Bincang Karier: CMO Sociolla Bicara Tantangan hingga Tips Berbisnis Kecantikan

29 Januari 2021 17:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chrisanti Indiana, Co-Founder dan CMO Social Bella (Sociolla). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Chrisanti Indiana, Co-Founder dan CMO Social Bella (Sociolla). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bisa menemukan produk kecantikan dengan kualitas baik, aman, serta original merupakan keinginan banyak perempuan. Hal inilah yang membuat Chrisanti Indiana (29) berani mengambil tantangan dan membangun Social Bella atau Sociolla, bisnis e-commerce yang fokus di industri kecantikan.
ADVERTISEMENT
“Alasan awalnya sangat simple, karena kebutuhan pribadi. Dulu waktu pulang dari luar negeri saya merasa kesulitan untuk bisa dapat produk kecantikan yang aman atau sudah teruji sesuai standar badan pengawas seperti BPOM. Jadi saya melihat ada peluang besar untuk membuat bisnis e-commerce kecantikan seperti Social Bella atau Sociolla ini,” ungkap Chrisanti Indiana kepada kumparanWOMAN dalam wawancara virtual beberapa waktu lalu.
Sebagai perempuan yang tidak memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman bisnis, tentu saja ia mengalami banyak tantangan selama memulai bisnis. Namun hal tersebut tidak menghalanginya untuk maju. Perempuan yang akrab disapa Santi ini justru berusaha keras supaya bisa belajar lebih cepat dan mengejar ketinggalan.
Untuk tahu pengalamannya menjalani transisi dari dunia kreatif ke industri bisnis kecantikan, kumparanWOMAN mendapat kesempatan untuk berbincang singkat dengan Co-Founder dan CMO Sociolla, Chrisanti Indiana. Simak cerita perjalanan Chrisanti Indiana membangun bisnis dari awal hingga sekarang dalam sesi Bincang Karier kumparan berikut ini.
Bagi Chrisanti Indiana, bicara membangun bisnis memang mudah. Tapi menjalaninya yang sulit. Foto: Dok. Istimewa

Bagaimana kesibukan di tengah pandemi seperti sekarang ini? Apa hal yang paling berbeda dengan sebelum pandemi?

Chrisanti Indiana (CI): Sudah hampir satu tahun pandemi, tentu apa yang kita lakukan sekarang sudah menjadi new normal juga bagi semua orang. Tapi bisa dibilang yang paling berbeda adalah cara koordinasi dengan tim. Dulu mungkin lebih mudah karena bisa tatap muka langsung dan banyak kegiatan offline dengan tim. Tetapi sekarang kebanyakan jarak jauh. Itu yang sangat terasa.
ADVERTISEMENT

Sebagai Co-Founder dan Chief of Marketing Officer Social Bella, apa saja peran yang Anda lakukan?

CI: Saya dan partner memulai perusahaan ini enam tahun yang lalu. Jadi kami dari awal mengerjakan semuanya dari nol. Sedangkan, posisi kedua sebagai CMO arahnya lebih ke operasional. Jadi, setiap hari saya harus memastikan semua kegiatan marketing berjalan lancar, mulai dari perencanaan hingga eksekusi. Dan yang paling penting memastikan semua produk yang ada di bawah naungan kami memiliki perencanaan marketing yang matang serta sesuai dengan perkembangan yang ada.

Anda memiliki latar belakang desain grafis, lalu apa yang membuat Anda tertarik untuk terjun ke dunia bisnis?

CI: Latar belakang saya memang di bidang kreatif. Tidak hanya soal desain, tapi juga mengerjakan branding, mengembangkan brand, jadi masih ada kaitannya dengan marketing walau tidak terlalu fokus kesana. Tapi alasan saya untuk memulai bisnis sebenarnya karena hal yang personal. Jadi waktu itu saya sempat tinggal di Australia tapi kemudian memutuskan pulang ke Indonesia. Sebagai perempuan, saya sering belanja produk kecantikan. Saat masih di Australia, rasanya mudah sekali untuk membeli produk kecantikan secara aman, sedangkan di Indonesia pada sekitar 2014 itu belum ada platform yang menyediakan produk-produk asli dan terpercaya. Mungkin ada di toko offline, seperti di mall atau toko.
Archangela Chelsea, Makeup Director Sociolla, bersama CMO Sociolla Chrisanti Indiana Foto: dok. Sociola
Dari situ, saya melihat ada peluang besar untuk membuat bisnis e-commerce seperti Social Bella atau Sociolla ini. Kebetulan pada waktu itu, dunia digital juga sedang berkembang pesat dan e-commerce sudah mulai bermunculan meskipun masih sedikit. Jadi saya merasa tidak ada salahnya mencoba peluang bagus ini.
ADVERTISEMENT

Lalu bagaimana cara Anda menjalani transisi dari profesi sebelumnya?

