?

Matthew Abrham Kristanto
Mahasiswa BINUS Jurusan Marketing Communication
Konten dari Pengguna
23 Januari 2023 9:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Matthew Abrham Kristanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi piringan hitam. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi piringan hitam. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Walaupun pernah tidak diminati, saat ini piringan hitam mengalami kebangkitannya lagi. Pada era serba digital, format musik analog piringan hitam atau vinyl kembali menarik perhatian para pencinta musik.
ADVERTISEMENT
Walaupun adanya platform streaming digital gratis, ternyata masih banyak minat dari pecinta musik untuk berburu dan membayar harga yang tinggi untuk sekeping piringan hitam.

Kalangan Pembeli Piringan Hitam

Pegawai RRI Surabaya melakukan digitalisasi piringan hitam (vinyl) di Ruang Restorasi Piringan Hitam RRI Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/3/2022). Foto: Rizal Hanafi/ANTARA FOTO
Walaupun piringan hitam merupakan barang lawas, piringan hitam tidak hanya diburu oleh kalangan lansia melainkan kalangan milenial dan gen z juga. Tentunya mereka memiliki alasan berbeda mengapa mereka memilih format musik analog.

Alasan Memilih Piringan Hitam Dibandingkan Musik Digital

Ketika menanyakan mengapa memilih format musik piringan hitam dibandingkan musik digital, jawaban yang didapat akan berbeda-beda.
Ada yang mengatakan piringan hitam mengeluarkan suara yang lebih organik, ada juga yang mengatakan mereka memiliki kepuasannya tersendiri dengan ritual meletakan keping vinyl ke meja pemutarnya hingga yang hanya senang dengan tampilan saat piringan hitam diputar.
ADVERTISEMENT

Kisaran Harga Untuk 1 Album

Harga piringan hitam tidak dapat dipatok dengan harga tertentu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi harga suatu album piringan hitam seperti kelangkaannya, kelengkapannya, kondisi album serta piringannya hingga warna vinylnya.
Dari yang di banderol puluhan ribu hingga jutaan, banyak penggemar yang rela membelinya. Pada umumnya, vinyl bekas dibanderol dengan harga kisaran Rp 75.000 hingga Rp 300.000. Namun, vinyl langka dapat dibanderol dengan harga hingga jutaan terutama album lawas asal Indonesia.

Mengapa Piringan Hitam Musisi Indonesia Lebih Mahal?

Ilustrasi piringan hitam. Foto: Shutter Stock
Seperti yang telah di sebutkan sebelumnya, harga piringan hitam dapat mencapai harga jutaan dikarenakan banyak hal. Salah satu faktor harganya dapat mencapai jutaan adalah kelangkaan vinyl tersebut.
ADVERTISEMENT
Piringan hitam asal Indonesia tidak dicetak secara banyak seperti piringan asal luar. Maka dari itu, harganya dapat menjadi tinggi. Terutama vinyl musisi lawas asal Indonesia seperti Ermy Kullit, Fariz RM, Chrisye, dan banyak lainnya.

Piringan Hitam Musisi Indonesia di Tahun 2000-an

Ilustrasi piringan hitam. Foto: Shutter Stock
Dari dulu hingga saat ini, musisi Indonesia tidak mencetak piringan hitam dengan jumlah yang banyak. Pada umumnya, album vinyl musisi Indonesia hanya di cetak dengan jumlah hanya ratusan saja. Berikut adalah beberapa contoh vinyl asal Indonesia:
1. White Shoes & The Couples Company – Vakansi (2010) harga pasaran 6,5 juta
2. Nadin Amizah – Selamat Ulang Tahun (2021) harga pasaran 4 juta (hanya di produksi 400) (harga awal Rp 450.000 hingga Rp 550.000)
ADVERTISEMENT
3. Hindia – Menari Dengan Bayangan (2021) harga pasaran 2,5 juta (hanya diproduksi 300) (harga awal Rp 475.000 hingga Rp 550.000)
4. Kunto Aji – Mantra Mantra (2022) harga pasaran 1,5 juta (harga awal Rp 600.000)
Bukan hanya musisi lawas Indonesia saja yang mencetak dengan jumlah yang sedikit, namun hingga saat ini pun musisi Indonesia tidak mencetak dengan jumlah yang banyak. Maka dari itu, harga vinyl musisi Indonesia dapat mencapai harga yang fantastis.
Nah, kira-kira seperti itulah pasar piringan hitam di Indonesia. Alasan memilih vinyl dari hanya suka melihatnya memutar hingga senang dengan melakukan ritual memegang album fisik sampai meletakkannya ke meja pemutar, menjadikan para pemburu piringan hitam ini rela membayar jumlah uang yang banyak untuk mendengarkan lagu yang dinikmatinya.
ADVERTISEMENT