Terkenal akan Kecantikannya, Ini Cerita Perempuan Suku Uighur dari China

1 Agustus 2020 13:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Madina Memet, Aktris China berdarah Uighur. dok. Instagram/@maidina910
zoom-in-whitePerbesar
Madina Memet, Aktris China berdarah Uighur. dok. Instagram/@maidina910
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
China memiliki beragam suku yang tersebar di seluruh penjuru daerah. Setiap sukunya memiliki ciri khas dan penampilannya masing-masing. Salah satu yang menarik untuk dibahas adalah suku Uighur yang berada sebuah daerah bernama Xinjiang, China bagian utara.
ADVERTISEMENT
Meski secara geografis mendiami wilayah China, tetapi orang-orang di suku Uighur sama sekali tidak mirip dengan penduduk China kebanyakan. Mereka justru memiliki paras kaukasian, campuran antara Eropa, Timur Tengah dan Asia Timur. Bahkan beberapa di antara penduduk Uighur lahir dengan mata yang cokelat kehijauan serta rambut pirang.
Tak hanya itu, para penduduk Uighur juga sebetulnya tidak fasih berbahasa China. Mereka justru berbicara bahasa Uighur yang mirip seperti bahasa Turki. Selain itu, para penduduk Uighur pun mayoritas memeluk agama Islam.
Yetula Tursun, muslim uighur penghuni Kashgar Vocational Learning Center Foto: Marcia Audita/kumparan
Mengapa hal ini bisa terjadi? Sebelum resmi menjadi bagian dari China, Uighur dan Xinjiang berdiri menjadi sebuah daerah sendiri. Tetapi pada 1949, daerah mereka diklaim China yang memicu protes besar-besar. Hingga akhirnya pada 1955, pemimpin China kala itu, Mao Zedong, berhasil menyatukan Uighur dan Xinjiang menjadi bagian dari China. Maka tak heran, para penduduk Uighur memiliki identitas kewarganegaraan China.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, perlakuan pemerintah Tiongkok terhadap muslim Uighur dianggap tidak adil. Ibaratnya, mereka dipaksa menjadi bagian dari sebuah negara, kemudian diperlakukan dengan seenaknya. Kabarnya, hal ini pun sudah berlangsung cukup lama. Namun, tak ada yang tahu kejadian sebenarnya karena pemerintah Tiongkok pun tutup mulut akan hal ini.

Perempuan Uighur terkenal dengan parasnya yang cantik

Melansir National Public Radio (NPR) AS, karena dikenal akan kecantikannya, banyak perempuan suku Uighur yang memutuskan untuk bekerja di dunia hiburan menjadi model atau aktris demi mendapatkan kehidupan yang tentram dan sejahtera.Hal ini juga mereka lakukan sebagai jalan keluar atas perlakuan tidak adil dari pemerintah China sehingga banyak dari orang suku Uighur yang kesulitan secara ekonomi.
Salah satu perempuan asli Uighur yang bekerja sebagai model adalah Parwena Dulkun. Dalam wawancaranya pada NPR 2017 lalu, Parwena bercerita bahwa ia kerap muncul di TV untuk mengikuti program variety show.
ADVERTISEMENT
Ia juga menjadi salah satu finalis dari kontes kecantikan yang diadakan di China. Tak heran, wajahnya yang menawan membuat banyak diminati oleh para agensi sebagai bintang iklan atau model. Bahkan Parwena kerap mendapatkan pekerjaan di luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa hingga Hong Kong.
"Di Prancis, mereka berbicara pada saya dengan bahasa Prancis, begitu juga di Italia. Sampai-sampai petugas imigrasi di Eropa tidak ingin mencap paspor saya karena dia tidak percaya bahwa saya orang China," cerita Parwena
Bahkan di China sendiri, ia sering dikira sebagai orang asing. Orang-orang selalu berbicara bahasa Inggris padanya, namun ia menjawab dalam bahasa Mandarin yang lancar.
"Mereka selalu bertanya dari mana asal saya, saya tersenyum dan menjawab 'Saya dari China'," demikian tutur Parwena Dulkun.
ADVERTISEMENT
Selain Parwena, ada beberapa perempuan asli suku Uighur yang telah lebih dulu berkecimpung di dunia hiburan China. Salah satu yang terkenal adalah Dilraba Dilmurat. Ia mulai berakting sejak 2013 lalu dan kini menjadi salah satu aktris China yang paling digemari karena parasnya.
Dilraba Dilmurat, aktris China dari Uighur. dok. Instagram
Ada juga Bahagur atau Baha Guli yang merupakan seorang penyanyi asal Urumqi, Xinjiang. Selain itu, ada pula pemeran film China 'Ice Fantasy', Madina Memet, yang juga memiliki darah Uighur.
Dituturkan oleh CEO dari sebuah model agensi di Beijing, Max Liu, dulu banyak brand internasional yang lebih menginginkan model berwajah kaukasia. Namun seiring dengan banyaknya label busana lokal asal China, mereka pun ingin menggunakan jasa model asal China yang wajahnya blasteran, sehingga perempuan Uighur dianggap menjadi orang yang tepat.
ADVERTISEMENT
"Penampilan perempuan Uighur yang berbeda dari orang China kebanyakan membuat mereka bisa beradaptasi dengan baik. Mereka bisa melakukan peran ganda, contohnya bila ada film yang ingin menampilkan orang asing yang fasih berbahasa Mandarin, mereka bisa melakukannya dengan baik," kata Max.
Inilah yang menjadi salah satu kelebihan perempuan Uighur di mata para pelaku industri hiburan. Selain wajahnya yang mirip perempuan Eropa, mereka juga bisa berbahasa Mandarin sehingga memudahkan para agensi untuk mempekerjakannya. Bahkan sejak 2017 lalu, ia melihat ada peningkatan model yang berasal dari Uighur sekitar 10 persen setiap tahunnya.

Dipaksa menggunakan kontrasepsi

Meski perempuan Uighur berupaya mensejahterakan diri dengan bekerja di dunia hiburan, namun bukan berarti semua perempuan di sana mampu mendapatkan kesempatan yang sama. Berdasarkan laporan dari Radio Free Europe, pemerintah Tiongkok memaksa perempuan Uighur menggunakan alat kontrasepsi dalam upaya membatasi populasi Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya di Xinjiang barat.
Mihrigul Tursun (kanan) perempuan Uighur yang mengaku pernah disiksa Pemerintah China. Foto: AP
Dalam laporan tersebut, kebijakan yang dilakukan China ini dianggap sebagai genosida demografis secara lambat. Hal ini pun memicu pro-kontra di seluruh dunia yang mengakibatkan adanya seruan untuk menginvestigasi pemerintah Tiongkok, namun mereka mengatakan bahwa hal tersebut tidak berdasar.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Beijing telah menghadapi kecaman karena menempatkan lebih dari 1 juta orang suku Uighur dan kelompok etnis Muslim lainnya yang berasal dari Xinjiang di pusat pelatihan sejak 2017. Namun China berdalih bahwa kamp tersebut adalah pusat pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan untuk memerangi terorisme dan ekstremisme.