CI: Sebenarnya transisinya cukup berat. Pada waktu itu pengalaman saya masih kurang. Dalam segi karier, saya baru bekerja beberapa tahun dan itu sebagai desainer. Jadi waktu memutuskan terjun ke dunia bisnis, ada banyak pelajaran baru yang didapatkan. Banyak juga tantangan yang dihadapi seperti pengetahuan mengenai bisnis itu sendiri, dan bagaimana membangun koneksi.

Apa saja tantangan yang dihadapi saat itu dan bagaimana cara mengatasinya?

CI: Setiap orang, entah itu pebisnis atau ibu rumah tangga sekalipun pasti memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap dirinya sendiri. Di satu sisi, ini adalah hal yang bagus, namun di sisi lain kita akan merasa sangat down kalau gagal atau tidak sesuai dengan ekspektasi yang kita miliki. Itu tantangan yang paling berat.
ADVERTISEMENT
Saat mengalami hal itu, saya mencoba mengatasinya dengan merasa yakin bahwa itu bukan akhir dari perjalanan.

Apakah Anda memiliki mentor atau sosok panutan yang menginspirasi dan membantu sejak awal?

CI: Kalau mentor secara spesifik mungkin tidak ada, tapi saya banyak belajar dari siapa saja, terutama soal leadership. Menurut saya bagian itu cukup berat dan tanggung jawabnya besar. Biasanya saya cari tahu apa yang membuat mereka bisa terus maju dan termotivasi menjalani tugasnya. Saya banyak belajar hal itu dari perempuan lain yang berkecimpung di industri kecantikan Indonesia.

Sebagai perempuan yang sudah menjadi pemimpin di usia muda, apakah Anda pernah punya pengalaman diremehkan hanya karena usia?

ADVERTISEMENT
CI: Tentunya ada, tapi saya tidak terlalu memikirkan hal itu. Bagi saya usia muda itu justru memiliki banyak keuntungan. Kita punya energi yang lebih banyak dan bisa bergerak lebih bebas. Mungkin banyak orang tidak percaya dengan millennial karena pengalamannya yang masih minim. Tapi menurut saya dengan kekurangan itu, akan lebih banyak muncul hal-hal kreatif karena mereka tidak punya patokan dan standar tertentu. Jadi segala hal yang dikerjakan bisa lebih maksimal.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri meyakini bahwa pada akhirnya hasil kerja kita yang akan berbicara, bukan orangnya. Jadi kalau misalnya diremehkan, tidak usah terlalu dipikirkan. Lebih baik kita bekerja keras, fokus, jadi hasil dan produknya ada. Kalau sudah begitu, nanti semua akan terbukti dengan sendirinya.

Pada 2020, Anda masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30. Boleh diceritakan mengenai pencapaian tersebut?

Chrisanti Indiana, Co-Founder dan CMO Sociolla masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30. Foto: Dok. Forbes
CI: Saya tidak menjadikan penghargaan seperti itu sebagai sebuah pencapaian. Tentu perasaannya senang bisa masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 karena itu menjadi bukti pada diri bahwa apa yang saya lakukan selama ini sudah di arah yang benar. Apa yang saya lakukan ternyata memiliki dampak yang baik sehingga ada yang memberikan apresiasi.
ADVERTISEMENT
Kemudian saya juga senang karena bisa menginspirasi orang lain terutama perempuan. Jadi mereka bisa lebih yakin kalau bekerja keras dan konsisten, pasti akan ada hasil yang positif. Saya yakin di luar sana ada banyak juga anak muda yang punya punya mimpi tinggi dan kemampuan seperti saya atau lebih baik lagi, tapi belum terlihat. Tapi untuk saya pribadi, gelar tersebut membuat saya jadi ingin lebih bekerja keras lagi agar bisa meraih banyak hal dalam segi bisnis.

Apa prinsip-prinsip yang Anda terapkan sebagai pemimpin?

CI: Sebagai pemimpin perempuan, selain usaha, empati itu juga penting sekali bagi saya. Perempuan itu terkenal lebih sensitif dan peka, saya berusaha menjadikan hal itu sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Saya yakin dengan empati kita jadi bisa lebih adil dengan tim. Untuk itu, saya berusaha memastikan agar setiap leader di kantor bisa memiliki empati pada tim masing-masing. Sehingga bisa menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan. Karena saya yakin kalau kita bisa bekerja dengan nyaman dan happy, pasti bisa lebih produktif lagi.
Chrisanti Indiana punya prinsip memimpin dengan empati. Foto: Dok. Istimewa

Lalu, sebagai seorang pemimpin perusahaan, bagaimana Anda menghadapi situasi pandemi ini?

