Pemkab Sitaro Targetkan 90 Hari Buka Akses Jalan Desa Terisolasi

Tim Manado Bacirita
1001 Media Partner kumparan
Konten dari Pengguna
17 Februari 2019 8:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tim Manado Bacirita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
PEMETAAN LOKASI: Tim Pemerintah Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, melakukan pemetaan jalur alternatif penghubung Desa Kawahang dan Desa Batubulan yang saat ini masih terisolir akibat erupsi Gunung Karangetang
zoom-in-whitePerbesar
PEMETAAN LOKASI: Tim Pemerintah Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, melakukan pemetaan jalur alternatif penghubung Desa Kawahang dan Desa Batubulan yang saat ini masih terisolir akibat erupsi Gunung Karangetang
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PASCA dua (2) pekan erupsi Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, Pemerintah Daerah terus mencari cara untuk kembali membuka jalan penghubung antara Desa Kawahang dan Desa Batubulan yang putus total.
ADVERTISEMENT
Pemerintah sendiri berinisiatif membuka jalur baru melalui Desa Nameng, mengingat jalur utama telah tertimbun dengan lava dan material dari erupsi Gunung Karangetang. Jalan dan jembatan yang tertimbun mencapai lebih dari 300 meter dengan ketinggian timbunan mencapai 50 meter.
Pelaksana Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Bob Ch Wuaten, Minggu (17/2), menyebutkan jika Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, saat ini tengah melakukan pemetaan daerah yang bisa dijadikan alternatif jalan darat.
"Memang perlu pemetaan yang matang, mengingat akses jalan di Kabupaten Sitaro ini memiliki medan yang berat. Jalannya sangat curam dan banyak bebatuan. Makanya perlu analisa kondisi lapangan yang baik," tutur Wuaten.
Wuaten menyebutkan, rencananya pemerintah akan membangun jalan alternatif sejauh 1,6 kilometer, dengan tahapan awal jalan bisa dilalui sepeda motor sebelum kemudian dilalui kendaraan besar.
ADVERTISEMENT
"Pemerintah mentargetkan selama 90 hari kerja ini, akses jalan itu sudah bisa dilalui," tutur Wuaten.
Sekadar diinformasikan, akibat putusnya jalur darat, sebanyak 453 warga terisolasi termasuk 11 Kepala Keluarga (KK) 42 jiwa pengungsi yang sekarang masih menghuni titik pengungsian di SD GMIST Efata Batbulan.
Saat ini, satu-satunya akses jalan keluar dari desa Batubulan adalah jalur laut. Tapi, hal itu tergantung dari cuaca dan kemampuan kapal yang akan digunakan untuk berlayar.
Franky Salindeho