Tentang Program Inspiring Teacher dari Wardah

25 November 2019 10:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers Wardah Inspiring Teacher di Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Jumat (22/11). Foto:  Masajeng Rahmiasri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers Wardah Inspiring Teacher di Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Jumat (22/11). Foto: Masajeng Rahmiasri/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan kapabilitas para guru. Oleh karena itu, diperlukan pelatihan khusus untuk terus mengasah kemampuan para pendidik, supaya mereka bisa terus berinovasi dan membantu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari pemahaman ini, perusahaan kecantikan yang bernaung di bawah PT. Paragon, Wardah, menggelar program CSR bertajuk Wardah Inspiring Teacher. Ini merupakan program tahunan yang telah dilaksanakan Wardah sejak 2017.
Menurut Suci Hendrina, Public Relations Manager PT. Paragon Technology and Innovation, program ini merupakan salah satu inisiatif mereka untuk mengerahkan CSR di bidang pendidikan.
"Program ini merupakan inisiatif kami untuk memberikan apresiasi kepada guru-guru di Indonesia, dalam bentuk pelatihan," tutur Suci kepada kumparanWOMAN seusai acara konferensi pers Wardah Inspiring Teacher di 100 Eatery Bar, Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Jumat (22/11).
Secara total, program ini diikuti oleh 200 orang guru dan diselenggarakan di empat kota, yaitu di Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan Jakarta. Para guru ini dipilih dari sekitar 900 nama yang dicalonkan oleh para murid atau masyarakat yang tinggal di sekitar mereka.
ADVERTISEMENT
Sejak Februari lalu, Wardah mempublikasikan ajakan terbuka--baik secara online maupun offline--kepada publik untuk merekomendasikan guru mereka mengikuti acara ini. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mendaftarkan diri di situs resmi Wardah dan menuliskan alasan mengapa mereka ingin merekomendasikan guru tersebut. Syaratnya, guru yang bersangkutan harus berstatus pengajar aktif dan mengajar di keempat kota penyelenggaraan.
Konferensi pers bersama musisi Tulus, tim penyelenggara, juga peserta Wardah Inspiring Teacher di Hotel Atlet Century Park, Jumat (22/11). Foto: Masajeng Rahmiasri/kumparan
Setelah melalui proses seleksi, para guru yang terpilih mengikuti program ini pun menjalani pelatihan intensif yang berlangsung selama hampir satu tahun. Di antaranya, dengan kombinasi kegiatan seperti seminar pelatihan, pelatihan online, uji coba kepada murid, juga peer review yang dilakukan oleh sesama guru.
Tahun ini, tujuan yang ingin dicapai oleh program tersebut adalah mengajarkan para guru untuk membuat media pengajaran dengan empati terhadap siswa. Tema ini disampaikan oleh Wardah, dengan bantuan dari lembaga pengembangan karier guru, Kampus Guru Cikal.
ADVERTISEMENT
"Yang ingin ditonjolkan adalah bagaimana guru bisa membuat inovasi pengajaran, dengan pola design thinking yang diawali dengan empati terhadap kebutuhan murid dulu," ungkap Suci.
"Berdasarkan cerita para guru, terkadang, saat membuat inovasi media ajar, guru akan membuatnya berdasarkan apa yang dia inginkan. Tapi, ternyata itu tidak berfungsi, karena anak-anak tidak membutuhkan cara seperti itu. Jadi, yang ingin kami gali adalah bagaimana (guru) berangkat dari kebutuhan (murid)," papar Suci menambahkan.
Menurut Suci, ke depannya, Wardah berniat meningkatkan skala dan pembelajaran yang diberikan melalui program tersebut. Namun, pihaknya masih menggodok kurikulum yang akan disajikan tahun depan.
Ajak 2 Guru Melihat Sistem Pendidikan di Selandia Baru
Selain memberikan pelatihan di dalam negeri, Wardah juga mengajak dua orang guru yang terpilih untuk melihat sistem pendidikan di Selandia Baru. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat memberikan gambaran mengenai sistem pendidikan di negara maju. Setelahnya, kedua guru ini diharapkan dapat menerapkan dan membagikan pembelajaran yang didapatkan selama perjalanan, untuk mengembangkan kualitas pendidikan di tempatnya masing-masing.
Musisi Tulus bersama Dina dan Anggi di Hotel Atlet Century Park, Jumat (22/11). Foto: Masajeng Rahmiasri/kumparan
Salah satu guru yang berkesempatan mengikuti pelatihan dan pergi ke Selandia Baru bersama Wardah adalah Anggi Rizka Pustika (32 tahun), pengajar SD Negeri Bogem 2, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Kepada kumparanWOMAN, Anggi mengatakan bahwa program ini membukakan matanya terhadap empat kunci pengembangan guru. Adapun empat kunci yang dimaksud adalah dari segi kemerdekaan, kolaborasi, karier, serta kompetensi guru.
ADVERTISEMENT
"Dari aspek kemerdekaan, saya jadi tahu caranya untuk membuat media pengajaran yang membuat anak-anak senang belajar. Syaratnya adalah, kalau mau memerdekakan anak, membuat anak senang belajar, ya gurunya harus senang," tutur Anggi.
Selain itu, Anggi juga mendapat pencerahan di bidang karier guru. Anggi tidak lagi menganggap bahwa karier guru terbatas pada menjadi kepala sekolah ataupun pengawas. Kemudian, ia juga merasa menemukan passion barunya, yaitu public speaking.
Sementara, guru lain yang juga berkesempatan berangkat bersama Wardah adalah Dina Marta Aulianingrum (28 tahun), pengajar bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan. Melalui program ini, Dina merasa telah mendapatkan banyak feedback untuk media ajar berbentuk video yang dibuatnya, baik dari murid maupun sesama guru.
ADVERTISEMENT
Sementara, dari perjalanannya ke Selandia Baru, Dina merasa mendapatkan inspirasi untuk lebih memperhatikan bakat setiap murid dari kecil. Sebab, menurutnya, negara tersebut telah memperhatikan minat murid sejak dini dan membantu mengarahkan mereka melewati sistem yang mumpuni.
Meski merasa sistem di tempatnya mengajar masih jauh dari kualitas pendidikan yang ada di Selandia Baru, Dina ingin mencoba menerapkan apa yang didapatkannya dari perjalanan tersebut.
"Kalau saya, lebih kepada bagaimana guru mengetahui bakat muridnya dari kecil. Murid itu inginnya belajar ke arah mana, sih? Sampai saat ini, tempat saya belum seperti itu. Saya sendiri sampai sekarang masih sering meraba-raba, sebenarnya murid ingin yang seperti apa," ujarnya.
"(Saat ini) misal murid saya mengambil jurusan arsitektur, tapi pas lulus sekolah, pekerjaannya enggak sesuai dengan jurusan. Kalau di sana, sudah diarahkan. Jika mereka ingin menekuni suatu bidang, ya belajarnya konsisten di situ terus. Itu bisa diterapkan (di sini)," sebut Dina menambahkan.
ADVERTISEMENT