CI: Saat pandemi muncul tentu sedih dan stres karena semua rencana harus berubah. Tapi seiring berjalannya waktu saya menyadari ada tiga hal penting yang harus dilakukan. Pertama kita harus tetap berpikiran positif karena kita tahu pandemi ini belum tahu kapan selesainya. Itu adalah hal yang tidak bisa kita kontrol, tapi kita bisa mengontrol diri kita supaya bisa lebih positif.
ADVERTISEMENT
Kedua memastikan kalau kita memiliki energi yang cukup besar untuk dibagikan kepada semua tim. Kita memiliki banyak sekali karyawan dan kita tidak selalu tahu apa yang sedang mereka hadapi. Jadi kita sendiri harus punya banyak energi untuk meluangkan waktu dan berbagi energi positif dengan mereka. Kemudian yang ketiga adalah banyak-banyak melakukan refleksi diri dan pekerjaan. Artinya dalam kondisi seperti ini kita harus melihat ke dalam. Apa saja yang sudah kita lakukan, apakah inisiatif yang dilakukan sudah sesuai dengan kondisi ini, perlu inovasi atau tidak. Itu semua harus dipikirkan.

Sebagai perempuan yang berbisnis di dunia kecantikan, menurut Anda seberapa penting penampilan bisa mendukung perempuan dalam berkarier?

CI: Sejak dulu saya meyakini kalau penampilan itu penting dan saya termasuk orang yang sangat memperhatikan penampilan, bahkan dari dulu sebelum membuat bisnis ini. Menurut saya pribadi, tampilan kita itu tergantung dengan bagaimana cara kita merawat diri. Bagaimana caranya kita bisa nyaman dengan penampilan kita tanpa harus dandan full makeup berlapis-lapis. Itu juga yang kami terapkan di Sociolla; bagaimana kita bisa memberikan tampilan terbaik tanpa harus mengikuti standar tertentu.
ADVERTISEMENT
Caranya ya tentu dengan melakukan self-care dan self-love. Kami ingin semua perempuan merasa mereka punya kendali atas dirinya, tampilannya, dan kesehatannya. Karena saya yakin kalau kita merawat diri dengan baik, rasa percaya diri itu akan muncul dengan sendirinya. Dan dengan rasa percaya diri tersebut, kita akan jauh lebih berani mencoba hal baru dan mencari tahu lebih banyak hal tentang diri kita sendiri dan kemampuan yang dimiliki.
Menurut Chrisanti Indiana, kita bisa tampil maksimal dan percaya diri kalau rutin melakukan slef-care. Foto: Dok. Istimewa

Ada rahasia kecantikan atau tips dari Anda untuk selalu tampil stand out saat bekerja dari rumah atau back to back meeting?

ADVERTISEMENT
CI: Menurut saya yang paling tepat saat ini adalah fokus pada perawatan kulit. Kalau kulitnya sehat penampilan juga akan lebih baik. Saat sedang meeting online, biasanya makeup tidak akan terlalu kelihatan. Tapi kondisi kesehatan kulit itu bisa langsung terlihat. Contohnya kalau kita stres, pasti akan terlihat dari kantung mata yang hitam, kulit kusam, dan jerawatan karena pakai masker atau karena stres hormonal. Jadi saran saya, fokus pada perawatan kulit dan temukan produk yang bisa menenangkan dan menghidrasi kulit.
ADVERTISEMENT

Adakah pesan yang ingin disampaikan untuk perempuan yang ingin menekuni dunia e-commerce?

CI: Ada 3 nilai yang bisa saya bagikan. Pertama, kita harus mengenali diri sendiri. Kalau sudah tahu dan mengerti karakternya seperti apa, ketahui juga apa yang memotivasi kita dalam menjalani hidup. Nantinya ini akan membuat kita lebih mudah saat ingin melakukan sesuatu atau saat mengambil keputusan.
Kedua, cari tahu sumber motivasi dan energi kita dari mana. Apa yang membuat kita selalu bersemangat melakukan sesuatu. Karena bicara mau bikin bisnis itu gampang sekali, tapi menjalaninya yang sulit. Jadi mencari energi untuk bisa berjalan setiap hari itu tidak mudah.
Ketiga, kita harus punya pola pikir yang selalu berkembang. Jadi kadang-kadang ketika sudah mendapatkan sesuatu, kita akan merasa senang dan masuk ke comfort zone. Nah, itu yang harus dihindari. Kita harus bisa memaksa diri kita sendiri untuk terus dan mau berubah. Kalau tidak, nanti dihadang pandemi seperti ini kita jadi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jadi itu memang sulit dan berat, perubahan itu tidak pernah mudah.
ADVERTISEMENT